Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak SBY, Ini Ada Satu Lagi Kader Parpol-mu yang Sangat Tidak Cerdas!

19 Februari 2012   10:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Pak SBY, ini ada lagi satu kadermu yang tidak cerdas!

Ketua Biro Bidang Hukum dan HAM Partai Demokrat Jemmy Setiawan dalam siaran persnya, kemarin, Sabtu, 18 Februari 2012 menyerukan kepada keluarga besar PD untuk memboikot media massa yang dinilai hanya selalu mengdeskreditkan parpol tersebut dan Ketua Dewan Pembinanya, SBY.

Media-media itu, katanya, mempunyai tendensi politik untuk menghancurkan Demokrat dengan cara hanya memberitakan hal-hal buruk tentang Demokrat dan Ketua Dewan Pembina (SBY), dan mengadu-dombakan para kadernya.

“Bukan sekali atau dua kali Demokrat diadudomba di depan publik oleh media. Kini, saatnya kepada seluruh kader Partai Demokrat untuk melakukan boikot terhadap media yang terindikasi punya tendensi politik dalam menghancurkan Partai Demokrat,” kata Jimmy Setiawan (Kompas.com, 18/02/2012).

Bentuk pemboikot tersebut, menurut Jimmy, dilakukan dengan cara menolak wawancara ataupun dijadikan sebagai narasumber oleh media yang terindikasi punya kepentingan politik tersebut.

Jelas sekali ini adalah seruan yang sangat tidak cerdas, Pak SBY!

Ini orang mau menyelamatkan partainya, ataukah sebaliknya?

Dengan tidak adanya sumber berita lagi dari Demokrat, dengan terjadinya media yang Anda maksudkan itu kalau memang benar ada, tidak bisa mewawancarai sumber langsung dari Demokrat lagi, maka media itu pasti tidak akan memuat lagi berita-berita yang berupa sanggahan-sanggahan, atau berita-berita menurut versinya Demokrat. Dengan demikian nama Demokrat malah akan semakin rusak di mata publik pembaca media tersebut.

Kalau sudah begini, yang salah, atau yang bodoh itu siapa?

Siapakah sesungguhnya yang memperburuk Demokrat? Media, atau justru para kader dan petingginya sendiri, dan, media yang memberitakannya?

Faktanya adalah sebagian besar pemberitaan tersebut, bukankah justru berasal dan akibat dari ulah, perilaku dan pernyataan-pernyataandari para kader petinggi Demokrat sendiri, yang tidak cerdas, konyol dan juga menunjukkan tidak solidnya internal partai?

Contoh terkini; Bukankah SBY, dan Hayono Isman sendiri yang mengatakan bahwa Ketua Umum dan Ketua Fraksi Demokrat itu sangat tidak cerdas (bahasa halus dari kata “sangat bodoh”), berkaitan dengan pemindahan Angelina Sondakh ke Komisi III yang membidangi Hukum di DPR itu?

Dan, memang betul 'kan tidak cerdas? Baik yang mengatai, maupun yang dikatai. Masakan seorang tersangka kok mau terus dipertahankan sebagai wakil partainya di DPR? Dikiranya hanya di Komisi Hukum saja si tersangka Angelina itu tidak pantas. Padahal, di komisi manapun di DPR dia itu sudah sangat tidak pantas berada di DPR.

Ketua Umum dan Ketua Fraksi Demokrat yang dimarahi Sang Ketua Dewan Pembina bukannya mengaku salah dan meminta maaf, malah berbalik dengan memberi pernyataan seolah-olah menantang SBY.

Si Anas seolah-olah balik menguliahi SBY (dan Hayono Isman)bahwa wewenang dan otoritas mengurus kader partai, termasuk memindahkan mereka di komisi-komisi di DPR itu,bukan siapa-siapa, tetapi Ketua Umum Fraksi. “Jadi, tolonglah itu dihormati”, kira-kira dia mau bilang begitu kepada SBY (dan Hayono).

Sedangkan si Ketua Fraksi FPD Jafar Hafsah seolah-olah mau bilang kepada SBY, “Santai saja, Boss. Pemindahan Angelina itu, ‘kan bagian dari rotasi di DPR yang sudah lama direncanakan, dan sudah merupakan rutinitas. Ini hanya refhreshing saja, kok, bos. Gitu aja kok pake marah besar, Boss?! Sekarang, gua pindahan, ya, jangan marah lagi, ya, Boss?”

Opini saya selengkapnya tentang ini dapat dibaca di sini.

Kalau publik pun bertanya-tanya dengan penuh kecurigaan, kenapa, kok perlakuan terhadap Angie berbeda sekali dengan Nazaruddin? Jangan salahkan media, dong.

Kalau Nazaruddin, begitu dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK, langsung dipecat sebagai anggota partai dan sebagai anggota DPR FPD. Kenapa Angelina meskipun sudah dinyatakan sebagai tersangka, malah tetap ngotot dipertahankan?Apakah karena Angie punya rahasia besar beberapa petinggi Demokrat, termasuk Ketua Umum dan Ketua Fraksinya, dan mau diajak kerjasama?

Siapakah yang mau menghancurkan Demokrat? Siapakah yang membuat di antara para petinggi Demokrat saling menyerang sendiri dan memberi pernyataan-pernyataan yang saling bertolak belakang? Kalau bukan para petinggi Demokrat sendiri?

Lihat saja sendiri, belum apa-apa, seruan si Jimmy Setiawan ini langsung dibantah sendiri oleh sang Ketua Umum Anas Urbaningrum. Di Pangkal Pinang, kemarin (18/02/2012), Anas tidak membenarkan seruan Jimmy Setiawan tentang pemboikotan media itu (Media Indonesia Online, 18/02/2012). Sedangkan anggota Dewan Pembina PD Achmad Mubarok, mengatakan bahwa seruan Jimmy itu bukan seruan resmi partai. Nah, kalau sudah begini, terus publik menilai tidak ada kekompakan di pengurus PD, apakah media yang salah?

Siapa saja yang diduga kuat terlibat bebagai kasus korupsi yang paling panas saat ini, kalau bukan mulai dari mantan petinggi Demokrat si terdakwa Muhammad Nazaruddin, si tersangka Angelina Sondakh, dan mereka yang namanya paling sering disebut di persidangan: Anas Urbaningrum, Jafar Hafsah, Andi Mallarangeng, Mirwan Amir, dan seterusnya?

Siapakah yang mengatakan Anas seharusnya mundurdan diperiksa KPK, atau kalau Anas terus diam saja berarti semua tuduhan kepadanya itu benar, kalau bukan Ketua Divisi Komisi PD Ruhut Sitompul? Dan siapa pula yang bilang, Anas tidak perlu mundur, karena belum ada institusi di PD yang mengehendakinya, kalau bukan Wakil Sekretaris Jenderal PD Saan Mustofa?

Siapakah yang bilang KPK dibubarkan saja, dan para koruptor diberi pengampunan dengan membayar pajak atas harta yang dikorupsinya, kalau bukan Ketua DPR dari Fraksi Demokrat si Marzuki Alie?

Siapakah yang diam-diam berselingkuh sampai diadu ke Mabes Polri, dan digugat cerai oleh istrinya, kalau bukan siRuhut Sitompul?

Siapakah yang mengatakan terdapat banyak faksi di Demokrat, yang berpotensi menimbulkan perpecahan, kalau bukan salah satu anggota Dewan Pembina Demokrat Hayono Isman? Dan, siapa pula yang membantahnya, dengan mengatakan tidak ada yang namanya faksi-faksi, semua itu solid dan bersatu-padu, kalau bukan Sekretaris Dewan Pembina Demokrat Andi Mallarangeng?

Siapakah Presiden RI saat ini, yang lewat berbagai kebijakannya malah lebih sering menguntungkan korporat asing ketimbang, dan malah semakin menindas rakyatnya sendiri ketika mereka protes karena hal itu? Siapakah Presiden RI saat ini, yang ketika berhadapan dengan ormas-ormas radikal saja tertunduk takut, tak berani tegas menegakkan amanah Pancasila dan UUD 1945 untuk menjamin pluralisme dalam kehidupan beragama di Tanah Air ini?

Itu semua hanya sebagian kecil saja dari reputasi hitam para petinggi Demokrat, yang membuat Demokrat dan SBY, baik sebagai Ketua Dewan Pembina, maupun sebagai Presiden RI, semakin merosot tingkat kepercayaannya.

Media (hanya) memberitakan perbuatan-perbuatan buruk mereka itu. Media bukan memburuk-burukkan hal-hal yang memang nyata-nyata buruk itu.

Maksud memboikot media itu jelas bukan hanya suatu perbuatan yang sia-sia, tetapi seperti kata SBY: Sangat tidak cerdas. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun