Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seputar Pertanyaan-pertanyaan Aneh Tentang Fakfak/Irian Jaya

5 April 2014   20:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Peta Provinsi Irian Jaya (sekarang, Papua dan Papua Barat) (fpattiselanno.wordpress.com)"][/caption]

Tahun 1980-an sampai dengan 1990, ketika saya tinggal dan kuliah di Bandung, Jawa Barat, beragam pertanyaan “aneh” kerap saya dapatkan dari teman-teman kuliah, bahkan dosen, kerabat, maupun orang lain yang kebetulan berkomunikasi dengan saya yang nota bene berasal dari Fakfak, Irian Jaya (sekarang Papua Barat). Pertanyaan-pertanyaan “aneh” serupa juga saya dapatkan ketika berada di Jakarta.

Pertanyaan-pertanyaan “aneh” itu adalah misalnya:

-Apakah saya baru belajar bahasa Indonesia?

-Di Fakfak dan Irian Jaya bahasa sehari-harinya apa? Apakah penduduk di sana juga bisa berbahasa Indonesia?

-Seberapa jauh dari Fakfak ke Irian Jaya? (Ini sama dengan pertanyaan, “Seberapa jauh dari Bandung ke Jawa Barat?”)

-Apakah berangkat dari dan ke Fakfak itu harus pakai paspor?

-Apakah dari Fakfak ke Bandung atau sebaliknya bisa pakai kereta api?

-Kenapa rambut saya tidak keriting, dan kenapa kulit saya tidak hitam?

-Apakah di Fakfak/Irian ada mobil? Apakah orang-orang di sana semua masih pakai koteka?

-Dan beberapa pertanyaan “aneh” lainnya, yang saya sudah lupa.

Setiap menerima pertanyaan-pertanyaan begini, saya hanya bisa tersenyum kecut sebelum menjelaskannya kepada si penanya.

Hal ini sekaligus menunjukkan, pada waktu itu, betapa miskinnya pengetahuan “orang-orang di Jawa” mengenai Provinsi paling Timur Indonesia ini, yang nota bene adalah bagian dari NKRI.

Ada juga kisah-kisah konyol lainnya seputar pengetahuan “orang-orang di Jawa” ini tentang Irian Jaya. Misalnya, ada seorang PNS dari Bandung, yang ditugaskan ke salah satu kota di Irian Jaya, karena sangat minimnya pengetahuan dia tentang Irian Jaya, ketika berangkat ke sana. Dia membekali dirinya dengan berbagai kebutuhan sehari-hari yang dibeli di Bandung, sebanyak-banyaknya semampu dia bawa. Seperti sabun mandi, sabun cuci pakaian, sikat dan odol gigi, shampo, mie instant, makanan kaleng, dan lain-lain.

Ketika sampai di kota itu, dia terkejut dan menertawakan dirinya sendiri, karena ternyata semua barang yang dia bawa itu ada dijual di sana, di banyak toko, maupun kios-kios, sebagaimana di kota-kota lainnya di Jawa.

[caption id="attachment_301974" align="aligncenter" width="664" caption="Kota Fakfak, Papua Barat (sumber FB ACKF/AkuCintaKotaFakfak)"]

1396678770616973977
1396678770616973977
[/caption]

Kini zaman sudah berubah, sekarang adalah era teknik informasi, serba komputeristis yang canggih, mulai dari televisi-televisi sampai dengan media internet yang serba super cepat, dan sebagainya, sehingga segala informasi dari pelosok mana pun, termasuk daerah-daerah terpencil, bisa diperoleh dengan mudah dan cepat (realtime). Maka, “orang-orang di Jawa” itu sekarang juga sudah terbuka wawasan dan pengetahuannya tentang Irian Jaya, atau Papua sekarang. Tidak terdengar lagi pertanyaan-pertanyaan “aneh” seperti yang dulu pernah saya alami.

Hanya saja mengenai kualitas koneksi internet di Papua sampai saat ini masih memprihatinkan. Yang bisa digunakan hanyalah penggunaan internet dengan jaringan kabel dari Telkom (dengan PC). Itu pun kecepatannya masih sekitar 2 Mbps! Belum bisa dengan Wi-Fi. GPRS juga tidak bisa diandalkan sama sekali untuk koneksi internet.

Ketika saya berlibur ke Fakfak baru-baru ini (baca artikel saya di sini), saya kecele. Karena Galaxy Tab yang saya bawa, ternyata tidak bisa digunakan di sana, karena masih belum ada jaringan Wi-Fi-nya. Saya bertanya-tanya, apa sih sebenarnya kerja Menkominfo selama ini, sampai-sampai daerah Papua masih saja tertinggal seperti ini.

Namun demikian untuk memperoleh informasi, Papua sudah dapat memperolehnya dengan sama cepat dengan saudara-saudaranya di belahan Indonesia lainnya. Yaitu, informasi melalui televisi-televisi, dan melalui internet. Melalui internet berita-berita saat ini bisa diakses sama cepatnya dengan di daerah lainnya di Indonesia. Bandingkan dengan zaman ketika saya masih tinggal di sana. Ketika itu hanya ada TVRI, itu pun hanya disiarkan sampai dengan pukul 24.00 WIT. Waktu itu TVRI Pusat merasa berhak mengatur jam nonton televisi untuk orang-orang di kawasan Indonesia Timur. Mereka hanya boleh nonton televisi sampai pukul 24.00 WIT (22.00 WIB).

Ketika itu, saya juga langganan koran Kompas, dan Majalah Tempo, yang dikirim via Kantor Pos. Koran Kompas itu setiap kali datang sekaligus banyak, sekitar 5-10 eksemplar sekaligus, yang tentu saja semuanya adalah edisi-edisi lama, rata-rata di atas satu minggu dari tanggal terbitnya. Jadi, semua berita yang saya baca di Kompas ketika itu adalah berita-berita basi. Begitulah “nasib” yang harus diterima orang-orang yang tinggal di Irian ketika itu untuk bisa menyerap informasi. Miskin informasi.

Namun kekurangan itu bisa saya tutupi dengan radio-radio luar negeri. Ketika itu saya juga menjadi pendengar setia dari beberapa radio luar negeri itu yang disiarkan dalam bahasa Indonesia. Dari radio-radio itulah saya bisa mendapat informasi terkini dari seluruh dunia, termasuk berita dari Indonesia. Termasuk, berita-berita sensitif yang waktu itu tidak mungkin bisa didapat di media-media konvensional, seperti koran dan majalah berita, karena selalu dihantui dengan “hantu pembredelan”. Radio-radio itu adalah Radio Australia, Radio Netherland, Radio BBC, dan VOA Amerika.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Kota Jayapura di malam hari (www.skyscrapercity.com)"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="568" caption="Jayapura di siang hari (Sumber:http://nabire.wordpress.com/2008/06/20/jayapura-city/)"]
[/caption]

Hal wajib yang harus menjadi salah satu perhatian pemerintah pusat (yakni, pemerintah baru yang kelak terbentuk pasca Pilpres 2014) adalah segera membangun, memperbanyak, dan  meningkatkan kualitas jaringan internet di sana. Kewajiban itu harus menjadi prioritas bagi Telkom dan Telkomsel untuk pembangunan teknologi informasi di seluruh Papua. Agar hak mendapat informasi sebanyak-banyaknya dengan mudah dan cepat bisa benar-benar dirasakan juga di sana. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun