Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hollywood Kena Batunya, AS Panik!

21 Desember 2014   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:48 2632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342429" align="aligncenter" width="596" caption="(latinpost.com)"][/caption]

Kebebasan kreatifitas seolah tanpa batas di dunia perfilman Hollywood, Amerika Serikat kini benar-benar kena batunya. Akibat dari pembuatan film yang berjudul The Interview, Sony Pictures sebagai produsen film itu menjadi korban peretasan yang diduga dilakukan oleh Korea Utara. Akibatnya film yang berbiaya 44 juta dollar AS (Rp. 546,7 miliar) , dan yang seharusnya akan diputar di Amerika Serikat pada 25 Desember 2014 mendatang itu dibatalkan pihak Sony, demikian juga dengan rencana pemutarannya di seluruh dunia.

Pemerintah Amerika Serikat pun kalang-kabut, dan meminta bantuan beberapa negara: Rusia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok,  untuk mengusut kasus tersebut. Sampai saat ini Rusia dan Tiongkok belum memberi respon.

Amerika dan Sony Pictures layak panik karena akibat dari peretasan tersebut sangat destruktif, terburuk dalam sejarah peretasan yang pernah dialami oleh perusahaan mana pun di Amerika Serikat. Peretasan terhadap pusat komputer Sony Pictures itu terjadi pada 24 November 2014. Menurut Sony, dampak peretasan itu sangat besar. Segudang data rahasia, termasuk film, sekitar 47.000 data perorangan—termasuk selebritas—serta bisnis dibobol.

Bukan hanya itu, lewat peretasan tersebut, para peretas juga mengancam akan membunuh para penonton yang akan menyaksikan film tersebut. Akibatnya, seandainya pun Sony mengizinkan kembali filmnya itu diputar,  seluruh bioskop di Amerika Serikat telah memutuskan menolak memutar film itu.

Sekelompok peretas yang menyebut diri mereka ”Para Penjaga Perdamaian” (Guardians of Peace) mengaku bertanggung jawab. Tak lama kemudian, dilaporkan film-film yang baru akan dirilis, seperti Annie, Still Alice, dan To Write Love on Her Arms, ternyata sudah beredar di internet secara gratis.

Pada 7 Desember, Komisi Pertahanan Nasional Korut mengecam Sony atas produksi film The Interview itu. Sony dinilai melakukan ”tindakan yang mendorong langkah teroris hingga mencederai kehormatan pemimpin tertinggi (Korut)”.

The Interview adalah film berthemakan satire comedy action dibintangi dua aktor papan atas Hollywood, James Franco dan Seth Rogen. Di film itu, keduanya berperan menjadi wartawan yang ditugasi Badan Intelijen Pusat AS (CIA) untuk membunuh Pemimpin Korut Kim Jong Un (Randall Park). Kim, yang begitu dipuja di Korea Utara dijadikan banyolan konyol di film ini, sebelum rencana pembunuhan terhadapnya dijalankan.

Berdasarkan investigasinya, Biro Investigasi Federal AS (FBI) menyatakan, peretasan itu dilancarkan Korea Utara. Menurut Presiden Obama, tak ada indikasi Korut bekerja sama dengan negara lain dalam peretasan tersebut.

”Kita tidak bisa membiarkan terjadi di masyarakat, diktator di suatu tempat mulai bisa memaksakan sensor di sini, di Amerika Serikat,” kata Presiden AS Barack Obama dalam jumpa pers akhir tahun di Gedung Putih, Jumat (19/12) waktu setempat.

”Sebab, jika seseorang mampu mengintimidasi sekelompok orang untuk tidak merilis film satiris, bayangkan apa yang mereka lakukan saat menemukan dokumenter yang tidak mereka sukai atau berita yang tidak mereka inginkan,” ujarnya.

Pyongyang membantah tudingan itu. Bak perang urat saraf (psy-war), mereka menantang Amerika Serikat (AS) menggelar investigasi bersama. ”Jika AS menolak ajakan menggelar investigasi bersama dan terus melontarkan respons yang menyeret kami dalam kasus itu, harus diingat, ada konsekuensi berat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut), seperti dikutip kantor berita KCNA, Sabtu (20/12).

Secara militer dan ekonomi, Korut sulit menandingi AS. Namun, mereka telah menemukan cara ampuh dan murah untuk membuat AS kalang kabut.

(Sumber: Harian Kompas, Minggu, 21/12/2014)

Nonton.com

Seperti yang disebutkan dalam berita tersebut di atas, rupanya untuk membuktikan bahwa ancaman mereka itu tidak main-main, dan bahwa data-data super penting milik Sony Pictures itu sudah berhasil dicuri,  para peretas itu pula yang diduga menyebarkan beberapa film terbaru Sony yang belum ditayangkan di bioskop, di internet secara gratis. Film-film tersebut ada yang baru akan ditayangkan di bioskop  pada 2015. Di Antara film-film tersebut adalah  Annie , Still Alice, dan To Write Love on Her Arms.

Nah, di Indonesia ada sedikitnya satu situs spesialis film-film bioskop dan televisi yang sudah mempunyai film-film itu. Situs yang saya maksudkan itu adalah www.nonton.com . Di nonton.com terdapat banyak sekali film, termasuk film-film terbaru Hollywood yang sudah diputar di bioskop, tetapi belum dirilis secara resmi DVD dan Blu-ray Disc-nya.

Situs itu terbuka untuk umum, siapa saja bisa mengunggah film apa saja di sana, untuk bisa ditonton publik melalui video streaming.

Di situs inilah sudah bisa disaksikan film-film tersebut yang termasuk dicuri oleh para peretas yang diduga dari Korea Utara itu, padahal belum ditayangkan di bioskop, bahkan ada yang jadwal putarnya saja baru ditetapkan tahun 2015, tanggal berapa persisnya belum ditentukan.

Dari mana para pengunggah film itu mengunggahnya ke nonton.com? Bisa jadi, diam-diam nonton.com sudah menjadi incaran dari CIA untuk dijadikan bagian dari yang obyek pengusutan untuk mencari tahu pusat peretas Sony Pictures itu?

Kena Batunya

Apa pun yang terjadi, faktanya para peretas itu telah sukses besar meretas dan memporak-porandakan pusat data komputer Sony Pictures, mereka juga berhasil memaksa Sony membatalkan pemutaran film The Interview. Jika ini benar dilakukan oleh pihak Korea Utara, berarti mereka sukses mencegah pimpinan mereka yang mereka puja itu dihina oleh Amerika Serikat melalui film Hollywood-nya itu.

Bukan hanya Sony Pictures, tetapi aksi peretasan itu berdampak besar juga kepada pemerintah AS. FBI, CIA, dan Presiden Obama pun dibuat kalang kabut, tanpa mampu berbuat sesuatu untuk mencegahnya. Mereka sampai terpaksa meminta bantuan Jepang, Korea Selatan, Rusia dan Tiongkok untuk mengusut biang peretas itu. Tetapi, seperti yang sudah bisa diduga, Rusia dan Tiongkok tampaknya adem-ayem saja menyaksikan kepanikan “musuh” mereka itu.

Seperti yang saya sebutkan di atas, inilah untuk pertama kalinya AS, khususnya Hollywood benar-benar kena batunya akibat dari ekspresi kebebasan kreatifitas yang sering mereka puja-puja tanpa mau tahu dengan perasaan pihak lain yang menjadi korban.

Korea Utara yang begitu memuja pimpinannya, dan pimpinannya itu sendiri, Kim Jong-un, pasti tidak rela, dan murka begitu mengetahui Jong-un diperolok-olok difilm itu, dan dijadikan sasaran “pembunuhan.” Korea Utara yang merupakan salah satu dari negara yang paling hebat menguasai teknologi informasi di dunia, terutama dalam hal melakukan peretasan, langsung turun tangan, dan sekarang, Hollywood dan Amerika Serikat pun merasakan akibatnya.

Ada dugaan sebagian dari para inteljen spesialis peretasan itu juga belajar di Tiongkok.

Hollywood seperti juga Amerika Serikat selama ini cenderung suka memandang remeh negara-negara yang lemah secara ekonomi dan militer. Negara-negara seperti itu sering dijadikan obyek untuk dipermainkan, dikuasai, dan dikendalikan demi keuntungan bisnis, maupun politik negara tersebut. Tidak terkecuali juga d dunia film Hollywood, yang kerap menjadikan negara-negara yang lemah itu sebagai pihak penjahat, teroris, dan lain sebagainya. Sebaliknya, orang Amerika sebagai pahlawan, jagoan bak Rambo. Korea Utara termasuk salah satunya.

Beberapa film aksi terorisme Hollywood sudah menjadikan Korea Utara sebagai pihak terorisnya, yang harus berhadapan dengan para pahlawan Amerika. Tentu saja di akhir cerita pihak penjahat atau teroris dari Korea Utara itu pasti akan dihabisi pahlawan Amerika. Red Dawn (2012) dan Olympus Has Fallen (2013) adalah contoh dari dua film aksi pemberantasan terorisme Hollywood yang menjadikan Korea Utara sebagai pihak terorisnya. Rupanya, Holywood mulai “keranjingan” membuat film aksi dengan Korea Utara sebagai pihak penjahatnya, sampai akhirnya mereka terkena batunya.

Hanya saja di dua film itu Korea Utara tidak menampakkan reaksinya, karena para penjahat di film itu “hanya” para prajurit dan intel Korea Utara, bukan pimpinan mereka langsung, Kim Jong-un, atau yang lain. Oleh karena itu kedua film itu “dibiarkan lewat”. Tidak demikian halnya dengan The Interview yang menjadikan Kim Jong-un sebagai villain-nya, atau penjahatnya. Korea Utara langsung mengamuk, dan Sony Pictures serta pemerintah Amerika Serikat pun panik, kalang kabut tidak keruan. Ke depan mungkin Hollywood kapok, dan tidak berani lagi membuat film yang menjadikan pimpinan Korea Utara sebagai penjahat, atau dijadikan bahan olok-olok, seperti di The Interview.

[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Image Credit: Ed Araquel / insidemovies.com"]

Randall-Park.jpg
Randall-Park.jpg
[/caption]

Hollywood Tidak Berani dengan Tiongkok

Sikap Hollywood ini berbeda dengan ketika harus “berhadapan” dengan Tiongkok.

Belum apa-apa Hollywood sudah menaklukkan dirinya kepada negara yang kini menjadi negara yang paling maju ekonominya sedunia. Secara ekonomi dan militer, kini Tiongkok tidak bisa dipandang remeh oleh nagara mana pun, termasuk Amerika Serikat sekali pun.

Tahukah anda bahwa dua film yang saya sebutkan di atas, yaitu Red Dawn (2012) dan Olympus Has Fallen (2013) awalnya punya script cerita yang mengisahkan terorisnya itu berasal dari Tiongkok? Tetapi belum apa-apa Tiongkok telah melancarkan ancamannya secara tidak langsung untuk memboikot seluruh film Hollywood di negaranya jika kedua film itu tetap menjadikan pihak Tiongkok sebagai terorisnya. Ancaman itu berhasil membuat produsen dan sutradara film itu mengubah terorisnya dari Tiongkok menjadi Korea Utara.

Saat ini demi kepentingan bisnisnya, Hollywood memilih selalu bersahabat dan merangkul/melibatkan Tiongkok dalam pembuatan film-film besarnya. Berbagai cara dan strategi dilakukan agar film-filmnya bisa lolos dari kategori film yang harus masuk dalam kuota film-film asing yang diputar di Tiongkok, dan supaya jangan terkena sanksi dari negara itu.

Kontrol dari pemerintah Tiongkok terhadap film-film asing yang diputar di negara itu adalah dengan menetapkan kuota untuk film-film asing tersebut. Hanya paling banyak 34  (sebelumnya 20) film asing setiap tahun yang boleh diputar di negara itu.

Salah satu strategi yang kerap dilakukan Hollywood adalah dengan melibatkan pihak Tiongkok dalam memproduksi sebuah film besarnya. Mulai dari melibatkan perusahaan film negara itu sebagai co-production-nya, sampai melibatkan beberapa aktor dan aktrisnya. Sedangkan adegan-adegan yang bisa membuat Tiongkok tersinggung, dihapus.

Film-film besar yang menerapkan cara tersebut Antara lain Iron Man 3 (2013), Django Unchained (2013), Transformers 4 (2014), dan World War Z (2013), yang dimodifikasi untuk mengambil hati pemerintah Tiongkok.   X-Men: Days of Future Past (2014) menempatkan peran cukup penting bagi aktris asal Tiongkok, Fan Bing Bing sebagai salah satu tokoh mutan dengan nama Blink. Robert Downey Jr, ketika melakukan promosi Iron 3 di Beijing, Tiongkok, mengatakan di acara konferensi persnya: "Saya tertarik dalam segala hal China, dan saya hidup sangat China di Amerika."

Di dalam World War Z yang dibintangi Brad Pitt itu, misalnya, semula ada dialog yang mengatakan bahwa sumber virus yang membuat Amerika dikuasai zombie itu sumbernya dari Tiongkok. Khawatir itu membuat Tiongkok tersinggung, adegan itu pun dihapus.

The Dark Knight Rises dan Skyfall membuat alasan ceritanya agar ada adegan Batman dan James Bond pergi ke Tiongkok (Hongkong dan Shanghai).

Film Avengers 2: Age of Ultron yang rencana tayang pada 1 Mei 2015 di AS pun sudah dipastikan menerapkan strategi serupa, akan ada adegan pertempuran para super hero melawan para villain Ultron di Tiongkok. Demikian juga dengan Avatar 2 (2016) dan Avatar 3 (2017). Sutradara James Cameron belum lama ini menyatakan dirinya sedang mempertimbangkan untuk memasukkan unsur Tiongkok di kedua filmnya itu. “Adalah logis, jika ada karakter China di Planet Pandora,” kata Cameron.

Sedangkan Jurassic World (Jurassic Park IV) (2015), sudah dipastikan akan ada adegan dinosaurus yang ditemukan di Tiongkok, dan juga melibatkan beberapa actor/aktris setempat, sebagaimana sudah dilakukan di Iron Man 3, Transformers IV.

Itulah cara Tiongkok menaklukkan Hollywood, dan kini Korea Utara yang meskipun lemah secara ekonomi dan militernya, namun mampu memberi pelajaran pahit kepada Hollywood dan Amerika Serikat. ***

Update:

Sony Pictures memutuskan akan tetap memutar film Interview sesuai dengan jadwalnya semula, yaitu mulai 25 Desember 2014, tetapi terbatas hanya di bioskop-bioskop kecil.

Sedangkan menurut CNN Brian Stelter , Interview juga dapat ditonton melalui outlet video streaming di YouTube, Google Play, dan Microsoft Xbox Video, dengan membayar  $6 (AS), atau membelinya dengan harga $15.

Menurut CNN meskipun kesepakatan dengan pihak Sony belum diselesaikan, YouTube telah menyatakan “sementara setuju”.

Hal ini muncul setelah rencana sebelumnya untuk Apple iTunes store untuk mendistribusikan film ini gagal . ( Meskipun yang mungkin " kembali terwujud - saat setelah Natal . " ) Hollywood telah berusaha rilis teater simultan dengan VOD di masa lalu , tapi kesepakatan seperti ini dengan YouTube akan benar-benar menjadi belum pernah terjadi sebelumnya .

Artikel terkait:

-Arti Penting China bagi Iron Man 3

Sumber informasi/berita:

-Harian Kompas, Minggu, 21/12/2014

- bbc.co.uk

- Thedailybeast.com : Pyongyang Shuffle Hollywood in Dead Panic over Sony Hack

- Insidemovies.ew.com: FBI Blames North Korea Sony Hackers The Interview

- Diretas Masa Depan Sony Pictures Bakal Suram

- cnnindonesia.com: Sony Diretas CEO Snapchat Hampir Menangis

- Theguardian.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun