[caption id="attachment_95293" align="alignleft" width="300" caption="Ulil (kompas.com)"][/caption] Apa motif dari bom utan kayu dengan sasaran Ulil Abshar-Abdalla itu?
Dalamketerangan persnya, Ulil antara lain menyampaikan dugaannya bahwa bisa jadi ada motif politik di balik kejadian ini.
"Ya, kalau ancaman dalam bentuk SMS, dulu pernah, sebelum saya berangkat sekolah ke Amerika 2005. Tapi sudah lama hilang. Bahkan dulu ketika masih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemikiran Islam, saya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Justeru ketika saya sekarang masuk dalam arena politik, dalam Partai Demokrat, hal semacam ini muncul. Saya menjadi curiga jika ini motifnya agak cenderung politis sebetulnya," kata Ulil sebagaimana dikutip KBR68H.
Apakah akan terbukti rasa curiga Ulil tersebut? Waktu dan kemampuan Polri dan inteljen negaralah yang akan membuktikan.
Bisa saja terjadi bahwa kejadian ini tak lepas dari terlalu lembeknya pemerintah dalam menangani aksi-aksi kekerasan selama ini.
Selama ini pemerintah di bawah SBY sangat tinggi rasa toleransinya terhadap berbagai aksi anarkis radikalime dengan mengatasnamakan agama yang justru antitoleransi dan antipluralisme.
Pembiaran (bertoleransi) terhadap aksi-aksi tersebut membuat para pelakunya semakin lama semakin berani dalam melakukan aksinya.
Fenomena ini dapat dilihat dari tingkatan-tingkatan kekerasan terhadap mereka yang tidak sepaham, yang tidak seagama, dan yang tidak sekeyakinan (berbeda isme) dengan para pelaku.
Dulu, aksi-aksi antiplurasime tersebut sebatas demonstrasi-demonstrasi saja.
Kemudian meningkat lebih berani, dengan melakukan penutupan, penyegelan, pembubaran paksa rumah ibadah dan peribadatan yang sedang berlangsung dari mereka yang minoritas. Kemudian meningkat lagi pada aksi perusakan dan pembakaran rumah ibadah.
Setelah semua itu dibiarkan pemerintah. Level kekerasan ditingkatkan lagi, dengan melakukan penganiayaan-penganiayaan fisik kepada manusianya. Contoh, yang terjadi dengan jemaat HKBP di Ciketing, Bekasi pada September 2010. Yang membuat beberapa orang pemuka agama tersebut masuk rumah sakit.