Mohon tunggu...
Daniel Christian
Daniel Christian Mohon Tunggu... -

suka jalan-jalan dan baca buku, kontributor di website travel infojepang.net Follow @dece_daniel dan @info_jepang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengapa Pohon di Jakarta Sering Tumbang?

4 Februari 2016   10:44 Diperbarui: 4 Februari 2016   12:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pohon tumbang di Jakarta | Sumber gambar : www.depoknews.com"][/caption]Saya sering bertanya mengapa begitu sering terdengar kabar pohon tumbang di kota-kota besar pada saat musim hujan. Kota Jakarta, misalnya, di musim penghujan seperti ini, kita sering melihat berita di media mengenai pohon di Jakarta yang tumbang dan menimbulkan kemacetan atau bahkan menimpa kendaraan yang melintas. Bahkan, menurut Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, jumlah pohon rawan tumbang di DKI Jakarta mencapai 100 ribu buah. Angka yang luar biasa bukan? Sebagai perbandingan, di kota Jakarta ada 1 juta pohon yang tumbuh. Berarti satu dari sepuluh pohon tersebut rawan tumbang atau halusnya, hanya tinggal menunggu waktu saja untuk tumbang.

Pertanyaan kemudian muncul di benak saya, mengapa menanam pohon kini menimbulkan banyak masalah? Padahal seharusnya menanam pohon memberikan lebih banyak manfaat daripada mudarat. Sejak kecil (seingat saya SD), kita sudah diajarkan manfaat menanam pohon, antara lain mengurangi polusi, memberikan keteduhan, dan sebagai paru-paru kota. Kumpulan pohon yang ditanam dalam area taman bahkan bisa menjadi sarana rekreasi bagi keluarga dan anak-anak. Pohon juga menghasilkan oksigen dari karbondioksida, yang berarti mengurangi polusi sekaligus memberikan oksigen yang sangat kita butuhkan. Beragam manfaat itu yang membuat semakin banyak pemerintah maupun pihak swasta yang mencanangkan program penanaman sejuta pohon. Ada juga beragam donasi bahkan hingga hewan kurban yang mengusung tema menanam pohon. Namun kini, pohon malah menjadi sumber masalah. Kemacetan, kerusakan fasilitas umum, bahkan luka pada manusia dapat disebabkan oleh pohon. Pohon kini lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

Apa sumber masalahnya?

Saya akhirnya menemukan letak sumber masalahnya. Masalahnya ada pada akar pohon yang ditanam. Kebanyakan pohon yang ditanam oleh pemerintah maupun swasta adalah pohon hasil cangkokan. Proses cangkok dapat menghasilkan ribuan pohon dalam jangka waktu yang singkat. Bibit pohon yang murah dan berjumlah banyak tentu sangat dibutuhkan untuk mendukung pelbagai program penanaman pohon yang ramai diusung.

Menanam pohon dari bibit (proses semai) memerlukan waktu yang lama dan biaya yang jauh lebih mahal, padahal jumlah bibit yang dihasilkan hanya sedikit, mungkin maksimum hanya 100 buah dalam sehari. Tentu bagi pemerintah dan pihak yang mengaggas penanaman pohon dalam jumlah masif hal ini bukanlah pilihan yang menggembirakan. Penanaman satu juta pohon berarti membutuhkan waktu 10000 hari, atau hampir 27 tahun. Waktu yang luar biasa lama! Penghijauan yang dilakukan di Jakarta, seperti di bantaran kali, atau bantaran Banjir Kanal Timur (BKT) menggunakan pohon hasil cangkokan. Pohon di Jakarta mayoritas hasil cangkokan.

Yang jadi masalah adalah akar dari pohon hasil cangkokan adalah akar serabut. Memang pohonnya adalah pohon akasia, atau pohon merbabu, yang kita tahu mempunyai akar tunggang–namun jika dicangkok, semua spesies pohon akan mempunyai akar serabut–tanpa kecuali Bisa dibayangkan, pohon akasia dengan luas tutupan hampir 36 meter persegi hanya ditunjang oleh akar serabut? Tentunya seperti bom yang hanya menunggu waktu saja: kapan ia akan rubuh dan menimbulkan kerusakan. Kerusakan inilah yang kemudian menjadi besar oleh media di Jakarta. Pohon di Jakarta rawan tumbang. Akibatnya? Pohon-pohon tua ditebangi, dan diganti pohon yang muda, pohon yang saya yakini pasti hasil cangkokan lagi.

Jadi, akar memang berperan penting. Pohon yang ditanam dengan maksud yang baik akan berdampak buruk jika akarnya tidak sesuai. Niat baik untuk menghijaukan Jakarta, mengurangi polusi perkotaan malah merepotkan pemerintah sendiri karena harus terus mengawasi pohon-pohon yang sudah tua yang tentu menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Akarnya serabut, dan tentu tidak akan mampu membuatnya tetap tegak berdiri saat angin datang menyerbu. Manfaat yang siap ia berikan kepada manusia dan kehidupan di bawahnya menjadi hilang dan digantikan oleh kerugian dan mudarat.

Mari kembalikan manfaat pohon di Jakarta dengan menanam pohon yang berasal dari bibit! Dan bukan pohon hasil cangkokan!

 

Sumber referensi: 100 Ribu Pohon Rawan Tumbang di Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun