Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menurut Anas Urbaningrum, Sebenarnya Justru SBY-lah yang Sangat Tidak Cerdas!

18 Februari 2012   06:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 3286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13295470271947311890

Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Andi Mallarangeng dalam keterangan persnya, 16 Februari 2012, mengatakan bahwa ketika SBY mendengar Angelina Sondakh dipindahkan ke Komisi III yang membidangi hukum, SBY marah besar.

“Pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina segera memerintahkan Ketua Umum dan Ketua F-PD untuk membatalkannya. Itu semua sama sekali tidak cerdas,” kata Andi meniru SBY (Kompas, 18/02/2012).

Hayono Isman, anggota Dewan Pembina PD pun mendukung SBY dengan mengatakan, “... menempatkan Mbak Angie di Komisi III DPR itu sangat tidak cerdas. Tentu semua sudah dikoordinasikan dengan DPP ... Dewan Pembina Demokrat tidak tahu pemindahan komisi tersebut, apakah pemindahan komisi ini perintah Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum, atau pihak lain.”

Padahal, sebenarnya membiarkan Angie di Komisi X yang antara lain membidangi pendidikan dan olahraga itu pun, atau ke Komisi manapun di DPR sama tidak cerdasnya, atau sama bodohnya, sebagaimana saya sudah tulis di tulisan saya yang berjudul SBY, Para Petinggi Demokrat Itu Memang Tidak Cerdas!

Dengan perkataan lain SBY (dan Hayono Isman) telah mengatakan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum dan/atau Ketua Fraksi PD M Jafar Hafsah telah melakukan perbuatan yang sangat bodoh.

Tetapi, rupanya Anas Urbaningrum berpendapat sebaliknya. Meskipun tidak secara langsung mengatakannya, tetapi dari pernyataannya yang diucapkan kemarin (17 Februari 2012)dapat diartikan bahwa menurut Anas justru SBY (dan Hayono Isman) yang sangat tidak cerdas. Karena tidak mengerti mekanisme dan kewenangan/otoritas pemindahan kader-kader Demokrat di Komisi-komisi DPR. Bahwa pemindahan itu sebenarnya kewenangan (sepenuhnya) Ketua Fraksi. Dia sebagai Ketua Umum, atau Ketua Dewan Pembina sekalipun sebenarnya tidak perlu campur tangan.

Seperti yang dikutip Harian Kompas edisi Sabtu, 18 Februari 2012, Anas mengatakan bahwa mekanisme dan kewenangan pemindahan Angelina Sondakh itu merupakan otoritas dan kewenangan sepenuhnya Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR.

“... Mekanismenya kan ada di bawah koordinasi fraksi. Itu otoritas fraksi. Ketika anggota DPR pindah (komisi), itu kewenangan (ketua) fraksi,” kata Anas kepada wartawan di Bandar Lampung, Jumat 17 Februari 2012.

Seolah-olah, atau memang demikian, Anas ingin mengingatkan SBY (dan Hayono Isman) bahwa seharusnya jangan mempersalahkan dirinya. Karena sesungguhnya pemindahan Angelina Sondakh itu bukan kewenangannya (meskipun dia Ketua Umum). Tetapi adalah kewenangan Ketua Fraksi Jafar Hafsah. Juga jangan mencampuri kewenangan Ketua Fraksi dalam menjalankan kewenangannya di DPR itu.

Sedangkan kepada Hayono Isman yang mengatakan bahwa yang memerintahkan pemindahan itu (mungkin) adalah Ketua Umum Anas Urbaningrum, diingatkan oleh Anas bahwa pasti itu bukan dia, karena seharusnya Hayono sebagai anggota Dewan Pembina, mengerti tentang kewenangan pemindahan anggota partai di DPR itu. Itu kewenangan Ketua Fraksi Jafar Hafsah, bukan kewenangan dia sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Masakan sebagai anggota Dewan Pembina Hayono Isman tidak mengerti itu?

Seolah-olah menguatkan pernyataan Anas itu, Wakil Ketua Fraksi Sutan Bhatoegana pun mengatakan, “Ini karena yang lakukan Pak MJH (M Jafar Hafsah) dengan DPP, merekalah yang tahu alasan (sebenarnya pemindahan) itu.”

Sedangkan, Ketua Fraksi Jafar Hafsah pun sepertinya tidak mau dikatai tidak cerdas, atau bodoh begitu saja oleh SBY. Dalam pernyataannya tentang pemindahan Angie tersebut, pada 17 Februari 2012, yang dikutip Kompas, dia mengatakan sebagai berikut: “Itu tidak ada maksud-maksud tertentu. Tidak ada satu komisi yang kebal terhadap hukum. KPK saja tidak kebal hukum. (Pemindahan itu) hanya refreshing saja.”

Seolah-olah dia mau bilang kepada SBY, janganlah terlalu serius menanggapi pemindahan Angelina Sondakh ke Komisi III Hukum itu. Cuma refreshing saja, kok. Meskipun kemudian dia melaksanakan perintah SBY untuk membatalkan pemindahan tersebut.

Apa pun alasannya, dari pernyataannya ini. Juga dari pernyataan Jafar Hafsah sebelumnya bahwa pemindahan Angie itu sudah direncanakan sejak lama, dan merupakan rutinitas partai, (dan oleh karena itu tidak perlu dipersoalkan), menunjukkan adanya kebenaran dari pernyataan SBY bahwa Ketua Fraksi parpolnya ini memang sangat tidak cerdas.

Sekalipun itu merupakan rutinitas, tetapi kalau sekarang menjadisangat tidak pantas, apakah otaknya tidak bekerja untuk tidak tetap saja menjalankan apa yang disebut rutinitas itu?

Pernyataannya yang mengatakan (pemindahan itu) hanya merupakan refreshing saja menunjukkan betapa orang ini menganggap enteng permasalahan hukum korupsi yang melibatkan para petinggi PD itu. Bagi orang ini rupanya etika tidak perlu dipakai, dan oleh karena itulah di Komisi mana pun Angie ditempatkan, sebenarnya bukan masalah. Kan Cuma rutinitas, kan Cuma refreshing?

Bagaimana pun juga menyaksikan saling lempar pernyataan yang saling bertentangan dan terkesan saling sanggah itu di antara para petinggi Demokrat, bahkan termasuk Ketua Dewan Pembinanya sendiri, SBY, menunjukkan bahwa Demokrat memang semakin sulit bisa dipercaya. Dan, dari dalam sedang menghancurkan dirinya sendiri.

Kalau SBY saja sudah mengatakan anak buahnya di DPR itu sangat tidak cerdas, tapi kenapa dia terus mempertahankannya? Apakah menunggu langkah-langkah yang lebih tidak cerdas lagi dari yang bersangkutan?

Kalau ada orang tetap mempertahankan bawahannya yang dia ketahui tidak sangat cerdas, bukankah orang lain bisa menganggap bahwa orang yang tetap mempertahankan orang yang sangat tidak cerdas itu sebenarnya malah lebih tidak cerdas lagi? Sudah tahu orangnya sangat bodoh, kok tetap dipertahankan? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun