Mohon tunggu...
dania Salsabella
dania Salsabella Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan dan Konseling

Saya menyukai membaca dan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Asertif Pada Generasi Milenial

28 Oktober 2023   19:57 Diperbarui: 28 Oktober 2023   20:12 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pembahasan

Generasi Milenial dan Perilaku Asertif

Istilah generasi milenial memang sedan g akrab diperbincangkan di era modern saat. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam bukunya yang berjudul; Millennial generation atau generasi Y yang juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Penggolongan generasi milenial bagi kedua penulis di atas adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-an – 2000, (Republika, 2016) sedangkan Subhan Setowara mengatakan generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1982-2004, (Setowara, 2018) Ruth N, Bolton mengatakan generasi milenial adalah meraka yang lahir antara tahun 1981-1990- an, (Bolton, et al., 2013) dalam literatur lain dikatakan bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1989 hingga 2004. (Faisal, 2017) Dari beberapa perbedaan pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir sejak tahun 1980- an sampai dengan 2024, yaitu generasi muda saat ini yang berusia sekitaran 15-34 tahun.

Munculnya generasi milenial ditandai dengan meningkatnya penggunaan alat komunikasi, media dan teknologi informasi yang digunakan, seperti: internet, MP3 player, youtube, facebook, instagram dan lain sebagainya. Generasi milenial merupakan inovator, karena generasi ini berusaha mencari, belajar dan bekerja di dalam lingkungan inovasi yang sangat mengandalkan teknologi untuk melakukan perubahan di dalam berbagai aspek kehidupannya. (Moreno, Lafuente, Carreon, & Moreno, 2017)

Generasi milenial adalah individu yang pandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang diikuti, serta berkelana di media sosial. Generasi ini merupakan individu yang creative, biasa berpikir out of the box, selain itu merupakan orang yang percaya diri, berani mengungkapkan pendapat, serta tidak sungkan berdebat di depan publik. Generasi ini tumbuh besar dalam lingkungan budaya pop yang sudah mapan atau tersedia dengan baik di lingkungannya masing-masing, (Faisal, 2017) dalam hal ini teknologi menyediakan platform atau tempat untuk personalisasi dan memberikan kepuasan di semua aspek kehidupan.

Gaye Ozcelik mengatakan bahwa generasi milenial memiliki tingkat kepercayaan diri dan kemandirian yang tinggi, individualistas, dan aktif secara sosial serta suka bekerja dalam tim. Milenial sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Generasi milenials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna, handphone juga internet sudah diperkenalkan. (Ozcelik, 2015)

Tidak sedikit orang yang terlena terkena bius internet. Tidak jarang juga jika gadget tertinggal di rumah dan ia sudah dalam perjalanan ke sekolah atau pun kantor, ia rela kembali ke rumah untuk mengambilnya. Virus gadget dan internet rupanya telah berpengaruh pada perkembangan informasi dan komunikasi. Pemuda yang menyandang gelar generasi milenial telah akrab dengan gadget dan intenet sejak belajar di bangku sekolah dasar, (Walidah, 2017) sehingga generasi ini sangat mahir dalam hal teknologi.

Terlepas dari penjelasan di atas, terdapat beberap masalah yang dihadapi generasi milenial saat ini, seperti masalah self-esteem, bingung dengan berbagai kesempatan yang datang, minder sosial karena merasa tidak memiliki kelebihan, kecemasan terhadap penilaian sosial, keep up dengan kekinian, seperti; trend, lifestyle, dan informasi. (Faisal, 2017) Masalahmasalah tersebut tentu kalau tidak dibentengi dengan perilaku asertif akan berakibat fatal pada masadepan generasi milenial. Perilaku asertif akan memudahkan generasi ini dalam bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan, dimana kemampuan asertif akan menolong individu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara langsung dan terus terang, pengungkapan asertif akan menghindarkan munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman karena menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakan. Perilaku asertif dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir, memperluas wawasan, dan tidak mudah berhenti pada suatu yang tidak diketahui.

Perilaku asertif sendiri merupakan terjemahan dari ssertive behavior yang mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakan dengan sopan untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopa sesuai dengan norma, tenang, dewasa, dan masuk akal. Baddel dan Lennox mengatakan bahwa asertifitas akan mendukung tingkah laku interpersonal yang secara simultan akan berusaha untuk memenuhi keinginan individu semaksimal mungkin dengan cara bersamaan juga mempertimbangkan keinginan orang lain, karena hal itu tidak hanya memberikan penghargaan pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain. (Sriyanto, Abdulkarim, Zainul, & Maryani, 2014)

Alberti dan Emmons menyatakan bahwa perilaku asertif adalah merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan yang paling diinginkan tanpa rasa cemas, mengekspresikan kejujuran dan melakukan hak-haknya tanpa melanggar hak orang lain, sedangkan menurut Rini, perilaku asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hakhak orang lain, (Sriyanto, Abdulkarim, Zainul, & Maryani, 2014) sedangkan Menurut Lioyd menyatakan bahwa perilaku asertif adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur. Perilaku ini mampu mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan orang lain sehingga dapat memandang keinginan, kebutuhan, hak diri sendiri sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak orang lain pada saat berinteraksi. (Novalia, 2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun