Mohon tunggu...
Daniar Setyo Rini
Daniar Setyo Rini Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

Educator, Biologist.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Graphics Interchange Format (GIF) sebagai Alternatif Media Evaluasi Belajar di Kelas

14 September 2021   10:07 Diperbarui: 14 September 2021   10:22 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Biologi, UNJ, Jakarta - Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Jakarta secara rutin melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) setiap tahunnya. Pandemi virus COVID-19 yang melanda seluruh dunia dan Indonesia saat ini menyebabkan kegiatan P2M pada tahun ini dilakukan melalui rangkaian webinar series. 

Sebanyak 5 seri webinar dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan mengangkat tema besar "Pembelajaran IPA di Era Digital". Kegiatan melibatkan 14 orang dosen pendidikan biologi sebagai narasumber yang ahli dibidangnya dan lebih dari 100 orang guru yang tergabung dalam MGMP IPA Kabupaten Bekasi sebagai peserta webinar. 

Demografi peserta terdiri dari 89,2% perempuan dan 10,8% adala peserta laki-laki. Usia pada kisaran 31-40 tahun merupakan kisaran usia terbanyak sebesar 32,3% dengan masa kerja terbanyak adalah lebih dari 10 tahun masa kerja sebanyak 63,1%. Guru-guru IPA yang hadir dalam kegiatan rata-rata memiliki Pendidikan akhir S1 sebanyak 84,6% dan magister sebanyak 15,4%. Jika melihat dari jumlah peserta yang menghadiri kegiatan dapat dikatakan bahwa kegiatan telah mencapai target peserta yang diharapkan.

Salah satu topik yang dibahas dalam seri webinar ke-3 pada tanggal 14 Agustus 2021 adalah penggunaan Graphics Interchange Format (GIF) sebagai media evaluasi pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa selama pembelajaran daring di rumah. Ide menggunakan GIF. sebagai media evaluasi muncul karena banyaknya keluhan mengenai kurangnya motivasi dan kemandirian siswa selama pembelajaran daring. 

Bosan, kurang motivasi dan kurangnya kemandirian belajar siswa di kelas dapat disebabkan oleh kurang variatif dan menyenangkannya pembelajaran yang diberikan oleh guru. Penggunaan GIF sebagai media evaluasi dipercaya dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan mandiri dalam belajar serta memberikan proses belajar yang lebih menyenangkan.  

Graphics Interchange Format (GIF) adalah jenis gambar animasi yang dibuat dengan menggabungkan beberapa bagian gambar menjadi satu frame yang kemudian diatur dengan kecepatan tertentu untuk dapat berpindah dari satu bagian ke bagian berikutnya yang menjadikannya terlihat bergerak (Bulbul M, 2015). 

Pembuatan GIF dahulu kala mungkin cukup sulit untuk dilakukan, akan tetapi dengan kemajuan teknologi saat ini pembuatan GIF menjadi lebih mudah dan dapat dilakukan tidak hanya oleh guru melainkan juga oleh siswa. Pembuatan GIF yang dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam memahami materi pembelajaran karena aktivitas ini merangsang siswa untuk menuangkan pemahaman teori yang didapat menjadi sebuah animasi yang terlihat lebih nyata (Karadogan S, 2004). 

Siswa menyatakan bahwa mereka sering menemukan animasi GIF di media sosial tetapi jarang sekali menemukannya sebagai media dalam pembelajaran dan menurut mereka penggunaan GIF dapat membantu pemahaman dalam pembelajaran (Esra, ukru, & Soner, 2017).

Oleh karena itu, penggunaan GIF sebagai media ataupun bentuk penugasan dan evaluasi kepada siswa dipercaya dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru sebagai desainer kegiatan pembelajaran perlu untuk memahami penggunaan GIF sebagai media dalam proses dan evaluasi pembelajaran. Sehingga dapat memberikan contoh dan tugas yang tepat kepada siswa. Hal tersebut dilakukan dalam upaya memberikan solusi untuk proses pembelajaran daring yang lebih bervariasi, memotivasi dan menyenangkan.

Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen TASC (Teacher as Social Context) terlihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar guru yang dilihat dari peningkatan perspektif guru mengenai cara mereka memberikan pembelajaran. Rata-rata yang diperoleh dari skor instrument TASC peserta pada saat pretest sebesar 2,927 sedangkan pada saat postest sebesar 2,962. Grafik perbandingan antara rata-rata skor pretest dan postest dapat dilihat pada gambar berikut, 

TASC (Teacher as Social Context)
TASC (Teacher as Social Context)
Lima belas pernyataan di dalam instrument TASC ini merupakan penjabaran dari tiga indikator utama penilaian motivasi belajar siswa dari perspektif guru. Ketiga indikator itu adalah Teachers' Involvement, Structure, dan Autonomy support. 

Pada instrumen yang diberikan ke peserta dalam kegiatan pengabdian ini butir pernyataan 1-5 mewakili indikator Teachers' Involvement, butir 6-9 mewakili indikator structure dan butir 10-15 mewakili indikator Autonomy support. Berdasarkan perhitungan, masing-masing indikator memiliki skor rata-rata yang dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini,

TASC (Teacher as Social Context)
TASC (Teacher as Social Context)
Berdasarkan gambar grafik diatas, terlihat bahwa skor rata-rata dari tiap indicator mengalami peningkatan dari pretest ke hasil posttest. Berdasarkan data yang didapat, skor rata-rata untuk indicator Teachers' involvement berada diatas 3, hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata guru setuju untuk pernyataan bahwa guru memiliki andil yang besar dalam kegiatan pembelajaran, penerimaan siswa terhadap guru yang mengajar sangat baik dan guru merasa senang mengajar dikelas tersebut saat ini. Jika melihat hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keterlibatan dan komunikasi guru serta siswa sangat baik sehingga proses belajar pun menjadi optimal dan hal ini akan seiring dengan baiknya motivasi belajar yang terbentuk di siswa.

Hasil dari indikator teachers' involvement didukung dengan hasil dari indikator berikutnya yakni structure. Semakin tinggi nilai di indikator ini artinya peran guru sebagai fasilitator di kelas semakin besar. Guru berperan aktif dalam memberikan lingkungan belajar yang optimal ke siswa dan meningkatkan motivasi belajar bagi siswa. 

Hasil kedua indikator diatas juga didukung oleh hasil di indikator terakhir yakni autonomy support. Jika kedua indikator sebelumnya sudah tinggi maka indikator terakhir ini akan memiliki nilai yang rendah. Karena semakin rendah nilai indikator ketiga ini menyatakan bahwa guru semakin memberikan kebebasan kepada siswa untuk dapat menoptimalkan kemandirian belajar mereka.

Penggunaan GIF Sebagai media evaluasi berdasarkan hasil dari data yang didapat dinilai mampu memberikan peningkatan terhadap motivasi belajar siswa yang dilihat dari perspektif guru mengenai perilaku mereka pada saat mengajar di dalam kelas. Penggunaan GIF sebagai media evaluasi dapat memberikan iklim belajar yang menyenangkan, memberikan rasa memiliki kepada siswa terhadap proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman bagi siswa. 

Seperti pendapat yang dikemukakan Skinner dalam artikelnya yang menyatakan bahwa kunci utama yang harus dipegang oleh seorang pendidik adalah memberikan lingkungan belajar yang memotivasi di kelas. Pendidik harus dapat memberikan rasa nyaman dan kesan yang baik kepada siswa sehingga mereka tidak merasa tertekan pada saat belajar di kelas. Dari sana nanti akan timbul secara sendirinya rasa memiliki terhadap pembelajaran oleh siswa. (Murphy & Rodriguez-Manzanares, 2009; Skinner et al., 1993). (Daniar/Editor). 

Video lengkap mengenai pemaparan materi pada webinar seri ke-3 tentang GIF dapat dilihat pada link tautan youtube berikut. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun