Mohon tunggu...
Dania Kurniasih
Dania Kurniasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transformasi Dakwah di Era Digital: Dari Mimbar ke Dunia Maya

4 Januari 2025   08:13 Diperbarui: 4 Januari 2025   08:13 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maka dari itu, para pendakwah digital harus lebih berhati-hati memastikan kontennya benar dan relevan. Jangan sampai niat baik menyampaikan pesan islami malah menimbulkan keraguan atau perpecahan. Pendakwah juga perlu memahami cara menggunakan media sosial dengan bijak, misalnya dengan tidak terlalu reaktif terhadap komentar negatif atau provokasi.

Selain itu, algoritma media sosial juga bisa menjadi tantangan tersendiri. Konten dakwah yang sifatnya edukatif kadang kalah bersaing dengan konten hiburan atau sensasi yang lebih menarik perhatian. Akibatnya, pesan dakwah bisa tenggelam dalam banjir informasi yang ada di dunia maya.

Dakwah Konvensional Tetap Penting

Meski teknologi makin canggih, dakwah konvensional seperti ceramah di masjid atau majelis taklim tetap punya tempat istimewa. Dalam jurnal Pendekatan Holistik Dakwah di Era Digital karya Suryadi, dijelaskan bahwa dakwah tatap muka menciptakan kedekatan emosional yang sulit didapat dari layar gadget. Interaksi langsung antara pendakwah dan jamaah memungkinkan komunikasi dua arah yang lebih mendalam. Misalnya, jamaah bisa langsung bertanya atau berbagi pengalaman hidup yang relevan dengan topik kajian.

Gabungan antara dakwah digital dan tradisional sebenarnya saling melengkapi. Dakwah digital bisa menjangkau orang-orang yang jarang datang ke masjid atau tinggal di tempat terpencil, sementara dakwah konvensional tetap penting untuk menjaga aspek emosional dan spiritual yang lebih intim. Pendekatan ini memastikan bahwa dakwah tetap relevan di era modern tanpa kehilangan nilai-nilai autentiknya.

Adaptasi dan Inovasi dalam Dakwah

Dakwah di era modern adalah soal adaptasi. Teknologi bukan sekadar alat, tapi bisa jadi peluang besar untuk memperluas dakwah. Pendakwah perlu terus belajar memanfaatkan berbagai platform digital dengan cara yang kreatif dan bijak. Misalnya, dengan membuat konten yang informatif, menarik, dan tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Selain itu, penting juga untuk menjaga etika digital, seperti menghindari ujaran kebencian atau menyebarkan informasi tanpa verifikasi.

Di sisi lain, umat juga perlu lebih kritis dalam menerima informasi dari media sosial. Jangan langsung percaya pada semua konten yang terlihat islami, tapi pastikan dulu sumbernya terpercaya. Dengan sinergi antara pendakwah dan umat, dakwah bisa membawa manfaat yang lebih besar dan menyentuh lebih banyak hati.

Teknologi seharusnya jadi alat bantu yang memperkuat pesan, bukan menggantikan esensinya. Dakwah nggak harus kaku atau formal, yang penting pesannya sampai dan mampu menginspirasi perubahan positif. Dengan pendekatan yang tepat, dakwah bisa terus relevan di era modern ini. Siapa tahu, dengan media sosial dan teknologi lainnya, pesan kebaikan bisa menjangkau mereka yang sebelumnya jauh dari agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun