Hidup dijalanan, tattoan, anting dimana-mana, menjadi sebuah stigma dari masyarakat bagi anak-anak punk di Kota Kuningan Jawa Barat. Namun siapa sangka, kehidupan mereka bukan seperti yang kita pikirkan. Banyak hal-hal yang membuat kita merasakan banyak hal ketika masuk kedalam dunia dan aktivitas mereka sehari-hari. Mulai dari keunikan,perasaan sedih, kaget prihatin dan juga amarah.
Perasaan sedih ini, sebetulnya ketika saya turun pada hari Sabtu (2/07/2022) dengan mereka dan ngobrol cukup banyak tentang kehidupan mereka, yang bisa dikatakan cukup jauh dari norma masyarakat, sebetulnya ada juga yang seperti itu karena beban dari keluarga serta ada yang pernah jadi korban bully di sekolahnya.
Sehingga, melihat latar belakang mereka bahkan ada yang tidak tau bagaimana rasanya mengemban pendidikan, ya sebetulnya ini juga tidak bisa bilang ini hal wajar. Namun kembali lagi sebetulnya ternyata ada masalah yang belum selesai dalam diri mereka sendiri.
Kemudian perasaan kaget, bahwa wah ada juga ternyata dari mereka yang sebetulnya, hidupnya berkecukupan, bekerja sebagai pedagang, bahkan kuliah, namun memilih untuk ikut bersama anak-anak punk karena ideologis politiknya yang bersebrangan dengan para politikus jahat, terutama di kota ini.
Mereka pernah mengalami bagaimana diusir oleh para pegawai pemerintahan karena dianggap mengotori kenyamanan di lingkungan kota. Kaget juga ternyata yang ada disitu bukan hanya dari Kuningan, bahkan ada yang dari Purwakarta ada yang dari Cirebon.
Kagetnya yang lain adalah ketika mendengar alasan mereka untuk tidak mengupload video ini ke sosial media adalah karena mereka tidak mau, anak-anak yang lain yang tidak tervideo entah itu dimanapun, merasa iri.
Mungkin karena pengalaman yang lain merasa waktu ada yang upload mengenai anak punk di youtube mereka merasakan juga hal yang sama ada perasaan, “Loh kok si ini masuk video artis, punk sini tidak?” seperti itu.
Ada keunikan juga yang terpancar dari bagaimana cara berpakaian mereka, ketika saya datang kan pada minggu keempat saya datang menggunakan pakaian ada jaket saya yang menurut saya ini setema dengan mereka, ternyata kata anak-anak disana,
“Wah aa, jaketnya bagus euy, tau gak a bahwa setiap aksesoris yang ditempel tuh ada artinya?” , kemudian mereka menceritakan segala arti dimulai dari bila aksesoris tersebut ditempel di dada (seperti yang saya pakai, peniti peniti di bagian saku dada) melambangkan bahwa mereka bersolidaritas tidak terbatas, adanya peniti ini menunjukan bagaimana kita kalau dalam bahasa sunda “titi taliti” yang berarti dari awal hingga akhir tidak ada yang tertinggal dan tidak ada yang maju.
Dan ini adalah hal yang unik serta menarik bagi saya sendiri, bahwa apa yang mereka anut, apa yang mereka pegang, benar benar memiliki sebuah arti yang mendalam. Dan sebetulnya bisa menjadi salah satu contoh bagaimana persaudaraan ini membentuk sebuah karya, melalui pakaiannya, melalui lagu lagunya. Ini sungguh hal yang baru bagi kita semua.
Dari lagu lagunya, mereka membuat saya terhibur, ada lagu yang lelucon ada juga candaan candaan mereka, yang membuat saya menjadi bisa merasakan juga bahwa mereka ada menganggap saya disitu.