BAIT HARAPAN
Oleh : Daniaji
Aku kini sedang mengeja takdir hingga menjadi bait harapan. Bohong, jika kau tidak memahami aksara rindu, yang selalu saja  keluar dari hati ini, setelah ku ucapkan salam atas hadirnya namamu yang kini menjadi bagian dari do'aku.
Maaf jika cinta ini membuatmu risih,
Maaf jika cinta ini lebih tinggi dari tembok egomu
Maaf jika cinta ini membuatmu kehilangan siapa dirimu di hari-hari sebelumnya
Bukan niatku merubah dirimu menjadi apa yang aku mau, biarkan saja dirimu nyaman meski itu melukaiku, saat aku sedang asik menata takdirku yang berserakan tanpa sengaja, hingga kau pun dapat membacanya dan menjadi kata demi kata.
Nanti pada saat yang tepat, engkau tau siapa aku. Mungkin nanti buku takdirku akan membuatmu jijik, melihat ada aksara hatiku yang berlumuran lumpur kerinduan oleh hujan dibulan november, pada saat itu pula ada hal yang mampu merubah pintu hatimu, agar lebih terkunci dan enggan membiarkan aku masuk jauh lebih dalam lagi, setelah ku ketuk hatimu untuk kesekian kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H