Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Airlangga menunjukkan bahwa 70% pengguna media sosial tidak memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya. Ini menciptakan lingkungan yang subur bagi penyebaran berita palsu, di mana informasi yang salah dapat dengan mudah diterima dan disebarkan lebih lanjut oleh pengguna yang tidak skeptis terhadap sumber informasi yang mereka terima.
Apa Saja Efek Sosial dari Fake News ?
1. Polarisasi Masyarakat
Salah satu dampak paling signifikan dari penyebaran fake news adalah polarisasi sosial. Berita palsu sering kali dirancang untuk memicu emosi negatif, seperti kemarahan atau ketakutan, yang dapat memperdalam perpecahan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ketika individu hanya terpapar pada informasi yang sejalan dengan pandangan mereka, ini dapat menciptakan echo chambers, di mana sudut pandang alternatif tidak didengar.
Misalnya, berita palsu yang menyudutkan kelompok tertentu dapat menyebabkan stereotip negatif dan ketegangan antar kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang terpapar berita palsu tentang isu-isu sensitif cenderung memiliki pandangan ekstrem terhadap isu tersebut.
2. Krisis Kepercayaan
Fake news juga menyebabkan krisis kepercayaan di masyarakat. Ketika berita palsu menyebar, orang mulai meragukan sumber berita yang valid. Menurut survei oleh Edelman Trust Barometer, hanya 27% orang Indonesia yang percaya pada media sosial sebagai sumber berita yang kredibel. Ketidakpercayaan ini dapat mengganggu dialog sosial yang konstruktif dan menghambat kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan yang informasional.
3. Dampak Politik
- Memengaruhi Pemilih
Penyebaran berita palsu memiliki dampak besar di bidang politik. Informasi yang salah dapat memengaruhi perilaku pemilih dan hasil pemilu. Selama pemilihan umum di Indonesia, berita palsu sering kali digunakan untuk menyerang lawan politik. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30% pemilih terpengaruh oleh informasi yang mereka lihat di media sosial selama pemilu.
Salah satu contoh yang mencolok adalah berita palsu mengenai calon presiden yang menyebar menjelang pemilu, yang dapat memicu ketegangan di masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa 20% dari semua berita yang dibagikan di media sosial adalah berita palsu, yang menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam pembentukan opini pemilih.
- Mempengaruhi Kebijakan Publik
Fake news tidak hanya mempengaruhi pemilih individu tetapi juga dapat mempengaruhi kebijakan publik. Ketika informasi yang salah menyebar, itu dapat mendorong keputusan kebijakan yang tidak berdasar. Misalnya, berita palsu tentang vaksinasi telah menyebabkan banyak orang tua menolak untuk memberikan vaksin kepada anak-anak mereka. Menurut Kementerian Kesehatan RI, penurunan angka vaksinasi telah menyebabkan wabah penyakit yang seharusnya dapat dicegah, seperti campak dan difteri.