Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Raja Ampat, Papua Barat, Lokasi Syuting James Bond Berikutnya

8 November 2012   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:44 9559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_208045" align="aligncenter" width="550" caption="James Bond (Daniel Craig) dalam SKYFALL (Sumber: http://moviesblog.mtv.com/)"][/caption]

Raja Ampat, Papua Barat, lokasi syuting film James Bond berikutnya? Judul artikel ini merupakan pengandaian saja, tetapi bukan berarti hal itu tidak bisa menjadi kenyataan. Apabila kita mau dan serius menawarkan Raja Ampat kepada EON Productions  (rumah produksi film-film James Bond) dan Sony Pictures, sebagai lokasi syuting Bond ke-24, saya yakin mereka pasti sangat tertarik dan benar-benar akan membuat pengandaian ini menjadi kenyataan.

Berikut ulasan saya:

Salah satu ciri khas film-film James Bond adalah pada setiap filmnya tidak pernah hanya mengambil setting di satu negara saja. Setiap film James Bond selalu ber-setting-kan di beberapa negara. Hal ini berdasarkan kisah agen MI-6 dengan kode 007 yang selalu memerangi kejahatan lintas negara. Di film terakhirnya, sequel ke-23-nya,  Skyfall, setting (syuting) meliputi empat negara, yakni Turki (Istanbul), Inggris (London), Tiongkok (Shanghai dan Makau), dan Skotlandia.

[caption id="attachment_208235" align="aligncenter" width="480" caption="Turki, merupakan langgan film-film Hollywood. Skyfall pun syuting di sana. Indonesia juga harus bisa (sumber.imdb,com)"]

135239229988967717
135239229988967717
[/caption]

Pertanyaannya: Sampai film James Bond yang ke-23 ini (Skyfall), setelah berpindah-pindah syutingnya di entah berapa banyak negara, kenapa Indonesia belum pernah dipilih sebagai salah satu negara tempat James Bond beraksi? Padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan pemandangan-pemandangan alamnya yang sangat eksotis dengan beraneka ragam budaya yang unik.

Thailand saja pernah, yakni di dalam film James Bond yang berjudul The Man with the Golden Gun (1974), dengan Roger Moore sebagai James Bond. Pentolan penjahatnya adalah Scaramanga (Christopher Lee) yang diceritakan mempunyai markas rahasia di sebuah pantai dan kepulauan terpencil. Bond menemukan lokasi tersebut di akhir cerita.  Lokasi itulah yang sekarang sangat terkenal dengan nama “James Bond Island” (aslinya Ko Tapu atau Nail Island / Pulau Paku) dan Pantai Phuket. Film James Bond inilah yang membuat Pantai Phuket dan “Bond Island” menjadi sangat terkenal dan dikunjungi jutaan turis setiap tahunnya sampai sekarang.

Berikut adalah gambar-gambar dan cuplikan film The Man with the Golden Gun berkaitan dengan lokasi syutingnya di Thailand itu:

[caption id="attachment_208198" align="aligncenter" width="625" caption="Bond Island di Thailand, lokasi syuting James Bond: The Man with the Golden Gun (Sumber: James_Bond_Island tropicalisland.de) "]

1352387459961522210
1352387459961522210
[/caption]

[caption id="attachment_208221" align="aligncenter" width="580" caption="Duel di penghujung film The Man and the Golden Gun, antara James Bond (Roger Moore) dengan Scramanga (Christopher Lee). Lokasinya di Pantai Phuket, Thailand (sumber: imdb.com)"]

1352391116171468634
1352391116171468634
[/caption]

Kenapa Indonesia tidak kunjung dipilih rumah produksi James Bond, EON Production sebagai lokasi syutingnya?

Ternyata, tidak benar Indonesia tidak pernah dilirik untuk dijadikan salah satu lokasi negara atau setting tempat James Bond beraksi. Ternyata, sampai saat ini, sudah dua kali Indonesia direncanakan untuk dijadikan salah satu lokasi syuting film James Bond oleh EON Productions dan Sony Pictures. Sayang sekali kedua-duanya gagal direalisasikan. Lebih terasa sayang sekali, bahwa ternyata salah satu film Bond yang batal syuting di Indonesia justru adalah Skyfall ! Seri James Bond yang dipredeksi akan menjadi film Bond terbaik sejak Dr. No(1962), dan juga akan menjadi film Bond yang paling laris sepanjang masa. Bayangkan saja apabila Skyfall jadi syuting di Indonesia. Tentu Indonesia akan semakin dikenal oleh dunia internasional melalui film spionase paling popluer sedunia ini. Tapi, tolong jangan di Bali lagi, masih banyak daerah lain di Indonesia yang tidak kalah bagusnya, atau bahkan lebih bagus, tetapi tidak dengan serius diperkenalkan oleh pihak berkompeten di Indonesia.

Menurut Hindustan Times, awalnya Skyfall direncanskan akan syuting juga di India, Afrika Selatan, dan Indonesia (Bali). Tetapi karena anggaran pembuatan film tersebut terbatas. Dengan alasan penghematan, ketiga negara tersebut dicoret dari daftar lokasi syuting. Diganti dengan Turki, Tiongkok, dan Skotlandia. Sedangkan London, Inggris, memang adalah lokasi syuting yang sudah pasti ada di setiap film Bond, karena markas MI-6 ada di London.

Apa mau dikatakan kalau memang alasannya soal anggaran? Bukankah film Bond ke-23 memang sempat tertunda pembuatannya karena soal dana? Seharusnya, Bond 23 sudah dibuat dan dirilis pada 2010. Setelah masalah dana teratasi barulah Bond 23 ini bisa dibuat dan akhirnya dirilis pada 2012 dengan judul Skyfall itu. Yang tragis adalah kisah ketika pada 1996, pihak EON Productions dari London, Inggris, sebagai rumah produksi film-film James Bondsudah memastikan untuk melakukan syuting di Indonesia untuk film Bond ke-18, yakni Tomorrow Never Dies, yang dibintangi oleh Pierce Brosnan sebagai James Bond, aktris laga asal Malaysia, Michelle Yeoh sebagai Bond;s Girl bernama Wai Lin, dan Jonathan Pryce sebagai Elliot Carver, si jahat lawan utama James Bond. Terpilihnya Indonesia sebagai lokasi syuting Tomorrow Never Dies itu bukan sekadar tambalan, tetapi merupakan setting utamanya. Akan ada adegan kejar-kejaran James Bond dengan para penjahat di kota Jakarta, ada adegan James Bond bersama Wai Lin meloncat melorot turun melalui banner raksasa dari sebuah gedung pencakar langit milik Elliot Carver, yang sebenarnya adalah Menara Kota BNI, di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, dan kawasan Krakatau atau Tana Toraja sebagai markas si pentolan penjahat (Elliot Carver). Tetapi, kesempatan itu hilang begitu saja, dikarenakan persoalan birokrasi dan bebalnya pejabat Indonesia di Departemen Pariwisata di kala itu.

13523917271937447824
13523917271937447824
Gagalnya Indonesia sebagai lokasi syuting utama Tomorrow Never Dies diungkapkan oleh Iman Brotoseno, seorang sutradara dan fotografer bawah laut di blog-nya. Tulisan tersebut sebetulnya tulisan lama, yakni ditulis pada 2007. Tetapi saya sendiri baru tahu ketika membacanya di Kompas.com. Berikut ini, saya salin sebagian artikel di Kompas.com tersebut. Bacalah dan lihatlah betapa kampungan dan sempitnya wawasan para birokrat kita di kala itu, sehingga kesempatan emas untuk membuat Indonesia semakin dikenal dan kesempatan memperoleh devisa yang jumlahnya sangat besar hilang begitu saja. Tomorrow Never Dies gagal syuting di Indonesia dikarenakan antara lain, si birokrat pemberi izin  tidak suka dengan film James Bond yang dikatakan sebagai film tidak masuk akal itu! Tidak heran, sekarang saja pendapatan devisa Indonesia kalah dari negara-negara tetangganya yang tidak mempunyai keindahan alam yang sedemikian banyak dan luar biasa indahnya seperti di Indonesia. Bahkan Indonesia kalah dari negara mini Singapura yang tidak mempunyai keindahan alam yang bisa dijual kepada wisatawan asing. Tetapi, faktanya, pendapatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata kalah dari Singapura. Berikut artikelyang saya maksudkan itu: Iman yang juga dikenal sebagai fotografer bawah laut ini menceritakan, pada medio 1996, dia dihubungi Nigel Goldsack, seorang teman lama yang bekerja di EON Productions, rumah produksi yang terkenal sebagai produser resmi film-film James Bond. Di blognya, Iman menulis, "Mereka tertarik untuk membuat film James Bond yang berjudul Tomorrow Never Dies di Indonesia dengan bintang Kanjeng cah bagus Pierce Brosnan yang jatmika. Mak jedug saya terhenyak tersandar di kursi. James Bond? Shooting di Indonesia? Ini bisa menjadi berita hebat. Maka berhubung waktu itu saya masih bekerja pada orang, maka berita ini saya laporkan kepada boss pemilik perusahaan." Masih dalam tulisan di blognya tersebut, Iman melanjutkan, "Serangkaian meeting digelar bersama Executive Producer, Michael G Wilson yang terbang khusus dari London. Hunting lokasi di seluruh pelosok Indonesia. Direncanakan Kapal Perang Indonesia akan dicat menjadi Her Majesty Ship -british Navy- yang ngapung di selat sunda dengan latar belakang Gunung Krakatau. Markas si penjahat bisa di gunung gunung Tana Toraja, atau sekitar candi-candi Jawa Tengah. Ingat adegan James Bond meluncur melorot melalui banner dari puncak gedung imperium bisnis si penjahat? Tadinya direncanakan akan memakai Gedung Kota BNI di Jalan Sudirman. Tak ketinggalan James Bond mengendarai BMW canggih ciptaan Mr.Q akan kejar kejaran di seputaran kota tua Jakarta." Menurut Iman, jika memang terlaksana, dalam bayangannya, stasiun televisi swasta Indonesia akan bersaing mendapatkan hak eksklusif penyiaran The Making of Tomorrow Never Dies selama di Indonesia. "Mata dunia akan serta-merta mengunjungi Indonesia, tentu saja sektor pariwisata akan berbunga-bunga. Promosi pariwisata bisa berjalan pararel dengan media film. Thailand menjadi bertambah ramai setelah syuting James Bond Man with golden gun. Menara Petronas menjadi populer ketika The EntrapmentSean Connery dan Chaterine Zeta Jonesshooting di sana. "Kita tak akan pernah tahu eksotisnya Kepulauan Karibia tanpa melalui film-film yang mengambil setting di sana," tulis Iman. "Sayangnya, pemerintah, tepatnya birokrasi di pemerintahan kita, tak melihat peluang bagus di depan mata mereka. Iman menulis, "Namun, Indonesia tetap ngindonesiana yang selalu ragu dan nggak mutu dalam melihat sebuah peluang emas. Gubernur Jakarta tidak pernah mengeluarkan perizinan untuk memakai ruang publik. Panglima Armada Barat lebih suka kapal perangnya yang tua karatan bersandar di pelabuhan Tanjung Priok--karena tidak ada dana operasional--daripada disewakan. Tentu saja puncaknya, top of the top, sambutan Dirjen Pariwisata waktu itu Bapak Andi Mapasameng yang menerima audiensi kita. Dengan wajah yang kurang ramah, yang mungkin kurang tidur karena sibuk bagaimana meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Ekspresi wajahnya tetap datar, walau pihak London telah memaparkan akan menghabiskan biaya sekitar 70 juta dollar untuk budget produksi di sini. Dari biaya perizinan, lokasi, setting, peralatan, art department, termasuk penyerapan tenaga kerja lokal, katering, hotel, crew, figuran sampai tukang angkut." Iman dalam blog—nya mengingat betul ucapan sang dirjen saat audiensi. "Ujung ujungnya bapak dirjen nyeletuk setelah diterjemahkan— "Saya nggak suka tuh Film James Bond, tidak masuk akal ceritanya!" "Kita adalah bangsa yang rasional dan selalu mengangkat cerita film berdasarkan aspek kehidupan nyata. 'Gombalmukiyo bangsa yang rasional! Mendadak saya mengkeret. Lemas, dan malu terhadap tamu-tamu. Bukankah sebagai pengambil keputusan tertinggi di bawah Menteri, seharusnya beliau lebih ramah, dan kalau perlu kempus dan ndobos. Sebagai satrio pinilih bidang pariwisata, semestinya beliau sadar bahwa ini potensi luar biasa corong pariwisata Indonesia," tulis Iman. Teman lama Iman, Nigel, hanya berkomentar singkat saat makan malam perpisahan di Regent Hotel yang sekarang menjadi Four Season. "Your country never change," ujar Nigel seperti yang ditulis Iman. Di akhir tulisanya, Iman seperti juga banyak di antara kita yang sering kali menyesalkan tindakan tak produktif pejabat, menyesali sembari mengajak merenung pembaca blognya. "Akhirnya mereka kembali shooting di Thailand dan Kamboja. Sampai sekarang setiap saya menonton James Bond, saya selalu trenyuh dan teringat kasus ini. Hilang sudah kesempatan melihat Michelle Yeoh—yang sekarang menjadi duta wisata Malaysia—secara langsung di sini. Siapa tahu kita bisa lebih dulu mencuri Michelle Yeoh menjadi duta wisata kita dengan slogannya yang dahsyat 'Truly Indonesia'," tulis Iman kala itu.

*

Sebenarnya, di Indonesia terlalu banyak pemandangan alam yang eksotis, dengan ragam budaya yang sangat banyak dan unik pula. Lebih dari layak untuk dipakai sebagai lokasi syuting film-film kelas dunia, terutama Hollywood.

Saya sedikit heran dengan berita bahwa sempat ada rencana film James Bond, Sky Fall syuting di Bali. Kenapa mereka memilih Bali lagi? Eat, Pray, Love (2010) dengan bintang utamanya Julia Roberts dan Javier Bardem (si jahat Raoul Silva di Sky Fall) juga syuting di Bali. Kok, Bali melulu, sih? Itu karena Indonesia terlalu fokus hanya pada Bali dalam mempromosikan tempat-tempat wisatanya. Sehingga di luar negeri pun (terutama di Amerika dan Eropa) banyak yang hanya tahu Bali daripada nama negaranya, Indonesia.

Padahal masih ada lokasi-lokasi layak syuting film-film Hollywood yang tidak kalah bagusnya dengan di Bali, bahkan lebih bagus. Sebut saja, kawasan di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Lebih dari layak untuk syuting film-film Hollywood itu, termasuk film James Bond. Raja Ampat jauh lebih bagus daripada Pantai Phuket dengan James Bond Island-nya itu.

Lihat Raja Ampat di bawah ini. Bandingkan dengan Bond Island di Phuket, Thailand tersebut di atas:

1352392027978036269
1352392027978036269

[caption id="attachment_208230" align="aligncenter" width="612" caption="Raja Ampat, Papua Barat (National Geographic)"]

13523920661830182758
13523920661830182758
[/caption] [caption id="attachment_208246" align="aligncenter" width="574" caption="Raja Ampat, Papua Barat (sumber: indonesiarevive.com)"]
13523933431352648524
13523933431352648524
[/caption]

Atau, film James Bond layak juga kok syuting di daerah asal saya, Fakfak, Papua Barat, yang juga memiliki pemandangan-pemandangan alam yang eksotis seperti di bawah ini (Hehehe...):

[caption id="attachment_208232" align="aligncenter" width="500" caption="Fakfak, Papua Barat (sumber: Fakfakinfo.com)"]

13523921511945253478
13523921511945253478
[/caption] [caption id="attachment_208233" align="aligncenter" width="406" caption="(Fakfakinfo.com)"]
13523921961185319677
13523921961185319677
[/caption]

Ironisme dan kekonyolan yang terjadi pada gagalnya syuting Tomorrow Never Dies di Indonesia, semoga tidak terjadi lagi. Seiring dengan semakin demokratis dan terbukanya wawasan bangsa ini, termasuk para birokratnya.

Di dunia perfilman internasional, Indonesia sudah mulai dikenal lewat film aksi Serbuan Maut (The Raid, Redemption / 2011) yang dibintangi oleh Iko Uwais dan Joe Taslim. Iko Uwais saat ini sedang syuting film Hollywood yang berjudul Man of Tai Chi bersama dengan aktor Keanu Reeves (Speed, Trilogy Matrix). Sedangkan Joe Taslim sedang syuting Fast and Furious 6, bersama dengan Dwayne Johnson (The Rock), Vin Diesel, dan Paul Walker.

Sekarang ini ada beberapa film Hollywood yang syuting di Indonesia. Sayangnya, sampai saat ini rupanya mental birokrat kita belum juga benar-benar pulih. Akibatnya, kru film-film Hollywood itu, para aktor, produser, dan sutradara mendapat pengalaman yang tidak mengenakkan selama syuting di sini. Mulai dari aparat koruptif, tukang palak sampai dengan berbelit-belitnya birokrasi perizinan, dan tidak adanya insentif sama sekali buat mereka dari pemerintah RI.

Bintang film Taylor Kisch (John Carter - 2012) pernah dipalak (diminta iPhone-nya) oleh petugas imigrasi di Lombok, NTT, supaya bisa diizinkan masuk. Taylor Kisch datang ke NTT, salam rangka melakukan syuting film Savages (2012 / sutradara: Oliver Stone) yang beberapa bagian filmnya mengambil lokasi syuting di Pulau Mayo, NTT (bbc.com).

Lain lagi pengalaman Seth Baron, Co-Producer film aksi Java Heat (2013), sebuah film aksi pertama Hollywood yang seluruh lokasi syutingnya di Indonesia (Yogyakarta). Bintang utamanya: Kellan Lutz (Twilight Saga: Breaking Dawn 1 & 2), Mickey Rourke (Iron Man 2, The Expendables), disertai bintang-bintang lokal, Ario Bayu, Agung Udijana, dan Verdi Solaiman.

Ketika diwawancarai Majalah Cinemags, menjawab pertanyaan: “Adakah kesulitan syuting di Indonesia?

Seth baron menjawab, “The permit. Itu yang paling berat. Pemerintahnya terkadang menyulitkan karena tahu kami adalah filmmaker asing meskipun para pemain dan kru orang Indonesia. Kami harus meminta banyak tanda tangan di departemen ini atau itu. Di sini juga tidak ada tax break untuk para filmmaker. Padahal apa yang kami lakukan adalah bagus karena mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri. We’d like to introduce Indonesia to the world through film.” (Cinemags, November 2012).

Semoga hal-hal demikian, yang bakal menjadi promosi buruk Indonesia di mata Hollywood, tidak akan terjadi lagi. Supaya siapa tahu, film James Bond yang ke-24 akan memilih syuting di Indonesia. Di Raja Ampat, misalnya? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun