Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pemain Timnas, Kok Ngambek?

17 September 2011   16:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_130656" align="aligncenter" width="620" caption="Pelatih timnas sepakbola Indonesia asal Belanda, Wim Rijsbergen dalam sebuah latihan bersama para pemain timnas (Kompas.com)"][/caption]

Apakah sepakbola Indonesia sudah layak tampil di level internasional? Mungkin sejajar dengan Korea Selatan dan Jepang?

Semua orang pasti setuju bahwa Indonesia sampai saat ini belum bisa dikatakan layak bermain di level internasional (kelas dunia). Jangankan level internasional (dunia). Untuk level Asia pun Indonesia belum diperhitungkan. Indonesia baru bisa sedikit menonjol di level Asia Tenggara. Tetapi itu pun belum pernah sekalipun menjuarai turnamen di level ini (Asia Tenggara / Piala Tiger / AFC).

Dalam perkembangan terakhirnya, pada kualifikasi Asia untuk Pra Piala Dunia 2014 di Brasil, di dua kali pertandingan berturut-turut Indonesia kalah. Masing-masing melawan Iran (tuan rumah) dengan skor 0-3, dan yang terakhir ketika menjadi tuan rumah, melawan Bahrain dengan skor 0-2.

Seusai pertandingan melawan Bahrain itu, Kapten Timnas, Bambang Pamungkas (Bepe) dengan sportif mengatakan bahwa mereka masih kalah pintar dengan Bahrain.

"Kita harus mengakui kalau kita bermain tidak baik. Kami terlalu banyak kehilangan bola dan mereka bermain lebih pintar. Kalau kami bermain lebih pintar, tentu enggak akan membuang-buang bola karena dengan kehilangan bola kami harus lebih mengejar dan membuat kami makin kelihatan lebih capek ya," katanya, dalam keterangan pers usai kalah 0-2 dari Bahrain (kompas.com).

Nah, kalau semuanya sudah sedemikian gamblang. Lalu, kenapa ketika Pelatih Timnas, Wim Rijsbergen, dengan suara keras mengkritik para pemain asuhannya sendiri itu dengan antara lain mengatakan bahwa mereka (Timnas Indonesia) belum layak tampil di level internasional, mendadak membuat banyak pihak tersinggung berat, dan marah? Termasuk Bepe sendiri, bersama, konon tujuh pemain Timnas lainnya. Sampai-sampai katanya, mau berhenti sebagai pemain timnas apabila Wim masih menjadi pelatihnya.

Tidak cukup hanya marah kepada Wim. Bahkan beberapa pihak mendesak Wim segera dipecat sebagai pelatih timnas dan diusir keluar Indonesia, karena dia telah menghina bukan hanya timnas, tetapi juga bangsa Indonesia!

Reaksi dengan semangat nasionalisme berlebihan dan tidak pada tempatnya ini antara lain dikemukakan oleh mantan anggota Komite Normalisasi PSSI FX Hadi Rudyatmo. Dia mengusulkan agar Wim segera dipecat, karena dia telah menghina, dan menjatuhkan motivasi para pemain timnas. Bahkan, katanya, Wim sudah melecehkan harga diri bangsa Indonesia lewat pernyataannya itu.

"Pernyataan bahwa timnas Indonesia belum layak tampil di level internasional tidak pantas keluar dari mulut pelatihnya sendiri. Itu tidak saja melecehkan pemain, tetapi melecehkan harga diri bangsa Indonesia," kata Rudy, yang kini adalah Ketua PSSI Solo, dan Wakil Wali Kota Solo itu (kompas.com, 16/9/2011).

Jadi, mau mereka ini sebenarnya Wim harusberkata apa ketika melihat penampilan tim yang baru dilatih sekitar dua bulan itu?

Apakah mereka mau Wim harus berkata seperti ini, “Oh, timnas Indonesia sangat luar biasa hebatnya. Bisa disejajarkan dengan Jepang dan Korea Selatan. Besar peluangnya lolos ke Piala Dunia 2014 di Brasil. Bahkan satu grup dengan Brasil, Argentina, Spanyol, Belanda, dan Italia pun kita tak gentar ...”?

Kalau Wim bicara seperti ini, justru kita layak merasa tersinggung. Karena kita tahu itu semua tidak sesuai dengan fakta.

Apakah kita mau Wim bicara apa adanya, menurut penilaiannya sebagai seorang pelatih, demi perbaikan performa timnas, ataukah kita mau dia bersikap basa-basi, dengan mengatakan hal-hal yang menyenangkan hati para pemain timnas dan kita tetapi semu dan palsu, tidak sesuai dengan fakta?

Seharusnya kita berpikiran positif terhadap pernyataan Wim tersebut. Sebagai seorang pelatih dengan latar belakang budaya barat, yang tidak terbiasa berbasa-basi. Tentu Wim berbicara apa adanya. Dan sebagai seorang pelatih profesional, tentu saja setelah bicara begitu (bahwa timnas tampilannya jelek – sampai-sampai menurutnya belum layak bermain di level internasional), tentu dia akan berupaya untuk memperbaikinya. Melatih timnas bagaimana supaya bisa “layak tampil di level internasional”. Karena dia dibayar memang untuk itu. Kalau dia tidak mampu untuk itu, tentu saja dia sadar konsekuensinya. Bisa dipecat oleh PSSI.

Seharusnya pernyataan Wim tersebut justru menjadi cambuk motivasi bagi semua pemain timas untuk bisa tampil jauh lebih baik untuk bisa membuktikan kepada Wim bahwa omongannya itu salah. Bukan malah ngambek, dengan ancaman mogok main kalau Wim masih sebagai pelatihnya.

Mungkin mental lembek seperti ini terbentuk karena banyak pemain sepakbola kita begitu terbiasa dimanja. Baru sedikit berprestasi saja sudah dielu-elukan dan dikucur berbagai hadiah secara berlebihan. Sampai-sampai dijadikan bintang film komersial segala. Pemain kelas dunia saja, tidak ada yang pernah “merangkap” menjadi bintang film komersial.

Begitu berhadapan dengan pelatih yang keras, si anak manja pun tak siap mental.

Bagaimana bisa maju, kalau mentalnya lembek seperti ini. Baru mendengar kata-kata keras seperti itu saja sudah down mentalnya. Bagaimana kalau nanti kalah lagi ketika melawan Qatar di pertandingan selanjutnya? Bukankah justru akan semakin mempertegas kebenaran ucapan Wim bahwa timnas Indonesia memang masih belum layak tampil di level internasional. Bagaimana bisa main di level kelas dunia, kalau untuk babak klasifikasi Asia saja tidak pernah lolos satu kalipun?

Salah satu syarat utama untuk menjadi pemain dan tim kelas dunia adalah mempunyai mental sekeras baja. Jadi, kalau mentalnya masih lembek seperti tahu, jangan mimpi mau bermain di level kelas dunia. Sebab di level sana semua pemainnya punya mental baja. Bagaimana bisa tahu bisa menang ketika beradu dengan baja?

Yah, kita mau bilang apa lagi, kalau pemain timnas kita ternyata begitu gampang ngambek. Tidak perlu terlalu heran, karena toh ada teladannya. Presiden negara kita juga, ‘kan lekas ngambek. Gara-gara mercon menyalak di pertandingan Indonesia vs Bahrain pada 6 September lalu saja beliau pun cemberut, marah, lalu pergi meninggalkan podium tempatnya menonton pertandingan itu. Ngambek, nih, yeee? Padahal pertandingannya masih tersisa sekitar 15 menit. Seperti yang saya ulas dalam tulisan saya yang berjudul: Presiden, Kok Ngambek?

Presidennya gampang ngambek, anak-anaknya (baca: para pemain timnas) pun tertular.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun