[caption id="attachment_122543" align="alignnone" width="116" caption="Marzukie Alie yang tercinta"][/caption] Ternyata godaan datang lebih cepat, sebelum bulan Ramadhan tiba. Ketua DPR kita yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Bapak Marzuki Alie yang tercinta, melontarkan gagasan yang sangat menggoda. Marzuki minta supaya KPK dibubarkan saja, dan para koruptor dimaafkan asalkan uang haramnya dikembalikan ke negara. Banyak yang kontra dalam menanggapi pernyataan Marzuki tersebut, namun di tulisan ini saya tidak menampilkan tanggapan dari para anggota DPR, apalagi yang berasal dari fraksi lawan Demokrat. DPR adalah lembaga paling tidak produktif. Lihatlah sedikitnya produksi Undang-Undang dari yang sudah ditargetkan. Lihatlah studi banding mereka yang tidak masuk akal. Lihatlah banyaknya kaum mereka yang terbukti makan uang haram hingga mendekam di jeruji penjara. Kembali ke Marzuki Alie, berikut tanggapan atas pernyataan kontroversialnya itu : Syafii Maarif  (Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamadiyah) :
Orang itu (Marzuki Alie) tidak sadar. Otaknya tidak jalan saat itu (meminta pembubaran KPK). Jangan ada tikus di lumbung padi, lumbungnya dibakar, tapi harusnya tikusnya yang dibuang. Sudah, tangkap saja dulu, jangan dimaafkan!
Adnan Buyung Nasution (Praktisi hukum senior) :
Ini keterlaluan, (Marzuki Alie) nggak pantas jadi Ketua DPR. Saya juga sering memperhatikan, sudah sering dia membuat pernyataan yang tidak layak. Kalau dia mau bubarkan, bubarkan saja Partai Demokrat, bubarkan DPR yang sudah terang-terang sekarang Demokrat koruptornya masih dibiarkan saja. Dia saja tidak bisa berbuat apa-apa untuk menangkap Nazaruddin dan nggak minta maaf dengan rakyat Indonesia.
Fadjroel Rachman (Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi) :
Ini pemikiran sesat yang sudah tidak termaafkan ya. Dan saya yakin masyarakat lebih suka jika Marzuki mundur (sebagai Ketua DPR) daripada KPK dibubarkan. Siapa tahu yang dia maksud harus diputihkan itu Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh dan lain-lain.Dan ini pemutihan untuk Demokrat. Ini pikiran sesat yang harus ditolak. Ya ditangkap dulu lah koruptor. Jangan ujug-ujug diputihkan. Marzuki malas berpikir.
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden) :
Kalau (cara) berpikir Marzuki Alie seperti itu, maka DPR harus dibubarkan karena banyak anggota DPR yang salah juga. Semua lembaga harus dibubarkan karena banyak salah, seperti polisi dan jaksa apa harus dibubarkan juga? Jadi oke yang bersalah harus dihukum tidak perlu dibubarkan, KPK kan orangnya ada yang baik juga. Berarti cara berpikirnya Marzuki melanggar hukum karena dibikinnya KPK kan berdasarkan undang-undang. Jadi kalau mau dibubarkan ya usulkan saja ke DPR.
Permadi (Politisi Partai Gerindra) :
Ini sudah gila. Koruptor sekarang kan kebanyakan dari Demokrat. Dia (Marzuki Alie) ingin menolong dirinya sendiri dan teman-temannya. Orang-orang Demokrat sudah kalap tidak tahu apa lagi yang harus diucapkan. Dia sebagai Ketua DPR ucapannya sudah tidak rasional lagi. Masa penegak hukum ingin dibubarkan.
Oce Madril (Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada) :
Problem emosinya, orangnya yang labil tapi dia kan bukan ABG lagi. Berbagai statement-nya menandakan ketua DPR pemikirannya keliru. Dia tidak paham pemberantasan korupsi, makanya yang keluar statement yang keliru. Pernyataan keliru hasil dari paradigma yang keliru. Ganti tempat dengan pak Ruhut, pak Marzuki yang maju, sayang dia ketua DPR tidak bisa menjaga etika
politik. Marzuki berfungsi selain sebagai pejabat negara di sisi lain dia juga juru bicara parlemen. Apa yang dia bicarakan mewakili lembaga. Mau tidak mau dia harusnya paham.
Gun Gun Heryanto (Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta):
Secara substansi, pesan Marzuki tersebut tidak hanya ngawur tetapi juga berbahaya. Pernyataan soal pembubaran KPK, menunjukkan Marzuki tidak memahami kerja keras proses pemberantasan korupsi di Indonesia. (Pernyataan Marzuki) ini masuk dalam kategori agresivitas verbal tanpa logika jernih, dan konteks kearifan seorang pemimpin. Makanya, karena Marzuki sebagai Ketua DPR, butuh kearifan, kecerdasan, dan kenegarawanan dalam memproduksi pesan dan mendistribusikannya ke khalayak lewat media. Marzuki menjadi contoh buruk dari keteladanan seorang pejabat publik dalam membangun komunikasi produktif dengan rakyat yang dipimpinnya. Pernyataan Marzuki tak hanya lemah dalam koherensi struktural, tetapi juga miskin koherensi material dan koherensi karakterologis. Konteks pernyataan Marzuki tersebut sungguh menuai paradoks yang melemahkan diri dan Partai Demokrat. Terlebih, di tengah situasi Demokrat yang ibarat kapal retak akibat "nyanyian" Nazar dan faksionalisme yang menguat.
Addhie Massardi (Aktivis Gerakan Indonesia Bersih, Mantan Juru Bicara Abdurrahman Wahid) :
Seharusnya dia (Marzuki Alie)Â bertindak di dua sisi. Ini memang mencurigakan. Untuk korupsi yang melibatkan Demokrat enggak bisa ke kejaksaan dan kepolisian. Kepolisian memperlakukan Anas saja sudah diskriminatif dengan melakukan pemeriksaan di Blitar.
Said Aqil Siroj  (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) :
Saya rasa dia (Marzuki) itu putus asa. Bagaimana kalau itu (kesalahan seseorang di lembaga) terjadi di polisi, tentara, partai, kementerian, atau lainnya. Masak gara-gara 1 hingga 2 orang semua terus dibubarkan? Â
Abdullah Hehamahua (Penasehat KPK) :
Mungkin Pak Marzuki itu sedang sibuk dan kecapaian sehingga terucap kata-kata seperti itu. Tentu saja jika sebagai ketua DPR mengucapkan seperti itu ada latar belakangnya. Â Tidak ada yang menangkap anggota parlemen sebanyak KPK. Tidak ada di negara lain di dunia yang mengkap seperti itu. Bahkan besan presiden, pemda dan seterusnya. Kalau membaca proses keuangan KPK, hingga saat ini Rp 5 triliun telah dihasilkan KPK dalam penangkapan.
Saya (Rakyat Biasa) :
Sulit untuk menganggap gagasan Marzuki sebagai breakthrough (terobosan). Jika yang mengucapkannya adalah mantan Direktur PT. Semen Baturaja yang sempat ditetapkan sebagai tersangka, pernyataan tersebut bisa jadi untuk menyelamatkan dirinya sendiri agar selamat dari panasnya api neraka dunia (baca: penjara). Saya tidak percaya Marzuki pintar, tapi saya sangat percaya Marzuki adalah orang yang hanya memikirkan diri sendiri. Â Saat bencana tsunami menelan ratusan korban jiwa di Mentawai, Marzuki berkomentar "Mentawai kan jauh. Itu konsekuensi kita tinggal di pulau. Siapa pun yang takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai. Kalau tahu berisiko pindah sajalah". Lebih sadis lagi saat ada peristiwa penyiksaan TKI, Marzuki berkomentar "Ada yang tidak bisa membedakan cairan setrika, akhirnya menggosok baju seenaknya. Makanya majikannya marah, wajar saja itu setrika menempel di tubuh pembantu". Terakhir, Marzuki pernah berkomentar soal rencana pembangunan gedung baru DPR yang ditentang banyak orang. Marzuki bilang, "Ini cuma orang-orang yang elite yang paham yang bisa membahas ini, rakyat biasa nggak bisa dibawa".
Jakarta 31 Juli 2011, Daniel Adrian ~dalam kekecewaan mendalam yang tak berujung kepada wakil rakyat di Republik ini~Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya