Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Kemerdekaan yang Hakiki

18 Agustus 2014   04:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_319736" align="aligncenter" width="336" caption="Suasana perayaan HUT Proklamasi 17 Agustus di dalam gereja GKI Darmo Satelit, Surabaya, Minggu, 17 Agustus 2014 (foto milik penulis)"][/caption]

HUT Proklamasi RI ke-69, 17 Agustus, tahun ini tepat jatuh pada hari Minggu. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit, Surabaya pun didekor dengan nuansa 17 Agustusan. Ruangan gereja dihiasi dengan bendera-bendera Merah-Putih, dan Burung Garuda, sedangkan pendeta dan majelisnya pun berbusana 17 Agustusan. Sedangkan jemaatnya mayoritas berbusana dengan unsur merah dan putih.

Di dalam kebaktian tersebut juga ada sesi pengibaran Sang Sangka Merah-Putih diiringi dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya,” dan “Indonesia Merdeka”, pembacaan teks Proklamasi dan Pancasila.

Kebaktian dengan perayaan 17 Agustusan ini sudah merupakan tradisi lama di GKI Darmo Satelit, Surabaya. Jika tanggal 17 Agustus bukan hari Minggu, maka ada kebaktian pagi khusus untuk merayakan HUT Proklamasi tersebut.

Kebaktian kali ini dipimpin oleh Pendeta Andri Purnawan, yang menyampaikan khotbahnya mengenai makna hakiki dari sebuah kemerdekaan bagi orang per orang dan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari, maupun kehidupan bernegara.

[caption id="attachment_319737" align="aligncenter" width="302" caption="Pendeta Andri Purnawan ketika menyampaikan khotbahnya (foto milik penulis)"]

14082858861747198503
14082858861747198503
[/caption]

Apakah artinya dari kemerdekaan bagi setiap orang itu? Itu bukan suatu kemerdekaan finansial, kemerdekaan finasial memang bisa membawa banyak kemudahan bagi mereka yang mengalaminya, tetapi itu juga justru bisa menjadikan dia bersifat serakah, lalu dengan kekayaannya itu menindas orang lain, sehingga orang lain kehilangan kemerdekaannya sebagai manusia sosial. Bahkan yang bersangkutan pun bisa kehilangan kemerdekaannya sebagai manusia karena sudah diperbudak oleh uang.

Orang yang mempunyai kemerdekaan finansial yang sangat besar (menjadi sangat kaya) jika tidak bisa menguasai dirinya sendiri, justru akan bisa tergoda untuk menjadi lebih dari apa yang sudah diperolehnya itu sekarang. Dia bisa akan menjadi serakah untuk menjadi lebih kaya lagi, dan kemudian berambisi untuk menjadi penguasa. Dengan kekayaannya yang sangat besar itu dia merasa bisa membeli apa saja, termasuk kekuasaan itu.

Kombinasi dari ketamakan, kekuatan uang dan kekuasaan tersebut dapat digunakan untuk menindas dan merampas hak-hak orang lain sebagai warga negara, termasuk hak-hak hukum, maupun hak asasinya, demi tercapainya maksud dan tujuan serta ambisi yang mempunyai kekuatan uang dan kekuasaan itu.

Akibatnya sekali pun negara telah merdeka, tetapi rakyatnya tidak bisa menikmati kemerdekaan tersebut, di antaranya karena kehidupan mereka tidak sejahtera, dan hak-haknya dirampas.

Secara singkat makna merdeka bagi setiap orang itu adalah bila dia sudah bisa berdiri sendiri, lepas dari tuntutan apapun, tidak terikat atau tergantung pada pihak manapun, bersifat leluasa, yang terletak pada kedalaman hati manusia.

Setiap orang yang berhasil menjaga hatinya dari niatan tidak baik: keserakahan, kerakusan, dendam kesumat, dan kebencian, tetapi membiarkan diri disendutuh oleh cinta kasih, adalah manusia merdeka. Ketika dia telah mencapai jati dirinya sebagai manusia merdeka itu, maka barulah dia bisa memerdekaan juga orang lain seperti dirinya sendiri.

Kita tidak pernah akan bisa menjadi alat pembebas jika kita sendiri masih menikmati hidup di dalam nafsu-nafsu destruktif, ketamakan, iri hati, benci, dendam, kesoimbongan, dan lain-lain sejenisnya. Tuhan ingin kita memerdekakan orang lain dengan terlebih dulu memerdekaan diri sendiri dari segala nafsu jahat tersebut.

Demikian intisari dan tafsir saya dari khotbah yang disampaikan oleh Pendeta Andri Purnawan tersebut.

Nilai-nilai filosofi di dalam khotbah ini tidak terbatas pada agama tertentu saja, tetapi sifatnya pasti universal.

[caption id="attachment_319738" align="aligncenter" width="336" caption="Pengibaran bendera Merah-Putih di ruang kebaktian GKI Darmo satelit, Surabaya, (17/08/2014) (Foto milik penulis)"]

14082859601892066252
14082859601892066252
[/caption]

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun