Dusun Kragon, Desa Sumberejo, Kabupaten Magelang (7/10/2024) - Mahasiswa KKN Tematik PKUM Universitas Diponegoro 2024 mengadakan sosialisasi pentingnya standarisasi bahan baku, proses pengolahan, dan produk keripik kentang di Dusun Kragon yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Program ini diadakan untuk meningkatkan kesadaran dan membentuk komitmen mutu pada ibu-ibu Kelompok Tani Wanita (KWT) yang akan mengembangkan keripik kentang untuk meningkatkan nilai jual kentang dan perekonomian. Program ini berlangsung mulai pukul 13.00 hingga 15.00 WIB di hari Senin, 7 Oktober 2024 yang dihadiri oleh ibu-ibu KWT, siswa dan mahasiswa magang, serta pengurus PT. Agro Lestari Merbabu.
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu komoditas wilayah Dusun Kragon yang dibudidayakan oleh sebagian besar masyarakat. Lahan pertanian di Dusun Kragon banyak ditanami kentang dengan jenis yang berbeda oleh penduduk lokal. Selama ini, kentang hanya dijual dalam bentuk mentah sehingga memiliki nilai jual yang rendah. Padahal kentang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi berbagai produk olahan. Salah satunya adalah keripik kentang yang banyak digemari oleh kalangan muda. Namun, keripik kentang dari jenis kentang yang berbeda memiliki perbedaan warna, tekstur, rasa, dan bentuk karena memiliki karakteristik kentang segar yang berbeda. Hanya 1 jenis kentang saja yang berhasil diolah menjadi keripik kentang yang berwarna kuning dan renyah karena jenis kentang lainnya belum cukup renyah jika diangkat saat keripik kentang masih berwarna kuning. Sebagian besar keripik yang sudah mencapai kematangan yang tepat dan bertekstur renyah memiliki warna yang gelap dan cenderung pahit di bagian sisi luar. Maka dari itu, mahasiswa KKN-T PKUM berupaya untuk memecahkan masalah ini dengan optimasi dan standarisasi mulai dari bahan baku, proses pengolahan, dan produk.
Program sosialisasi pentingnya standarisasi mutu bahan, proses, dan produk dibawakan oleh mahasiswi dari Teknologi Pangan yaitu Dania Rahma Anandini (20) berdasarkan hasil optimasi dan standarisasi yang dilakukan. Peningkatan kesadaran dan pembentukan komitmen dari ibu-ibu KWT diperlukan agar hasil keripik kentang memiliki kualitas yang seragam. Perbedaan bahan baku kentang dan metode pengolahan yang digunakan dapat menghasilkandan produk keripik yang berbeda. Kriteria kualitas keripik kentang yang diinginkan oleh masing-masing ibu KWT juga berbeda sehingga keripik kentang dalam 1 kemasan bisa memiliki warna, tekstur, dan bentuk yang bervariasi. Dengan adanya standar bahan, proses, dan produk yang ditentukan dan disepakati bersama, keripik kentang yang dihasilkan memiliki dapat berkualitas dan seragam di setiap batch produksi untuk menghindari kecacatan (reject) produk.Â
Kegiatan sosialisasi ini secara garis besar berisi mengenai permasalahan dan potensi kentang secara umum, perbedaan hasil keripik kentang tanpa dan dengan standarisasi, serta alasan ilmiah perbedaan tersebut. Ibu-ibu KWT Dusun Kragon menyambut program standarisasi dengan baik dan antusias. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan musyawarah bersama dosen pembimbing lapangan untuk keberlanjutan program standarisasi mutu, proses, dan produk berikutnya. Harapannya, ibu-ibu KWT dan mitra Agro Lestari Merbabu sebagai pelaku budidaya kentang dapat menerapkan standarisasi mutu secara konsisten untuk menghasilkan produk keripik kentang yang berkualitas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H