Jika ada 1 di antara 100.000.000 orang di dunia yang kelak akan menjadi orang luar biasa yang mampu membawa perubahan yang besar bagi lingkungannya, mungkin dapat saya katakan Jokowi salah seorang di antaranya. Semenjak kampanye hingga kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012 - 2017, Jokowi senantiasa membawa nuansa baru tentang pemimpin ideal Indonesia. Pemimpin yang diimpikan dan dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Jakarta, juga Indonesia untuk menyejahterakan rakyat lewat keputusan-keputusannya yang brilian.
Berawal dari Solo atau Surakarta, sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Joko Widodo membawa warna baru bagi citra politik di tanah air. Jokowi dikenal sebagai wakil rakyat yang mau mengangkat produk dalam negeri, yakni Esemka menjadi mobil nasional dengan menggunakannya sebagai kendaraan dinas. Selain itu, semenjak Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo. Solo dinobatkan sebagai kota percontohan di Asia karena ketertiban, keteraturan, serta kebersihannya yang sangat terjaga. Sungguh sangat membanggakan!
Tatkala beliau mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat gubernur DKI Jakarta, beliau tidak termasuk tokoh yang difavoritkan untuk menang versi berbagai survei. Namun kesederhanaan dan sikapnya yang natural tanpa dibuat-buat layaknya kandidat lain mengantarkannya pada jabatan yang paling layak dijabatnya, yakni Gubernur DKI Jakarta. Jujur sebagai orang Jawa Barat, saya turut berbahagia dan senang atas kemenangan beliau di Jakarta. Beliau membangkitkan harapan saya bahwa masih ada pejabat baik di Indonesia ini. Tidak serta merta haus kekuasaan dan harta semata selama menjabat.
Satu kelangkaan yang terkadang membuat saya geleng-geleng kepala dengan figur Jokowi ini adalah kesederhanaan dan sikapnya yang sangat low profile. Bayangkan seorang Gubernur DKI yang amat terhormat dan tinggi jabatannya itu mau blusukan ke pemukiman warga kumuh. Tak hanya itu, beliau juga mau melayani permintaan foto orang-orang kecil. Berbeda dengan pejabat lainnya yang hanya mau menghadiri pertemuan di hotel bintang lima dan berfoto dengan pejabat penting lainnya saja. Jokowi menunjukkan bahwa manusia itu sama derajatnya di mata Tuhan. Beliau memanusiakan manusia, tidak seperti pejabat lainnya yang serasa menjadi bos dan rakyat sebagai pembantu mereka.
Setiap kali melakukan operasi, Jokowi tidak pernah meninggikan diri dengan seragam kebesarannya seperti yang dilakukan pemimpin terdahulunya. Beliau sadar bahwa ia ingin membaur dengan masyarakat. Tidak perlu ada sekat antara jabatan dengan warga yang dipimpinnya. Tak heran banyak warga, termasuk saya yang kagum akan figur beliau. Tidak seperti pejabat yang ada di wilayah saya, yang hanya pandai berpidato dan berorasi, namun dalam aksi cenderung nol besar seperti Jalan Ciumbuleuit yang proses perbaikannya memakan waktu hampir 4 bulan. Jokowi langsung turun tangan, tidak NATO, dan peka terhadap kebutuhan rakyat.
Terkadang saya juga seolah disentil oleh perilaku sederhana beliau. Kok mau-maunya beliau makan bersama warga, membeli nasi di warung jalanan, dan berbincang dengan orang kecil? Mungkin kita pun malu sebagai masyarakat yang merasa sok hidup di perkotaan, rasanya ga level dengan hal-hal semacam ini. Kita justru akrab dengan mal, barang branded, beli baju baru, dan makan makanan menak. Di sinilah keteladanan yang ditunjukkan Jokowi menampar saya, juga semua orang di Indonesia. Pemimpin yang amanah bukanlah mereka yang suka berkoar-koar pidato panjang, melainkan menjadikan teladan itu sebagai gaya hidup sehari-harinya.
Miris rasanya melihat setiap Pilkada banyak "serigala berbulu domba" yang menawarkan pengobatan gratis, uang, dan layanan lainnya secara cuma-cuma. Tatkala mereka terpilih dan pesta demokrasi usai yang terjadi mereka justru amnesia dengan janji-janji yang mereka tawarkan. Semua janji palsu dan kesewenang-wenangan karena merasa sudah terpilih dan menjadi pemimpin justru banyak ditampilkan ke publik. Betapa munafiknya pemimpin semacam ini yang selama ini banyak menghiasi tanah air.
Jokowi membawa perubahan pada masyarakat Jakarta, juga Indonesia bahwa inilah pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin pada hakikatnya adalah wakil rakyat yang bertugas melayani kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Yang banyak terjadi justru sebaliknya. Wakil rakyat memperkaya diri di tengah kemiskinan masyarakat. Jokowi memberi contoh dari dirinya sendiri untuk mengubah sebuah kebiasaan yang buruk dan sudah mendarah daging di Jakarta. Saya yakin batu sekeras apapun jika ditetesi air terus menerus pun akan hancur berkeping-keping layaknya hati birokrat Jakarta yang sudah keras dipengaruhi oleh sikap rendah hati Jokowi akan menular juga secara perlahan.
Saya justru heran tatkala ada salah satu anggota DPR yang seolah merasa dirinya benar menganggap Jokowi jalan-jalan, Jakarta menangis. Lihat berita di http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1919528/jokowi-jalan-jalan-ruhut-bilang-kasihan-jakarta Ibarat peribahasa "Kuman di seberang lautan tampak, tetapi gajah di depan mata tidak tampak" Apa yang sudah diperbuat Jokowi 1.000% lebih berdampak dibandingkan koar-koar tokoh tersebut yang hanya pintar berbicara tanpa aksi. Jalan-jalan ke kampung bertujuan agar Jokowi tahu kondisi Jakarta secara riil, bukan ongkang-ongkang kaki di kantor seperti pendahulunya yang merasa dirinya AHLI, tapi tidak mampu membawa perubahan berarti bagi Jakarta.
Kita patut bersyukur tatkala krisis kepemimpinan itu mulai terasa, Jokowi hadir untuk memberi harapan baru bagi Jakarta dan Indonesia. Ya, masih ada manusia yang benar-benar manusia di Indonesia ini. Masih ada pemimpin yang membumi dan ideal dengan sikapnya yang tidak dibuat-buat. Semua kesederhanaan dan sikap rendah hati yang muncul dari dalam kepribadiannya menjadi Jokowi manusia yang benar-benar langka di Indonesia, bahkan di muka Bumi sekalipun.
Saya percaya Jokowi dan Basuki kelak akan membawa perubahan berarti bagi Jakarta, ibukota negara kita tercinta. Dengan etos kerja dan displin yang tinggi, Jokowi mampu menjadikan Jakarta yang identik dengan keangkuhan gedung tinggi dengan kemiskinan yang parah menjadi seimbang dan manusiawi. Jika ada orang yang menganggap Jokowi buruk, justru mungkin orang itulah biang keladi dari persoalan yang selama ini dihadapi Indonesia. "Hanya orang berhati Iblislah yang tidak suka dengan orang yang berhati Malaikat." Apalagi tidak ada cacat cela yang bisa didapat dari sosok bernama Jokowi ini dengan segala kesederhanaannya.
Saya berharap ke depannya lahir Jokowi-Jokowi baru dari generasi muda Indonesia. Sudah seyogianya teladan Jokowi ini menjadi contoh bahwa menjadi pemimpin yang rendah hati itu bukanlah pemimpin yang lembek, melainkan pemimpin yang elegan dan mampu membawa perubahan besar bagi lingkungan di sekitarnya. Semoga kesehatan, kebijaksanaan, dan kekuatan senantiasa diberikan Sang Pencipta pada Jokowi dalam menjalankan tugasnya di Jakarta. Saya berharap Pilgub Jawa Barat 2013 pun mampu mendapatkan figur yang sebelah dua belas dengan Jokowi. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H