Pagi ini saya cek email dan ada notif adanya K rewards yang kurang lebih isinya adalah sebuah trobosan baru yang dilakukan kompasiana sejak puluhan tahun berdiri. Hemat saya, Kompasiana telat memberikan fiture seperti ini karena apa ? banyak sekali paltfom jurnalis warga yang memang menggunakan simbiosis mutualisme antara penulis dan wadahnya itu sendiri disini Kompasiana.
Di luar negeri misalkan banyak sekali model webs jurnalis warga yang membayar membernya yang aktif menulis, misalkan saja ada quora, cracked untuk konten humor, dan masih banyak lagi sedangkan untuk lokal anda bisa cek di uc news, babe, webma, dan masih banyak lagi bisa di searh saja, isinya sama saja baik artikel dan  video dengan rule memang original berdasarkan filter2 dan TOS yang diberikan.Â
Saya rasa kompasiana juga sejak dulu menerapkan hal ini, maka dari itu jika publish artikel tidak langsung terbit ada pase reviewnya ini berbeda dulu pada awal taun 2014 misalkan bagi pengguna K lama sudah paham jika nulis langsung terbit.
Nah kali ini saya akan mencoba bahas dari sudut sistem yang berbeda, dimana model K Rewards ini hanya menghitung view kemudian di kalkulasikan berdasarkan topik pilihan saja.Â
Artinya, topik kita tidak bisa memilih se enaknya. Padahal disini banyak sekali penulis yang aktif, dan jika mereka kapan saja beralih ke paltform lain mungkin sudah dan baru di pertimbangkan oleh admin kompasiana dan jajarannya.Â
Simplenya gini, kita sama sama menulis dalam platfom yang sama, yang satu membayar dan yang satunya juga namun yang satunya memberikan batasan topik. Lalu mau pilih yang mana ? Jelas secara hitungan bodoh milih yang memberikan kebebasan topik tentunya.Â
Kecuali memang anda sudah sangat cinta dengan kompasiana, ada banyak teman disini, dan sudah sukarela menulis ratusan sampai ribuan artikel tanpa ada imbalan materil kecuali hanya kepuasan batin.
Pergerakan persaingan trend mode jurnalis warga saat ini memang sudah mulai menjamur, Kompasiana yang sudah senior jika tidak bisa memberikan trobosan baru maka pada akhirnya akan jauh ketinggalan. Seharunya memang, di kembangkan dengan sisitem saling menguntungkan, karena toh saat ini produksi konten yang rada berkualitas sudah banyak yang menginginkanya, bisa dijual dan lain sebagainya.
Kesimpulan:
- Berdasarkan hal ini, saya hanya bisa memberi saran kepada kompasiana. Jika ingin berkembang lebih besar dari sisi authority misalkan maka harus berani memberikan reward pada penulsinya tidak harus dalam 1 tema saja yang sudah dipilih sendiri.
- Jika memang masih bernaung dan mengandalkan kepopuleran kompas, maka tentu saja bisa tergerus karena sekarang web news yang merjai nilai uniqe vistor tertinggi di Indonesia ditemapti oleh Tribunews yang tentunya dengan membuat puluhan subdomain per wilayah. Kompas masih berada di urutan ke 9 masih kalah dengan liputan 6 apalagi detik.