[caption id="attachment_317387" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]
Tadi sore (Selasa, 21/01/14) saya menonton berita di Metro TV. Ada dua berita yang menarik saya. Yang pertama adalah  mengenai kunjungan super kilat Wakil Presiden (Wapres) Boediono ke Manado untuk melihat langsung lokasi dan pengungsi korban banjir bandang di sana. Disebut kunjungan super kilat karena Wapres Boediono hanya memerlukan waktu 3 (tiga) jam untuk keperluan tersebut. Berangkat pagi hari dari Jakarta, siangnya kembali lagi ke Jakarta. Ketika iring-iringan rombongannya  masuk kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara itu sempat mengalami kemacetan.  Seolah-olah dia datang hanya untuk memacetkan kota Manado, kemudian melakukan kunjungan basa-basi untuk sekadar menghibur pengungsi korban banjir di sana. Di sana Boediono hanya melakukan tiga kunjungan ke lokasi pengungsian dan lokasi yang terparah kerusakannya.
Tak heran warga Manado yang diwawancarai Metro TV pun berujar, kalau kunjungan Wapres Boediono sesingkat itu lebih baik tidak usah datang sekalian. Sedangkan warga yang lain lagi mempertanyakan, kenapa dari sekian banyak lokasi pengungsi banjir, Boediono yang datang jauh-jauh dari Jakarta beserta rombongan, hanya mengunjungi tiga lokasi?
Jadi, singkatnya warga Manado menganggap kunjungan Wapres Boediono itu mubazir, tidak ada manfaatnya. Hanya basa-basi. Basa-basi yang mahal sekaligus menyakitkan hati mereka.
Berita yang kedua adalah mengenai rencana kunjungan Presiden SBY ke Kabupaten Karo, Sumatera Utara, untuk mengunjungi langsung lokasi pengungsi korban letusan Gunung Sinabung, lusa, Kamis, 23/01/14, setelah berminggu-minggu para pengungsi itu mengeluh dan menangis mengharapkan perhatian Presiden SBY langsung. Mereka telah mengungsi sejak September 2013. Baru sekarang Bapak Presidennya baru mau datang melihat mereka.
Ironisnya, seperti sudah janjian dengan Boediono, SBY bersama Ibu Ani, juga rencananya hanya akan mengunjungi 3 lokasi penampungan pengungsi korban letusan Gunung Sinabung itu, dari 42 lokasi pengungsian yang ada.
[caption id="attachment_317386" align="aligncenter" width="300" caption="SBY & Boedino (www.luwuraya.net)"]
Selain itu, diwartakan juga, pemerintah daerah di sana tampak sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Presiden SBY dan Ibu Ani itu. Termasuk mempersiapkan beberapa kemah besar yang berpendingin udara, yang pastinya sangat nyaman. Sementara itu para pengungsinya masih merasa kurang diperhatikan. Tidurnya juga masih beralas tikar sekadarnya. Kecuali, tentu saja para pengungsi di tiga lokasi yang akan didatangi Presiden itu. Tiba-tiba mereka mendapat perhatian lebih. Apa yang mereka butuhkan langsung dipenuhi. Lingkungan-lingkungan sekitar yang semula kotor pun kini sudah bersih. Yang kasihan, ya, 39 lokasi pengungsian yang tidak dikunjungi SBY, karena tetap akan kurang diperhatikan juga.
Begitulah, Republik ini yang dipimpin oleh Presiden SBY selama 10 tahun, dan baru-baru ini telah meluncurkan bukunya yang tebal, Selalu Ada Pilihan. Maka, pilihan-pilihan seperti di atas itulah yang biasanya dipilih oleh para pimpinan kita saat ini. Wapres-nya memilih, cukup 3 jam melakukan kunjungan korban bencana alam di Manado. Para pimpinan di Karo memilih, kalau Presidennya datang mengunjungi korban bencana alam, maka yang harus diistimewakan adalah Presidennya, dan harus membuat Presiden senang dengan cara membuat seolah-olah memang aslinya para pengungsi itu sudah benar-benar diperhatikan kebutuhannya sejak awal. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H