Mohon tunggu...
M. Danie Al Malik
M. Danie Al Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Mencintai peran laut secara ekologis dan mencoba memahaminya melalui sebuah pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengintip Masa Depan Kita melalui Ekosistem Terumbu Karang Dalam

15 April 2020   11:46 Diperbarui: 15 April 2020   11:48 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Anthipatarian (Black Corals) yang ditemukan di daerah Bondalem, Bali kedalaman ± 30 meter (Sumber: Bagus Prakoso_pribadi)

Kenikmatan tersendiri saat melihat hamparan ekosistem terumbu karang melalui kegiatan berenang, snorkeling, ataupun menyelam. Warna-warni bebatuan yang kita asumsikan, namun ternyata itu semua ialah jenis hewan bernama karang, yang membentuk koloni dan struktur kalsium karbonat atau kapur sehingga menjadi bangunan kokoh bernama terumbu. 

Jadilah terumbu karang dengan hewan karang yang hidup dibangunan kokoh bernama terumbu, dan disekitar terumbu karang dijumpai berbagai ikan-ikan dan udang, bintang laut, teripang, dan lain-lainnya menggantungkan hidupnya pada terumbu karang dan saling bergantung satu sama lainnya terhadap kondisi abiotik pada sekitar terumbu karang. Maka hubungan itu semua disebut sebagai ekosistem, yang dimaksud ini ialah ekosistem terumbu karang.

Namun, sebagian besar yang kita perhatikan saat ini ialah ekosistem yang berada di bagian zona laut fotik (Gambar 1), yaitu zona yang sebagian besar wilayahnya terkena langsung dengan sinar matahari sehingga sebagian ekosistem yang terdapat di zona ini seperti ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove menggantungkan dari dasar rantai makannnya terhadap organisme autotrof (yang dapat membuat makannya sendiri melalui proses fotosintesis) seperti mikroalga, ganggang laut, dan tumbuhan laut lainnya. 

Gambar 1. Zona Laut (Sumber: google)
Gambar 1. Zona Laut (Sumber: google)
Bahkan seperti ekosistem terumbu karang yang menggantungkan hidupnya dengan simbisosis microalga sangat terbatas kedalaman hidupnya hanya mencapai 30 meter atau disebut dengan terumbu karang dangkal (Shallow Coral Reef).

Secara eksplorasi terumbu karang yang berada di kedalaman 1-30 meter sangatlah mudah di zaman sekarang melalui kegiatan penyelaman bersertifikasi dengan jenjang Advanced Open Water Diver saja sudah bisa menyelam hingga kedalaman 30 meter untuk mengeksplorasi ekosistem yang berada di kedalaman tersebut.

Beberapa dekade belakangan ini beberapa peneliti dan orang-orang yang memiliki ketertarikan dalam eksplorasi laut, memberikan perhatiannya terhadap ekosistem terumbu karang yang lebih dalam 30-150 meter dan memiliki lingkungan yang mendapatkan sumber cahaya terbatas. 

Ekosistem terumbu karang dalam ini disebut dengan Ekosistem terumbu karang mesopotik atau Mesophotic coral reef ecosystems (MCEs). Namun, Kegiatan eksplorasi MCEs sangat terbatas dengan kemampuan manusia. 

Diperlukan beberapa jenjang ataupun pelatihan tambahan seperti menyelam dengan Nitrox ataupun Trimix yang memungkinkan kita bisa menyelam dengan meminimalisir terkena dekompresi ataupun narcosis akibat perubahan atmosfer ataupun susunan udara terhadap fisiologis pada setiap kedalamannya. Serta juga dibutuhkan teknologi seperti kapal selam atau operasi tanpa awak atau Rometely Operated Vihicle (ROV) untuk mengeksplorasi MCEs.

Beberapa peneliti (Baldwin et al. 2018) menyebutkan bahwa MCEs (30-150 m) juga terdapat beberapa organisme yang terdapat di ekosistem terumbu karang dangkal (1-30 m) seperti karang (termasuk karang keras, karang lunak, dan Anthipatharia atau black coral) dan didominasi dengan beberapa hewan seperti anthozoan, spons, ikan, dan lain-lain. 

Ekosistem yang berada di zona mesopotik termasuk MCEs berada dilingkungan heterogen seperti dasar lumpur, vulkanik, ataupun lereng benua dan menggantungkan dasar rantai rantai makannanya melalui heterotof atau mengangkatnya material organik dasar melalui proses upwelling.

Gambar 2. Anthipatarian (Black Corals) yang ditemukan di daerah Bondalem, Bali kedalaman ± 30 meter (Sumber: Bagus Prakoso_pribadi)
Gambar 2. Anthipatarian (Black Corals) yang ditemukan di daerah Bondalem, Bali kedalaman ± 30 meter (Sumber: Bagus Prakoso_pribadi)
Fungsi ekosistem terumbu karang dalam (MCEs)

Keterbatasan eksplorasi manusia terhadap MCEs bukanlah suatu kendala untuk terus mengungkapkan fakta dan mencari tau tentang fungsi MCEs terhadap kehidupan manusia seperti layaknya terumbu karang dangkal yang telah diketahui memiliki fungsi vital terhadap kehidupan kita.

Beberapa penelitian saat ini menyebutkan bahwa MCEs memiliki fungsi yang sama dengan Ekosistem terumbu karang dangkal. Beberapa fungsi MCEs terhadap kehidupan kita yaitu penyedia perikanan penting, seperti kerapu (Serranidae), kakap (Lutjanidae), Ikan kue (Carangidae), dan lain-lain yang merupakan jenis ikan-ikan yang hidup dan ditemukan di zona tersebut dan termasuk jenis perikanan penting bagi konsumsi kita (Kahng et al. 2010).

Bahkan MCEs diproyeksikan memiliki biodiversitas hingga 80% dari keseluruhan habitat karang didunia (Pyle dan Copus, 2019). Sehingga tentunya untuk penemuan bahan hayati yang berguna untuk kehidupan seperti obat-obatan ataupun vaksin kedepannya sangatlah beguna.

Tantangan ekosistem terumbu karang dalam (MCEs)

Saat ini disebagian besar wilayah, MCEs bukanlah prioritas dalam pembangunan atapun kebutuhan nasional, dan tidak ada regulasi yang mengatur bahwa MCEs masuk dalam skema perlindungan perairan laut dalam bentuk apapun (Soares et al. 2020). Ini disebabkan masih kurangnya data ataupun hasil penelitian yang tersedia pada MCEs.

Namun, tekanan manusia terhadap MCEs semakin meningkat seperti sampah plastik yang bisa tenggelam berdasarkan berat massa ataupun akibat pergerakan arus laut, dan alat penangkapan ikan seperti jaring trawl yang dapat merusak dasar permukaan MCEs.

Fenoma seperti pemutihan karang atau coral bleaching juga memberikan tantangan untuk keberlangsungan MCEs, walaupun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muir et al. (2017) menyebutkan bahwa pemutihan karang akan semakin berkurang berdasarkan kedalaman, dan ini menjadi keuntungan bagi MCEs untuk bisa berkembang dan memiliki ketahaman yang lebih baik dibandingkan ekosistem terumbu karang dangkal. Namun, tanpa kesadartahuan dari kita untuk fungsi dan melindungi MCEs karena memiliki potensi yang baik bagi kesejahteraan hidup kita, akan sia-sia.

Beberapa organisme Anthipatharians atau black corals yang banyak di temukan pada MCEs, di beberapa daerah mengalami keterancaman dengan pengambilan terus-menerus untuk keperluan perhiasan ataupun cendramata. Di Indonesia sendiri Anthipatharians sering disebut nama lokal sebagai akar bahar, dan banyak di ambil untuk keperluan gelang atau kalung sebagai cendramata. Saat ini Anthipatharians sendiri sudah termasuk dalam AppendixII dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), yaitu termasuk daftar terancam punah jika perdagangan terus berlanjut tanpa adanya turan regulasi yang jelas.

Beberapa pertanyaan untuk mengungkap ekosistem terumbu karang dalam (MCEs)

Penulis melansir beberapa pertanyaan berdasarkan Turner et al (2019) untuk mengungkap ekosistem terumbu karang dalam (MCEs) sebagai petunjuk untuk stakeholder dan kita semua untuk masa depan keberlangsungan MCEs, yaitu:

  • Bagaimana MCEs terdistribusi secara global?
  • Apakah tingkat keberlangsungan MCEs akan berubah dimasa mendatang?
  • Bagaimana biodiversitas (berdasarkan taxon ataupun genetika) berubah secara kedalaman dan wilayah?
  • Bagaimana hubungan antara MCEs dengan ekosistem terumbu karang dangkal?
  • Bagaimana bisa organisme mesopotik beradaptasi dengan perubahan lingkungan?
  • Bagaimana meberikan edukasi yang efektif kepada masyarakat terhadap MCEs?

Database ataupun hasil penelitian tentang MCEs tersedia di halaman web mesophotic.org (Gambar 3).

Gambar 3. Beberapa studi di zona mesopotik berdasarkan region area (Sumber: mesophotic.org)
Gambar 3. Beberapa studi di zona mesopotik berdasarkan region area (Sumber: mesophotic.org)
Saat ini pengetahuan kita akan MCEs memang masih minim, namun secara tidak langsung kegiatan manusia seperti sampah dan alat tangkap perikanan yang tidak diatur secara detail dapat mengancam keberlangsungan MCEs. Kita masih punya harapan dan terus berfikir dari dampak yang telah kita lakukan terhadap lingkungan yang kompleks ini. 

Referensi

  • Baldwin CC, Tornabene L, Robertson DR. 2018. Below the mesophotic. Sci Rep 8:4920  
  • Kahng SE, Garcia-Sais JR, Spalding HL, Brokovich E, Wagner D, Weil E, Hinderstein L, Toonen RJ. (2010). Community ecology of mesophotic coral reef ecosystems. Coral Reefs, 29(2), 255-275.
  • Meshophotic.org
  • Muir PR, Marshall PA, Abdulla A, Aguirre JD. 2017. Species identity and depth predict bleaching severity in reef-building corals: shall the deep inherit the reef?. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 284(1864), 20171551.
  • Pyle RL, Copus JM. 2019. Mesophotic coral ecosystems: Introduction and overview. In Mesophotic Coral Ecosystems (pp. 3-27). Springer, Cham.
  • Soares MO, de Araújo JT, Ferreira SMC, Santos BA, Boavida JRH, Costantini F, Rossi S. 2020. Why do mesophotic coral ecosystems have to be protected?. Science of The Total Environment, 138456.
  • Turner JA, Andradi-Brown DA, Gori A, Bongaerts P, Burdett HL, Ferrier-Pagès C, Voolstra CR, Weinstein DK, Bridge TCL, Costantini F, Gress E, Laverick J, Loya Y, Goodbody-Gringley G, Rossi S, Taylor ML, Viladrich N, Voss JD, Wiliams J, Woodall LC. 2019. Key questions for research and conservation of mesophotic coral ecosystems and temperate mesophotic ecosystems. In Mesophotic coral ecosystems (pp. 989-1003). Springer, Cham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun