Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Cinta Kasih yang Telah Menghentikan Pertarungan Gladiator untuk Selama-lamanya

1 April 2015   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:39 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_358630" align="aligncenter" width="420" caption="Ilustrasi seniman tentang pertarungan gladiator di masa Kerajaan Romawi (erepublik.com)"][/caption]

(Sebuah Renungan Jumat Agung)

Anda  pasti tahu apa itu gladiator. Ya, benar, yang saya maksudkan adalah “olah raga” paling biadab yang pernah ada di muka bumi ini, di masa kejayaan Kerajaan Romawi, yaitu pertarungan hidup-mati antara sesama manusia, maupun antara manusia dengan binatang buas, seperti singa dan harimau. Dalam pertarungan itu para gladiator dipersenjatai dengan senjata tajam beraneka bentuk yang mengerikan untuk bisa mempercepat matinya lawan dengan cara sekejam mungkin.

Para gladiator itu terdiri dari sukarelawan yang memilih profesinya sebagai petarung gladiator, tetapi sebagian besarnya adalah orang-orang hukuman, dan para budak yang sengaja dipilih oleh penguasa Romawi atau majikannya untuk menjadi gladiator. Di masa kekuasaan Kaisar Nero (58-64 Masehi), banyak orang Kristen yang tewas karena ditangkap dan dipaksa menjadi gladiator di arena pertarungan maha kejam itu.

[caption id="attachment_358627" align="aligncenter" width="444" caption="Detail of the Gladiator Mosaic, 4th century CE.(Wikipedia)"]

14279086071860130732
14279086071860130732
[/caption]

Pertarungan hidup-mati para gladiator itu menjadi “olah raga” paling menghibur di masa Kerajaan Romawi selama ratusan tahun. Di banyak kota dibangun arena-arena pertarungan gladiator kecil dan besar. Yang terbesar dan termegah adalah Colosseum yang dibangun di Roma, yang dirancang mampu menampung 50.000 penonton.

Colosseum mulai dibangun pada tahun 72 Masehi, di masa kekuasaan Kaisar Vespasian, dan selesai pada tahun 80 Masehi di masa kekuasaan anaknya, Kaisar Titus. Pertarungan gladiator sudah dilarang ribuan tahun yang lalu, namun sebagian besar bangunan Colosseum tersebut masih ada sampai sekarang, dan menjadi salah satu obyek wisata di Roma, Italia, yang paling terkenal di dunia.

Tahukah anda, di Colosseum ini pulalah untuk pertama kalinya pertarungan gladiator yang juga menjadi hiburan favorit para kaisar Romawi itu dilarang untuk selamanya?

[caption id="attachment_358623" align="aligncenter" width="437" caption="Peninggalan Colesseum di masa kini (sumber: explorertodile.wikia.com)"]

14279078631688375467
14279078631688375467
[/caption]

[caption id="attachment_359933" align="aligncenter" width="560" caption="the Colosseum in Rome as a model reconstructed (YouTube)"]

14285717711767395318
14285717711767395318
[/caption]

**

Ternyata, berakhirnya pertarungan gladiator itu tak lepas dari spirit cinta kasih terhadap umat manusia dan pengorbanan tiada tak terkira yang telah diteladani oleh Yesus Kristus, yang hari kematian-Nya diperingati sebagai hari Jumat Agung (Good Friday) oleh umat Kristen di seluruh dunia itu. Tahun ini, Jumat Agung akan diperingati pada Jumat, 3 April, mendahului hari ketiga setelahnya (Minggu, 5 April), yaitu, hari Paskah, atau kebangkitan Yesus dari kematian-Nya di kayu salib.

Hari Jumat itu, hari kematian Yesus Kristus tersebut merupakan puncak dari pembuktian tiada bandingnya dari sikap maha kasih Yesus kepada seluruh umat manusia. Dia yang tanpa dosa rela mati demi menebus dosa umat manusia yang penuh dengan dosa.

Meskipun sejak ditangkap, disiksa, dihina, sampai disalibkan, Yesus menderita luar biasa, kasih-Nya tidak luntur sedikitpun. Sebaliknya, saat di atas kayu salib Ia pun berseru kepada Allah memohon ampun bagi mereka semua yang bertanggung jawab atas penderitaan-Nya dan kematian-Nya itu:  “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Itulah salah satu dari tujuh kalimat paling terkenal yang diucapkan Yesus di atas kayu salib-Nya.

Sesaat menjelang ajal-Nya tiba Ia pun berkata: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”, kemudian:  “Sudah selesai”. Dan, matilah Dia. Kematian-Nya itu mempunyai makna yang sangat dalam, yang relatif sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

Untuk menjelaskan secara mendalam tentang makna penebusan dosa manusia oleh Yesus Kristus itu relatif sulit, namun di beberapa ayat di Alkitab sudah disebutkan secara tersirat. Di antaranya yang paling terkenal adalah:

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Roma 5:12, 19: Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Roma 5:19: Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Mengenai makna kasih Tuhan Allah dan penebusan dosa manusia oleh Yesus Kristus tersebut saya pernah menulis di Kompasiana sebuah artikel renungan Jumat Agung dan Paskah, dengan sebuah kisah ilustrasi dalam bentuk video fragmen. Judul artikel itu adalah “Father Heart of God”: Makna Sebuah Pengorbanan Sejati, Sebuah Renungan Paskah.

Dari fragmen video tersebut kita diharapkan dapat meresapi makna kasih Tuhan dan penebusan dosa umat manusia oleh Yesus Kristus itu.

Sekarang, saya menulis tentang kisah spirit cinta kasih dan pengorbanan yang luar biasa dari seorang manusia yang meneladani kasih dan penebusan Yesus sehingga mampu menghentikan pertarungan gladiator untuk selamanya, sejak masih berjayanya Kerajaan Romawi itu.

Sumber kisah nyata ini saya ambil dari khotbah yang pernah diadakan oleh Pendeta Andri Purnawan dari GKI Darmo Satelit, Surabaya, diperkaya dengan beberapa sumber lainnya, seperti dari Wikipedia.

**

Pada 1 Januari 404, di masa kekuasaan Kaisar Romawi yang bernama  Flavius Honorius, seorang rahib dari golongan asketis (mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia demi bisa semakin mendekatkan diri dengan Tuhan) bernama Telemakhus, mendapat penglihatan dari Tuhan yang menyuruhnya untuk keluar dari tempat pengasingannya dirinya itu, datang ke kota Roma. Tuhan tidak memberitahu kepadanya apa yang harus dilakukan di sana. Pokoknya, datanglah ke Roma!  Telemakhus pun patuh, tanpa bertanya sedikitpun ia meninggalkan tempat pengasingan dirinya yang sudah dijalani selama bertahun-tahun itu, datang ke Roma.

Perjalanannya itu pun membawa dirinya ke Colosseum. Dia masuk ke sana, bersama-sama ribuan penonton yang memadati tribun  Colosseum itu, termasuk Kaisar Flavius Honorius yang ikut menonton. Mula-mula rahib Telemakhus itu tak begitu mengerti apa yang akan dijadikan tontonan Kaisar dengan ribuan rakyatnya itu. Kemudian, dia sangat terperanjat dan terpukul ketika melihat bahwa yang dijadikan tontonan mereka itu adalah pertarungan biadab para gladiator itu.

Tiba-tiba ia meloncat turun dari tribun penonton, memasuki arena pertarungan, lalu berlari ke arah para gladiator yang sedang bertarung itu sambil berteriak-teriak, “Demi Kristus, hentikan! Demi Kristus, hentikan! ... ”

Mula-mula para penonton yang menyaksikan ulah Telemakhus itu tertawa beramai-ramai, mereka mengira itu adalah selingan lelucon, bagian dari hiburan tersebut. Tetapi, ketika menyadari bahwa itu bukan bagian dari hiburan, tetapi hanya ulah seorang rahib yang entah datang dari mana mengganggu jalannya pertarungan, para penonton pun marah. Mereka ramai-ramai meminta para gladiator itu menghabisi Telemakhus.

Para gladiator yang merasa terganggu pun marah terhadap Telemakhus, mereka menghampiri Telemakhus, yang masih terus memohon kepada mereka dengan atas nama Kristus agar pertarungan biadab itu dihentikan. Lalu,  atas restu Kaisar, gladiator itu pun menebas pedangnya ke tubuh Telemakhus. Tanpa menghiraukan tebasan-tebasan pedang gladiator ke tubuhnya itu, Telemakhus terus memohon dengan suara keras, “Demi nama Kristus hentikan! Demi nama Kristus hentikan! ...” Sampai akhirnya ia pun tewas bersimbah darah.

Begitu tubuh rahib itu jatuh terhempas ke tanah dalam keadaan tewas, seketika itu juga teriakan hiruk-pikuk dari ribuan penonton itu tiba-tiba saja terhenti. Suasana tiba-tiba menjadi sangat kontras. Arena Collesum yang sedemikian besar, dipadati ribuan penonton itu, berubah menjadi sangat hening. Semua orang mendadak terdiam, termangu-mangu menatap jenazah Telemakhus. Kemudian secara ajaib, satu per satu dari mereka meninggalkan arena. Hari itu pertarungan gladiator pun dibatalkan.

Kaisar Flavius Honorius adalah seorang Kaisar beragama Kristen sangat terpukul dengan kejadian tersebut, ia langsung memutuskan bahwa mulai hari itu juga, tanggal 1 Januari 404, pertarungan gladiator dilarang di sebuah wilayah Kerajaan Roma, untuk selamanya, sekaligus diperingati sebagai hari kematian rahib Telemakhus.

14279070701958372615
14279070701958372615
ThePrintsCollector Antique Print-Telemachus-Gladiator-Arena-Swordfight-Pl. 69-Luyken-1740 by ThePrintsCollector (amazon.com)

**

Demikianlah rahib Telemakhus yang adalah seorang penganut Kristen yang asketis, dipanggil Tuhan untuk datang ke keramaian dunia di Roma, untuk demi kasihnya kepada sesama manusia menghentikan pertarungan yang sangat biadab yang bernama gladiator itu, sekalipun itu nyawanya harus dijadikan tebusannya. Telemakhus telah dengan penuh suka-cita menjalani penebusan hidupnya meneladani Yesus Kristus.

Kerap manusia yang  (banyak) berbuat dosa itu memang enggan untuk bertobat untuk kembali ke jalan yang benar seturut kehendak Tuhan, sebaliknya ia terus menuruti hawa nafsunya untuk semakin jauh ke dalam jalan yang sesat dan kelam, tetapi pada suatu ketika ada seseorang yang sama sekali tidak ikut berdosa atau berbuat kesalahan seperti dirinya, misalnya orangtuanya, yang menanggung hukuman atau akibat dari perbuatannya itu secara sangat dramatis, pada saat itulah ia akan benar-benar merasa terpukul dan sadar sepenuhnya untuk kemudian kembali ke jalan yang benar. Itulah sebuah contoh kecil yang hakiki mengenai makna suatu penebusan dosa.

Semoga di Jumat Agung dan Paskah ini kita semua, khususnya umat Kristen, dapat meresapi, merenungkan, dan menghayati semangat cinta kasih dan pengorbanan Yesus Kristus itu, di dalam kehidupan kita sehari-hari dalam interaksi dengan sesama manusia, semua manusia, tanpa kecuali. Amin.

**

Sebagai penutup, saya sertakan sebuah syair lagu rohani yang biasanya dinyanyikan saat-saat menjelang Jumat Agung dan Paskah di gereja-gereja Kristen, judulnya adalah “Kar’na Kasih-Nya”, diterjemahkan oleh K.P. Nugroho dari judul aslinya: “It Was Love” oleh E.G. Heidelberg.

Kar’ma Kasih-Nya

Mengapa Yesus turun dari sorga, masuk dunia g’lap penuh cela;

berdoa dan bergumul dalam taman, cawan pahit pun dit’rimaNya?

Mengapa Yesus menderita, didera, dan mahkota duri pun dipakaiNya?

Mengapa Yesus mati bagi saya?

KasihNya, ya kar’na kasihNya.

Mengapa Yesus mau pegang tanganku, bila ‘ku di jalan tersesat?

Mengapa Yesus b’ri ‘ku kekuatan, bila jiwaku mulai penat?

Mengapa Yesus mau menanggung dosaku, b’ri ‘ku damai serta sukacitaNya?

Mengapa Dia mau melindungiku?

KasihNya, ya kar’na kasihNya.



*****

Artikel terkait:

“Father Heart of God”: Makna Sebuah Pengorbanan Sejati, Sebuah Renungan Paskah





.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun