Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Tarian Tango di El Viejo Almacen, Buenos Aires (Ketika "Rasa Sayang Ee.." Berkumandang)

24 Desember 2011   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_151023" align="aligncenter" width="349" caption="(http://tangotix.com)"][/caption] [caption id="attachment_151022" align="aligncenter" width="550" caption="(http://tripwow.tripadvisor.com)"][/caption]

Sebelum wisata ke Air terjun Iguazu/Iguassu di Brasil dan Argentina, yang saya ceritakan di Kompasiana tanggal 18 November 2011, kami berada di Moskwa, Rusia, dan Houston, Amerika Serikat. Setelah itu kemudian masuk ke Argentina,melalui Buenos Aires.

Di Houston kami sempat makan malam di sebuah restoran China, namanya Yao Restaurant. Karena namanya mengingatkan saya pada pebasket Houston Rocket asal China, Yao Ming, sayabertanya kepada pelayannya apa hubungannya restoran tersebut dengan Yao Ming. Ternyata, restoran itu memang milik Yao Ming. Baru kemudian saya perhatikan di pojok kanan bagian dalam pintu masuk, terdapat beberapa foto Yao Ming ketika meresmikan restorannya itu.

Di Buenos Aires kami mengunjungi beberapa tempat yang menurut saya biasa-biasa saja, tidak terlalu menarik. Antara lain menyusuri Tigre Delta dengan perahu motor, yang rasanya tidak ada yang istimewa.

Yang cukup menarik adalah ketika kami mengunjungi stadion salah satu klub sepakbola terkenal Argentina, Klub Atlético Boca Juniors, yang lokasinya di kawasan La Boca, di pinggiran Buenos Aires. Pesepakbola legendaris dunia Diego Maradona berasal dan besar di klub sepakbola ini. Ada juga nama Gabriel Batistuta, dan beberapa nama pemain Argentina lainnya berasal dari klub yang sama.

Striker Manchester City, Carlos Teves yang saat ini diperebutkan AC Milan dan Paris Saint Germain, juga berasal dari Boca Juniors. Kabar terakhir mengatakan bahwa setelah kontraknya habis di Manchester City pada Januari 2012 nanti Teves memutuskan untuk tidak memilih salah satu dari kedua klub yang memperebutkan dirinya itu. Melainkan hendak kembali ke klub asalnya, Boca Juniors ini.

Setelah melihat-lihat bagian dalam stadion yang berisi sejarah, kostum, dan foto-foto klub tersebut dan toko souvenirnya, kami masuk ke bagian tribun penonton untuk foto-foto dan melihat dari dekat lapangan dari klub terkenal ini. Di lingkungan luar sekitar stadion juga terdapat beberapa toko-toko kecil yang menjual suvenir-suvenir Boca Juniors, dan timnas Argentina.

Dari Stadion Boca Juniors kami menempuh perjalan cukup jauh ke sebuah sebuah ranch yang telah berusia lebih dari 100 tahun di kawasan yang bernama Pampas, di pinggiran Buenos Aires. Namanya Estancia Don Silvano, atau Ranch Don Silvano. Mengambil nama dari pemiilk awalnya, Silvano, seorang imigran asal Italia. Luasnya 380 hektar. Pemilik sekarang adalah generasi keempatnya.

[caption id="attachment_151019" align="aligncenter" width="506" caption="Kami diambut dengan teh khas Argentina, Mate dan Empadanas, kue khas Argentina. Bentuk dan rasanya mirip sekali dengan pastel di Indonesia"] [/caption] Kedatangan kami disambut dengan minuman tradisional Argentina, Mate. Rasanya mirip teh China dari bunga chrysanthemum, yang biasa digunakan untuk mengobati panas dalam. Disajikan bersama kue khas Argentina juga yang bentuk dan rasanya sangat mirip dengan pastel. Namanya Empanadas. Katanya, sejarah kue ini sumbernya sama dengan pastel di Indonesia, yakni dari Spanyol, yang kemudian dibawa ke Argentina oleh orang-orang Spanyol awal. Sedangkan yang di Indonesia, dibawa oleh orang-orang Belanda yang dipengaruhi oleh penganan asal Spanyol ini.

Hiburan yang ada di Ranch Don Silvano antara lain adalah masing-masing berkuda didampiningi joki dengan kudanya sendiri, atau dengan menggunakan kereta yang ditarik kuda mengelilingi ranch tersebut. Makan siang di sebuah gedung besar semacam aula, yang asalnya adalah istal yang kemudian dirombak menjadi yang seperti sekarang. Berkapasitas sekitar 350 orang. Selesai makan pengunjung dapat melihat atraksi kepiawaian menunggang kuda oleh para penggembala di ranch tersebut. Antara lain pertunjukan lomba mengambil beberapa cincin yang digantung di pipa-pipa ukuran ½” dengan sebatang kayu kecil seukuran sumpit dari atas kuda yang dipacu dengan kecepatan tinggi.

[caption id="attachment_151024" align="aligncenter" width="459" caption="Mengambil cicin dengan sebuah "][/caption]

Makan siang dijamu dengan steak dan daging panggang sapi dan domba tradisional Argentina. Pada saat itulah pembawa acara yang sekaligus salah satu pemain musik memperkenalkan asal negara para peserta wisata yang hadir di dalam ruangan besar itu. Termasuk dari kami, Indonesia. Setiap nama negara yang disebut disambut dengan tepuk tangan dan sorakan meriah. Pada waktu itu ada peserta dari Indonesia (kami), India, Spanyol, Italia, Perancis, dan Amerika Serikat.

[caption id="attachment_151028" align="aligncenter" width="717" caption="Foto bersama di ranch Don Silvano"][/caption]

Kemudian masing-masing negara diminta untuk menyumbangkan lagu khas negaranya. Ketika tiba giliran Indonesia, salah satu teman wisata kami naik di atas panggung dengan menyanyikan lagu “Rasa Sayang Ee ...” yang diiringi dengan tepuk tangan, sorak-sorak dan tarian oleh seluruh peserta.

Berikut adalah video, ketika Pak Jimmy wakil dari rombongan kami (Indonesia) tampil di atas panggung dengan lagu “Rasa Sayang Ee...” itu:

Pada kesempatan itu juga ditampilkan berbagai pertunjukan lagu-lagu dan tari-tarian tradisional Argentina. Tentu saja tidak ketinggalan adalah tarian Tango-nya. Mungkin tarian Tango yang disajikan itu adalah yang paling tradisional sesuai dengan suasana perkampungan di ranch yang berada jauh dari pusat kota. Jadi, meskipun menarik, kelihatnnya sederhana sekali. Berbeda dengan pertunjukan di kota Buenos Aires. Tarian Tango yang kami tonton di sana, setelah makan malam kelihatan sekali sangat menarik dan profesional. Makan malam di restoran tua, El Viejo Almacen.

Setelah makan malam itu, kami menyeberang ke sebuah gedung bernama sama. Gedung tersebut khusus untuk pertunjukan tarian Tango paling terkenal di Argentina. Asalnya adalah sebuah gudang kuno di tahun 1798, yang kemudian pada sekitar 1969, pemiliknya, Edmundo Rivero mengubahnya menjadi sebuah kafe’ bernama “Tortoni Café” dengan pertunjukkan Tarian Tango-nya yang diadakan setiap hari tujuh kali dalam seminggu..

Di lembaran brosur yang ada dijelaskan tentang penari-penari Tango Argentina terkenal yang pernah menari di sana dengan nama-nama tarian Tango yang populer. Saya sama sekali tidak punya wawasan tentang Tarian Tango itu. Cuma pernah tahu namanya, dan sekarang melihatnya sendiri secara langsung.

Diterangkan bahwa nama-nama besar penari tersebut adalah antara lain Aníbal Troilo, Osvaldo Pugliese dan Roberto Goyeneche. Dengan lagu dan tari-tariannya bernama “Caminito”, “El día que me quieras”, “Mi Buenos Aires

Querido” dan lain-lain. Anda mengerti? Saya tidak, yang penting nikmati saja... ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun