Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Majalah Digital Kompasiana, Wujud Tercapainya Cita-cita Pepih Nugraha Semakin Membesarkan Kompasiana

26 Januari 2014   11:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pertama kali terbit bersama Harian Kompas pada Kamis, 28 Juli 2011, sekarang ini lembaran Kompasiana Freez berhenti terbit. Edisi lembaran Kompasiana Freeze yang merupakan kumpulan artikel-artikel dengan thema tertentu yang berasal dari Kompasiana itu terbit terakhir kali pada Rabu, 22 Januari 2014.  Kompasiana Freez awalnya terbit setiap Kamis, kemudian berubah setiap Rabu.

Tetapi, itu bukan berarti Kompasiana Freez tamat riwayatnya. Sebaliknya, seperti yang telah diinformasikan oleh Iskandar Zulkarnaen, Editor Kompasiana Freez, malah “naik pangkat” menjadi majalah digital. Untuk tahap awal, majalah digital Kompasiana akan tersedia  di toko digital Scoop secara gratis, dan versi PDF-nya juga akan tersedia di website Kompasiana.

Pertimbangan untuk menghentikan penerbitan mingguan Kompasiana Freez yang selama ini terbit menjadi bagian dari (lembaran Klasika) Harian Kompas (Kompas cetak) adalah agar dalam format baru (digital) tersebut akan jauh lebih banyak (variasi) artikel yang bisa ditampung, tanpa meninggalkan ciri khas Kompasiana Freez yang ada selama ini, yakni di setiap edisi tetap ada satu tema utama yang akan dijadikan “cerita sampul”-nya.  Selain itu akan ada lebih banyak ragam artikel yang ditayangkan, seperti cerpen, puisi, karikatur Kompasianer, catatan perjalanan wisata dan kuliner, foto essay, liputan khas warga. Hal yang tidak mungkin bisa dilakukan dalam format Kompasiana Freez yang ada selama ini. Karena hanya terdiri dari satu halaman koran yang disediakan untuknya.

Dalam format majalah digital, Kompasiana Freez juga dipastikan bisa tampil lebih dinamis.

Demikian informasi yang disampaikan di Kompasiana oleh Iskandar Zulkarnaen, Editor Kompasiana Freez.

Menurut Iskandar, saat ini, Kompasiana sedang mematangkan konsep dan visual majalahnya, dan baru akan terbit perdana per bulan Maret 2014. Yang pasti, sama dengan versi cetaknya di Harian Kompas, Majalah Kompasiana nanti tetap akan menjadi versi premium Kompasiana. Kompasianer yang tulisannya masuk ke majalah tetap mendapatkan penghargaan yang ketentuannya akan disesuaikan untuk format baru tersebut.

Penerbitan majalah digital Kompasiana yang nantinya bisa diperoleh di Scoop, yaitu toko majalah digital (digital magazine), e-book, dan e- Paper ini bisa dikatakan sebagai perwujudan dari “cita-cita” bidan dari lahirnya Kompasiana dan Kompasiana Freez, Pepih Nugraha.

[caption id="attachment_292090" align="aligncenter" width="534" caption="Scoop, toko online media digital. Kompasiana akan hadir di sini"][/caption]

Dalam bukunya, Kompasiana, Etalase Warga Biasa (2013), ketika menceritakan perjuangannya menghidupkan Kompasiana, dan meng-hibrida-kan menjadi berita arus utama di Kompas.com, dan ke media cetak (yang terwujud dengan lahirnya Kompasiana Freez), Pepih antara lain menulis “cita-citanya” itu. Di buku itu Pepih menulis, “Tidak tertutup kemungkinan saya akan menciptakan Kompasiana digital yang didistribusikan bisa dilakukan melalui Scoop di berbagai aplikasi.”

Bulan Maret 2014 nanti, “cita-cita” yang ditulis di bukunya itu akan terwujud. Ini merupakan bagian dari perjuangan Pepih Nugraha dalam melahirkan dan membesarkan Kompasiana sehingga menjadi sebesar dan disegani seperti sekarang. Yang dulu dipandang remeh bukan hanya orang luar saja, tetapi juga bahkan oleh orang dalam Kompas dan Kompas.com sendiri. Bahkan ada rekannya yang dengan pesimis menulis bahwa blog seperti Kompasiana ini tidak akan bisa bertahan lama, lahir sebentar kemudian akan mati sendiri, dengan menyebut blog sebagai “senjakala blog”. Bagaimana riwayat Pepih Nugraha membidani dan memperjuangkan kelahiran Kompasiana sampai menjadi besar dan sangat terkenal seperti sekarang ini dapat dibaca di bukunya tersebut.

Awalnya Kompasiana Freez terbit bersama dalam lembaran utama Harian Kompas dan berwarna, tetapi kemudian karena pihak Kompas, maupun Kompas.com kesulitan mendapat iklan untuk Kompasiana Freez, maka Kompasiana Freez dipindahkan ke lembaran Klasika (lembaran khusus memuat iklan-iklan di Harian Kompas), dan menjadi hitam-putih.

Kepindahan ke Klasika ini meskipun tidak menyurut minat Kompasianer terus menulis sesuai tema-tema Kompasiana Freez yang ditentukan Admin Kompasiana, tetapi harus diakui bahwa eksistensinya terpangaruh. Tampilannya menjadi kurang menarik, dan saya rasa cukup banyak pembaca yang tidak lagi “menemukan” Kompasiana Freez meskipun masih terbit setiap Rabu bersama Harian Kompas. Yaitu, mereka yang tidak tertarik dan tidak berkepentingan dengan iklan-iklan yang ada di Klasika itu. Dengan memakai ukuran diri saya sendiri,  membaca Harian Kompas, saya nyaris tidak pernah membuka lembaran Klasika ini, maka tak jarang saya juga “tidak menemukan” dan sering lupa kalau Kompasiana Freez itu ada di setiap Kompas edisi Rabu.

Sebelum terbit Kompasiana Freez yang beredar bersama Harian Kompas,  dalam perjuangan membuat Kompasiana semakin besar dan semakin dikenal semua orang, Pepih mengupayakan agar Kompasiana “dihibridakan” ke Kompas.com, dan diterbitkan dalam bentuk majalah cetak.

Rencananya Majalah Kompasiana edisi cetak ini akan diedarkan secara gratis di tempat-tempat publik, ruang tunggu, seperti di cafe’-cafe’, lobi hotel, atau warung-warung kopi gedongan. Namun karena waktu itu manajemen Kompas.com belum melihat prospek bisnisnya, Kompasiana juga belum begitu terkenal, rencana majalah gratis Kompasiana cetak ini pun akhirnya dibatalkan. Mengharapkan pemasukan dari iklan terasa sulit karena Kompasiana belum dikenal luas, begitu juga mungkin kalau ditawarkan ke tempat-tempat seperti cafe’-cafe dan lobi hotel itu, mereka akan menolaknya juga, dengan alasan yang sama.

Sedangkan Kompasiana yang dihibridakan ke Kompas.com bisa berjalan dengan cukup sukses, terbukti dengan jumlah pembacanya yang tidak sedikit. Bahkan bisa melebihi jumlah pembaca di Kompasiana sendiri.

Yang dimaksudkan dengan “menghibridakan” Kompasiana adalah memindahkan artikel-artikel tertentu di Kompasiana ke Kompas.com dan/atau Kompasiana Freeze dengan melalui proses verifikasi dan editing sampai menjadi format tulisan yang sesuai dengan berita arus utama di Kompas.com dan tema tertentu di Kompasiana Freez. Nama “Freez” sendiri berasal dari istilah “magazine free”, majalah gratis. Semua ini merupakan ide dari Pepih Nugraha.

Kendala iklan dan kendala “tak dikenal” yang dialami Kompasiana sekarang sudah menjadi cerita masa lalu. Sekarang Kompasiana sudah besar dan sangat terkenal. Bukan hanya di Indonesia saja, tetapi juga di mancanegara. Maka, tak heran sekarang iklan-iklan dari berbagai perusahaan-perusahaan besar pun berebutan untuk ditayangkan di Kompasiana. Demikian juga jalinan kerja sama (sponsor) dari perusahaan-perusahaan besar pun antri di Kompasiana, terutama dalam bentuk kerja sama lomba penulisan artikel yang menyangkut produk sang sponsor.

Maka, sebetulnya, untuk sekarang ini, tak ada lagi kendala untuk mewujudkan ide Pepih Nugraha, menerbitkan majalah Kompasiana cetak gratis untuk disebarkan di tempat-tempat seperti ruang tunggu dokter, cafe’-cafe’, lobi hotel, dan lain-lain itu. Kalau memungkin pun disebarkan sampai ke dalam pesawat-pesawat terbang komersial. Penumpang pesawat yang biasanya bengong dan bingung, jenuh selama penerbangannya, bisa mengisi waktunya dengan membaca-baca majalah gratis Kompasiana itu.

Karena sudah terkenal itu, maka untuk majalah gratis Kompasiana cetak ini tidak bakal mengalami kesulitan untuk mendapat iklan-iklannya.

Apakah Pepih Nugraha dan manajemen Kompas.com sudah melupakan ide menerbitkan majalah Kompasiana gratis seperti tersebut di atas, diganti dengan menerbitkan majalah Kompasiana gratis dalam format digital?

Pada informasi yang disampaikan oleh Editor Kompasiana, Iskandar Zulkarnaen, dikatakan untuk tahap pertama majalah digital Kompasiana ini akan diedarkan secara gratis melalui toko online media digital Scoop, apakah ini berarti untuk tahapan selanjutnya majalah digital Kompasiana akan menjadi berbayar? Maka sebutan “Freez”-pun akan dihilangkan? Ini belum ada penjelasannya.

Sebenarnya, dengan mengingat dan mempertimbangkan nama besar Kompasiana saat ini dan di kemudian hari pasti akan semakin besar, merealisasikan ide lama Pepih Nugraha untuk menerbitkan majalah Kompasiana cetak secara gratis (Kompasiana Freez) yang disebarkan ke tempat-tempat seperti yang disebutkan di atas (ruang tunggu, cafe’-cafe’, lobi hotel, di pesawat terbang komersial, di taksi-taksi, dan lain-lain sejenisnya), merupakan suatu strategi bisnis yang cukup besar prospeknya.

Nama Kompasiana dan para Kompasianernya pun berpotensi semakin besar dan terkenal. Sedangkan dari sisi bisnis, Kompas.com bisa meraihkan tambahan kesuksesan yang tidak sedikit dari sisi bisnisnya.

Menurut Anda? ***

[caption id="attachment_292088" align="aligncenter" width="560" caption="(Kompasiana.com)"]

13907104651140606923
13907104651140606923
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun