Mohon tunggu...
M. Danie Al Malik
M. Danie Al Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Mencintai peran laut secara ekologis dan mencoba memahaminya melalui sebuah pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mikroalga Ini Nan-Elok Fungsinya di Balik Keindahan Terumbu Karang

24 Juli 2016   23:28 Diperbarui: 25 Juli 2016   14:19 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat gambar dan cuplikan video ditas, kita langsung terbayang akan keindahan surga bawah laut yang dipenuhi dengan bebatuan warna warni yang dikelilingi oleh ikan-ikan cantik sehingga memanjakan mata kita serta terkagum-kagum akan keindahan yang telah tuhan berikan kepada kita semua.

Secara penjelasan ekologi ikan-ikan cantik yang selalu berenang mengililingi permukaan yang seperti batu-batu yang cantik itu tinggal didaerah tersebut karena merupakan tempat tinggal yang baik, tempat mencari makan, tempat mengasuh, dan melestarikan masing-masing induvidu bagi ikan-ikan tersebut.

Lalu, pertanyaannya mengapa permukaan yang seperti bebatuan banyak bentuknya serta berwarna-warni tersebut memiliki fungsi yang sangat sakral bagi kehidupan organisme-organisme disekelilingnya ? biarkan saya menjelaskannya dengan bahasa saya sendiri dan dengan petikan penjelasan referensi yang saya rangkum dengan bahasa saya.

Bentuk kehidupan yang menetap di permukaan seperti bebatuan yang telah kita kira selama ini yaitu batu yang berwarna adalah kekeliruaan melainkan hal tersebut merupakan suatu koloni hewan yang berkumpul menempati suatu padatan kalsium, dan batuan tersebut ialah terubu karang.

Terumbu Karang sendiri merupakan endapan kalsium karbonat (CaCO3) yang terbentuk akibat proses kalsifikasi organisme penyusunnya yaitu karang, dan karang merupakan hewan jenis dari filum Cnidaria atau Coelenterata (berongga) yaitu sebangsa dengan organisme Hydra, Ubur-ubur, dan ubur-ubur kotak (Cubozoa). Karang sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu karang keras (yang dapat membentuk terumbu), maupun karang lunak (yang tidak adapat membentuk terumbu).

Dalam hidupnya karang tidak hidup sendiri sebagai untuk menompang kehidupan, tak lain bersimbiosis dengan makhluk mikro yang disebut dengan Zooxhathelae yang bertempat disalah satu lapisan tubuh karang yang dinamakan Gastrodemis. Zooxanthellae yaitu dari organisme jenis alga coklat uniseluler dari kelas Dinoflagellata.

Zooxanthellae tidak hanya bersimbiosis dengan hewa karang, namun juga bersimbiosis dengan hewan laut lainnya seperti anemon, moluska, dan kima.

Diketahui Zooxanthellae terdapat dikarang melalui proses siklus reproduksi karang yaitu apabila melalui seksual maka Zooxanthellae akan diturunkan melalui induknya ataupun akan terdapat saat sel telur dikeluarkan oleh induknya, sedangkan secara aseksual maka Zooxanthellae diturunkan melalui induknya.

Zooxanthellae memiliki peranan yang penting bagi hewan karang sendiri, sebaliknya karang juga mempunyai peran yang penting bagi Zooxanthellae, maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa antara karang dan Zooxanthellae merupakan simbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan satu-sama lainnya.

Gambar 2. Zooxanthellae (Sumber : NOAA)
Gambar 2. Zooxanthellae (Sumber : NOAA)
Zooxanthellae merupakan organisme jenis alga yang dimana memerlukan cahaya yaitu matahari sebagai proses fotosintesisnya untuk memenuhi hidupnya, yang dimana disebut organisme autotrof yaitu organisme yang mampu membuat makanannya sendiri.

Sedangkan hewan karang merupakan organisme heterotrof yaitu organisme yang tidak mampu membuat makanannya sendiri, dan makanannya karang ialah hewan renik seperti zooplankton, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Muller-Parker & D’Elia (2001) menyatakan bahwa hasil fotosintesis (gula, asam amino, dan oksigen) dari Zooxanthellae mampu memenuhi kebutuhan proses respirasi pada hewan karang.

Penelitian dari Tucket & Tucket (2002) menyatakan bahwa sumber makanan karang 75-99% berasal dari Zooxanthellae. Lain dari itu hasil fotosintesis Zooxanthellae akan menaikan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak untuk percepatan proses kalsifikasi (pembentukan terumbu) pada karang.

Zooxanthellae juga memberikan warna pada polip karang, sehingga sebagian besar kita lihat terumbu karang berwarna warni yang dimana merupakan gabungan antara pigmen polip karang dan dari Zooxanthellae. Bagi Zooxanthellae hewan karang merupakan habitat yang baik untuk tempat tinggal yang dimana sisa metabolisme dari karang berupa zat anorganik seperti karbondioksida (CO2) akan membantu proses fotosintesis.

Zooxanthellae hidup didalam jaringan tubuh karang tidak hanya berjumlah satu namun bisa mencapai > 1 juta sel/cm2, dan semakin berkurang kelimpahannya dengan bertambahnya kedalaman kehidupan karang dan kekeruhan diperairan tersebut, hal ini berhubungan dengan hidupnya Zooxanthellaeyang membutuhkan intensitas matahari untuk proses fotosintesis.

Penelitian yang dilakukan Rauf et al (2015) pada karang jenis Acroporasp menunjukkan adanya perbedaan kelimpahan jumlah Zooxanthellaeberdasarkan kedalaman dan naungan yang ada.

Namun ada beberapa hal yang dapat mengganggu berlangsungnya proses fotosintesis Zooxanthellae seperti temperatur tinggi yang dapat mengganggu proses tranport elektron dari pemecahan molekul H2O dalam pengelolahan cahaya menjadi glukosa sehingga Zooxanthellae dapat keluar dari inangnya yaitu karang. Salinitas rendah, radias ultraviolet, infeksi bakteri, dan logam berat juga dapat mengganggu kehidupan Zooxanthellae bersama karang.

Begitu eloknya makhluk mikro yang dinamakan Zooxanthellae ini untuk kehidupan terumbu karang, sampai-sampai kasus alam saat ini seperti pemutihan karang (coralbleaching) yang diakibatkan oleh pemanasan global, perubahan iklim, dan lainnya sebagainya dapat mengganggu bahkan terancamnya kehidupan Zooxanthellae pada karang.

Jika Zooxanthellae ini mati atau tidak bersimbiosis kembali dengan karang yang artinya Zooxanthellae keluar dari inangnya yaitu karang (seperti efek dari pemutihan karang), hal ini akan berdampak pada kehidupan karang sendiri yang akan berdampak pada organisme yang hidup disekitarnya seperti ikan-ikan karang yang bernilai ekonomis, lalu kartu AS terakhir yang terancam ialah kita semua.

REFERENSI

Muller-Parker, G., & D'Elia, C. (2001). Interaction Between Corals and Their Symbiotic Algae. Dalam : Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York , 96 - 113.

NOAA. 2008. ZooxanthellaeWhat’s That ?.  http://oceanservice.noaa.gov/education/kits/corals/coral02_zooxanthellae.html

Rauf, K. P., Supriharyono, & Purnomo, P. W. (2015). Kelimpahan Zooxanthellae pada Acropora sp. Berdasarkan Kedalaman Perairan dan Naungan yang Berbeda di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Diponegoro Journal of Maquares , Vol 4. No.1, Hal 46-54.

Tackett, D., & Tackett, L. (2002). Reef Life : Natural History and Behavior of Marine Fishes and Invertebrates. T.F.H. Publications, Inc., New Jersey , 224 hlm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun