Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Hasil "Kongkouw-kongkouw" Bersama Bu Risma

25 Maret 2014   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:30 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="598" caption="Halaman depan kompleks Balaikota Surabaya pun disulap Bu Risma menjadi lahan yang asri, sekaligus tempat rekreasi warganya (sumber: Skyscrapercity.com)"][/caption]

Dalam acara Modis Kompasiana, Sabtu, 22 Maret 2014, di Gedung Kompas-Gramedia, Jalan Jemur Sari, Surabaya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, ditanya oleh salah satu peserta, apakah sekolah gratis,  pengobatan dan perawatan gratis bagi warga tidak mampu yang dilaksanakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu tidak akan menyebabkan anggaran Pemkot Surabaya jebol? Hal ini ditanyakan peserta itu ketika mendengar penjelasan Bu Risma, pernah ada warga tidak mampu yang untuk menyembuhkan penyakitnya memerlukan pembedahan di rumah sakit dengan biaya lebih dari Rp. 200 juta. Kepala Dinas terkait sampai tidak berani menandatangani surat rumah sakitnya, tapi Bu Risma tanpa ragu langsung menandatanganinya. Pasien itu pun menjalani pembedahan itu di salah satu rumah sakit di Surabaya, menghabiskan biaya Rp 200 juta lebih, dengan sukses.

Jiwa Sosial dan Welas Asih Bu Risma terhadap Kaum Papa Terlantar

Bu Risma membandingkan kondisi Surabaya dengan Jakarta. Luas Jakarta itu 2 kali luas Surabaya, jumlah penduduknya 4 kali penduduk Surabaya, dan anggarannya 12 kali Surabaya. Tetapi, dengan bangga Bu Risma menceritakan, Surabaya sukses menyekolahkan secara gratis warga tidak mampunya mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA. Luar biasanya, sekolah gratis itu tidak hanya ditanggung Pemkot Surabaya di sekolah-sekolah negeri, tetapi juga termasuk di sekolah-sekolah swasta.

Untuk mereka yang berprestasi, Pemkot Surabaya juga menyediakan bea siswa untuk melanjutkan sekolahnya di perguruan-perguruan tinggi di luar negeri, seperti di Malaysia dan Singapura.

Untuk pengobatan dan rawat inap gratis di 18 (?) rumah sakit yang bekerja sama dengan Pemkot Surabaya, Pemkot menanggung penuh semua biaya pengobatan, rawat inap, termasuk biaya operasi jika diperlukan, sepanjang pasien tak mampu itu  menggunakan kelas III rumah sakit.

Pemkot Surabaya juga menampung dan mengurusi para gelandangan, pengemis, anak-anak yatim, pengamen-pengamen,  anak-anak berkebutuhan khusus, orang cacat,  wanita tuna susila, manula, bahkan orang-orang gila yang terjaring dalam razia Satpol PP di jalanan-jalanan kota Surabaya.

Mereka semua diberi makan sebanyak tiga kali sehari oleh Pemkot Surabaya. Orang-orang berpenyakit kusta dan orang-orang gila yang ditampung di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Kota Surabaya sebagian besar, yakni sekitar 95 persen berasal dari luar kota Surabaya. Tetapi, tetap ditampung dan dirawat oleh Pemkot Surabaya di bawah arahan Bu Risma.

Sebagai informasi tambahan, yang tidak disampaikan Bu Risma di acara itu, pada 17 Juli 2013 Bu Risma telah meresmikan gedung Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Wreda, di Jalan Medokan Asri X, Surabaya sebagai rumah bagi orang-orang lanjut usia (manula) miskin dan terlantar. Mereka dirawat dengan penuh perhatian di sana, setiap minggu ada saja acara rekreasi di luar panti, agar para lansia itu tidak terkungkung dalam kebosanan dan kejenuhan.

[caption id="" align="aligncenter" width="434" caption="Bu Risma ketika selesai meresmikan Griya Wreda, panti jompo milik Pemkot Surabaya, 17 Juli 2013 (sumber: d-onenews.com/detik.com)"]

[/caption]

Apa yang dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya di bawah kepimpinan Bu Risma ini merupakan suatu pemenuhan kewajiban negara yang dilaksanakan oleh pemerintah (dalam hal ini Pemkot Surabaya) terhadap Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.” Pasal tersebut selama ini lebih banyak sebagai pajangan saja, daripada dilaksanakan oleh pemerintah secara umum.

Tetapi di bawah pemerintahan Walikota Surabaya ini Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 itu benar-benar dijalankan sepenuhnya di Kota Surabaya. Tentu saja, itu bukan semata-mata karena ada ketentuan Konstitusi ini yang membuat Bu Risma merasa berkewajiban untuk itu, tetapi lebih pada jiwa sosial dan welas asih yang murni datang dari nurani Bu Risma-lah yang membuat dia begitu memperhatikan kaum papa terlantar seperti ini.

Dengan fakta-fakta seperti inilah yang membuat salah satu peserta di acara Modis Kompasiana bersama Bu Risma, bertanya, apakah anggaran Pemkot Surabaya tidak jebol?

Dengan yakin Bu Risma menjawab, tidak. Anggaran Pemkot pasti akan selalu tercukupi untuk keperluan tersebut asalkan pengelolaan anggarannya benar-benar dilaksanakan secara baik. Pengelolaan anggaran dengan cara yang benar-benar akuntabel inilah yang diperhatikan Bu Risma secara sungguh-sungguh. Tidak ada toleransi dan kompromi sedikitpun terhadap setiap pelanggarannya.  Misalnya, dengan semaksimal mungkin memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan internet dalam melayani segala urusan dokumen kependudukan, perizinan usaha, investasi, dan lain-lain dengan cara online. Sehingga meminimalkan tatap muka antara masyarakat dengan pejabat Pemkot. Dengan demikian memperkecil kemungkinan terjadinya praktek-praktek suap dan korupsi. Selain itu semua urusan tersebut akan selalu dengan cepat bisa terlayani sampai tuntas.

Dengan teknologi informasi yang diterapkan sedemikian rupa, maka Bu Risma selalu dapat memonitor setiap tahapan pengurusan dokumen, perizinan dan lain-lain itu, dinas mana atau siapa saja stafnya yang bertanggung jawab atasnya. Jika ada keterlambatan dan penyimpangan prosedur, maka akan ada signal pada komputer Bu Risma yang memberitahukannya. Kalau itu terjadi, tanpa membuang waktu, saat itu juga staf tersebut akan dipanggil untuk didengar penjelasannya.

[caption id="attachment_300476" align="aligncenter" width="645" caption="(Sumber dari tayangan slide Pemkot Surabaya di acara Modis Kompasiana bersama Bu Risma/ Foto milik penulis)"]

139571917316203220
139571917316203220
[/caption]

Ketemu Bu Risma di Bus Bandara

Demi penghematan anggaran itu maka salah satu kebijakan Bu Risma adalah melarang semua kegiatan dinas Pemkot diadakan di hotel-hotel. Kalau pun ada, itu pasti bukan dibiayai oleh Pemkot, tetapi oleh rekanan Pemkot, atau dibayar oleh sponsor perusahaan tertentu. Tentu saja tanpa ikatan apa pun.

Bu Risma juga mengatakan dia tidak pernah menggunakan mobil dinas mewah, apalagi mobil pribadi mewah semacam Alphard dan Camry. Untuk perjalanan dinasnya dengan pesawat udara dia selalu menggunakan kelas ekonomi.

Cerita Bu Risma ini langsung mengingatkan cerita seorang teman saya. Suatu hari dia baru pulang dari Jakarta dengan pesawat terbang. Ketika tiba di Surabaya, penumpangnya diangkut dengan bus bandara untuk menuju ke dalam terminal. Ketika berada di dalam bus itulah dia secara tak sengaja melihat sesosok ibu-bu berjilbab yang duduk di salah satu pojok di bus itu. Perasaannya kok, seperti pernah melihatnya, sebentar saja, dia baru sadar ternyata itu Bu Risma, Walikota Surabaya! Bu Risma ternyata berbaur dengan sesama penumpang, tanpa menonjolkan dirinya. Orangyang tidak memperhatikannya, pasti tidak tahu kalau ada Bu Risma, Walikota Surabaya di dekatnya. Sepengetahuan teman saya itu, Bu Risma memang menggunakan kelas ekonomi.  Sama sekali tidak ada perlakuan khusus baginya. Ketika sudah terminal penjemputan baru terlihat ada ajudannya yang menjemputnya dengan mobil Pemkot Surabaya.

Pengalaman berbeda ketika teman saya itu sepesawat dengan Soekarwo, Gubernur Jawa Timur. Waktu itu, teman saya menggunakan pesawat Garuda, ternyata ada Soekarwo di Kelas Bisnis. Ketika pesawat sudah mendarat dengan sempurna di Surabaya, semua penumpang masih harus menunggu cukup lama di dalam pesawat. Belum boleh keluar. Ternyata, karena masih harus menunggu ajudan penjemput Soekarwo yang datang menjemputnya di pesawat, dan mengantarnya turun dari pesawat.

Surabaya Bebas Pengemis dan Tukang Ngamen Jalanan

Bu Risma mengatakan, salah satu perbedaan yang paling terasa ketika orang berada di Surabaya adalah ketika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya, di jalan-jalanan, perempatan lampu lalu-lintas, dan tempat-tampat publik lainnya di Surabaya relatif bebas dari para pengemis, dan  pengamen. Itulah buah dari kerja keras dan kerja sosial Bu Risma sebagai Walikota Surabaya, yang mengumpulkan dan merawat golongan rakyat kecil dan terlantar di jalanan seperti yang diuraikan di atas.

Mereka tidak hanya dirazia, tetapi juga diikuti dengan dirawat, diberi makan dan pakaian yang cukup, dibina, disekolahkan, dan diberi modal kerja agar tidak lagi kembali di jalanan-jalanan kota. Pengamen-pengamen, misalnya, setelah terkena razia satpol PP, dilarang untuk melakukan ngamen lagi di jalanan. Mereka dibina, dan disalurkan ke taman-taman kota Surabaya yang bertebaran di banyak kawasan di seluruh kota Surabaya. Di taman-taman itu para pengamen itu bebas mengamen dengan cara yang santun.  Untuk itu mereka semua, para pengamen itu dibayar oleh Pemkot Surabaya!.

Bu Risma menjelaskan, untuk membuat taman yang lebih banyak, lebih besar, dan lebih bagus daripada yang sekarang ada itu merupakan hal yang mudah baginya, demikian juga dengan pembangunan kota di bidang lainnya, tetapi kenapa dia lebih memprioritaskan dulu dengan memperhatikan kesejahteraan warga miskin kota Surabaya ini, dengan cara-cara seperti di atas?

Dengan memperhatikan kesejahteraan mereka, maka kesenjangan ekonomi yang ada bisa dicairkan. Orang miskin di Surabaya juga bisa menikmati secara gratis beberapa fasilitas yang disediakan Pemkot. Mereka yang mempunyai keterampilan, tetapi miskin, bisa dibina, atau disekolahkan. Diberi bekal keterampilan dan modal kerja agar bisa mandiri, dengan penghasilan yang halal. Selama ini pemkot Surabaya sudah cukup sukses melakukannya. Perekonomian golongan papa itu pun banyak yang membaik. Dampaknya, kata Bu Risma pula, angka kriminalitas di Surabaya juga relatif rendah dibandingkan dengan kota besar lainnya.

Ternyata, di Kota Surabaya Ada Kebun dan Tambak Ikan Produktifnya

Apa yang dilakukan Pemkot Surabaya di bawah kepimpinan Bu Risma untuk mensejahterakan kaum marjinal Surabaya, tidak hanya sekadar mengumpulkan mereka di panti-panti, membina, menyekolahkan, dan lain sebagainya itu, yang sebenarnya sebagian dari kita sudah mengetahuinya, meskipun tidak secara komprehensif, atau tidak lebih banyak daripada sebelum mendengar cerita langsung dari Bu Risma di acara Modis Kompasiana tersebut.

[caption id="attachment_300472" align="aligncenter" width="655" caption="(Sumber dari tayangan slide Pemkot Surabaya di acara Modis Kompasiana bersama Bu Risma/ Foto milik penulis)"]

1395718974642429981
1395718974642429981
[/caption]

[caption id="attachment_300474" align="aligncenter" width="493" caption="(Sumber dari tayangan slide Pemkot Surabaya di acara Modis Kompasiana bersama Bu Risma/ Foto milik penulis)"]

1395719100950180321
1395719100950180321
[/caption]

[caption id="attachment_300475" align="aligncenter" width="515" caption="(Sumber dari tayangan slide Pemkot Surabaya di acara Modis Kompasiana bersama Bu Risma/ Foto milik penulis)"]

13957191351961158506
13957191351961158506
[/caption]

Hal yang saya yakin lebih banyak dari kita, termasuk penduduk Surabaya belum tahu, sebelum diberitahu oleh Bu Risma adalah ternyata di kota Surabaya, ya, masih di kota Surabaya, bukan di desa-desa yang jauh, terdapat perkebunan (budi daya pertanian) di dekat Citra Land, dan  tambak-tambak ikan (budi daya perikanan) yang produktif. Budi daya itu merupakan bagian dari pembinaan terhadap masyakat kota Surabaya untuk pencapaian kehidupan yang sejahtera, yang merupakan program kerja Bu Risma yang sudah dijalani dengan sukses.

Dengan bangga Bu Risma mengatakan kepada peserta Modis Kompasiana itu hasil dari budi daya pertanian dan perikanan itu sudah memberi hasil yang cukup memuaskan, sampai ada yang sudah diekspor...,  “Ya, diekspor ke Tangerang dan Jakarta!”  lanjut Bu Risma, yang spontan disambut derai tawa para peserta. Tawa para peserta dengan cepat berubah menjadi kekaguman ketika Bu Risma melanjutkan dengan nada serius bahwa hasil budi daya pertanian itu memang benar-benar cukup signifikan. Untuk cabe, misalnya, bisa dijual ke Tangerang dan Jakarta sebanyak 40 – 60 ton per hari.

Sedangkan produk garam, yang dulu hanya bisa mencapai harga hanya Rp. 115 per kilogram karena masih kwalitet 4, kini bisa dijual dengan harga mencapai Rp. 600/kilogram karena sudah berproduksi dengan garam kwalitet 1. Panen yang dulu hanya bisa sekali setahun, kini sudah dua kali setahun.

“Petani-petaniku sudah bisa membeli mobil sendiri, lho!” kata Bu Risma dengan nada bangga dan senang.

*

Selain taman-taman kota yang membuat kota Surabaya menjadi terkenal sampai ke manca negara, ternyata Bu Risma juga menyediakan berbagai fasilitas olah raga dan hiburan gratis bagi warga Surabaya secara cuma-cuma. Salah satu yang disorot di acara itu adalah fasilitas beberapa lapangan futsal. Salah satunya di taman Joyoboyo, yang dibangun dengan biaya yang cukup besar. Untuk karpet saja, kata Bu Risma, habis Rp 500 jutaan. Fasilitas lapangan Futsal ini disediakan untuk digunakan secara gratis oleh warga Surabaya. Mereka yang ingin menggunakan lapangan futsal itu, tinggal mendaftarkan jadwal kegiatannya di sana.

*

Tanya Bu Risma tentang Cawapres dan Cawagub DKI, Wartawan Dimarahi

[caption id="attachment_300497" align="aligncenter" width="403" caption="Penyerahan cindera mata dari Kompasiana kepada Bu Risma (Foto milik penulis)"]

13957250301905178800
13957250301905178800
[/caption]

Demikian yang dapat saya reportasekan mengenai apa yang diperoleh dari acara Modis Kompasiana bersama Walikota Surabaya, Bu Risma, yang telah berlangsung pada Sabtu, 22 Maret lalu itu.

Kesan pertama saya ketika bertemu dengan Bu Risma adalah dia adalah sosok pimpinan yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan warganya. Ketika masuk pertama kali di ruang acara itu, Bu Risma langsung menghampiri peserta acara, dengan wajah penuh senyum ceriah, menjabat tangan mereka satu per satu. Seolah-olah seorang ibu yang bertemu dengan anak-anaknya. Begitu terasa sejuk.

Acara Modis Kompasiana bersama Walikota Surabaya, Bu Risma itu, sejak awal dimulai sampai akhirnya yang berdurasi sekitar 2,5 jam itu pun berlangsung dengan begitu spontan dan cair. Tak bedanya dengan acara kongkouw-kongkouw biasa antara para sahabat dekat. Bukan dengan seorang wali kota. Bu Risma pun menyebut peserta acara dengan “teman-teman.”

Di acara ini, Bu Risma juga sempat ditanya peserta mengenai kesiapannya untuk dijadikan cawagub DKI Jakarta, atau cawapres. Dengan spontan Bu Risma, menjawab: “Nggak!”

“Bagaimana jika diiinginkan rakyat!?’  Tanya salah satu peserta lagi.

Nggak!” Jawab Bu Risma lagi.

“Bagaimana jika Ibu mega yang memerintahkan Bu Risma untuk itu?”

Sampeyan itu jangan maksa, ya!?” kata Bu Risma sambil menunjukkan orang yang mengucapkan pertanyaan itu sambil tersenyum, “Nanti, ta’ lapor sampeyan ke warga!”

Lalu, Bu Risma bercerita, pernah ketika berada di tengah-tengah warga biasa di sebuah perkampungan, banyak warganya yang menggeremuni Bu Risma sambil berkata mendesak Bu Risma agar jangan mau pindah ke Jakarta, untuk menjadi wakil gubernur Jakarta, atau menjadi wakil presiden. Kemudian dengan bercanda Bu Risma bilang kepada mereka, “Itu lho, mas-mas wartawan itu, yang tanya aku terus!”

Spontan warga yang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu mengalihperhatiannya kepada sejumlah wartawan yang berada di situ. Giliran para wartawan itu yang didesak-desak warga itu, “Ojo, mas, ojo ya, mas maksa-maksa Bu Risma .... !”  ****

Cuplikan video Modis Kompasiana bersama Bu Risma, Sabtu, 22 Maret 2014, di Gedung Kompas Gramedia, Jemur Sari, Surabaya: Artikel terkait: Ibu Risma Kombinasi Jokowi dan Ahok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun