Meruncingkan tekad dan menghunuskan dengan bait syairku, bagaikan melawan arus logika hingga tenggelam di dasar bahagia, setidaknya seperti itu harapanku.
Lengkungan pelangi pernah tepat di atas kepala, pagi itu sayap sang bidadari baru saja selesai aku keringkan, namun setelah hujan badai menerpa, kini ia telah  pergi menuju syurga, menyisakan syair penuh ratapan.
Aksara menjadi nadi berdegup seirama Do'a setelah kepergiannya, hingga kini tanpa sengaja  taman mimpiku terhias oleh geranium, sungguh tidak ingin aku menyiramnya dengan lithium, biar saja keindahannya tetap aku jaga sekuat tenaga meski nyatanya aku tidak berdaya.
Indramayu, 25 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H