Cerbung: Jejak Cahaya dalam Gelap
Sinopsis
Liora, gadis desa dengan impian besar, memulai perjuangannya mendirikan rumah belajar di tengah keterbatasan. Saat harapan hampir padam, kehadiran Nisa, seorang anak kecil yang ingin belajar, menjadi cahaya baru. Namun, rintangan dari masyarakat dan konflik batin Liora menguji tekadnya. Mampukah ia menyalakan cahaya harapan bagi desanya?
Bab 1: Cahaya Pertama
Langit malam di desa itu selalu menjadi saksi bisu bagi Liora. Setiap malam, ia duduk di tepi halaman rumahnya yang kecil, memandang bintang yang berserakan di langit gelap. Rumah itu sederhana, berdinding kayu dengan atap yang sering bocor jika hujan deras. Bersama neneknya, Liora menjalani kehidupan yang jauh dari kata cukup, tapi mereka bertahan dengan hati yang tabah.
Hari itu, angin dingin membelai wajah Liora yang termenung. Ia mengingat masa kecilnya---saat orang tuanya masih ada, dan ia bermimpi menjadi seorang guru. Tapi semua itu hanyalah kenangan. Kehidupan membawanya ke jalan lain, memaksanya menjadi dewasa lebih cepat. "Bintang tetap bersinar meski langit gelap," bisik neneknya suatu malam. Kalimat itu melekat erat di benak Liora, menjadi penguat di tengah segala keterbatasan.
Sebuah ketukan pintu mengagetkannya. Di ambang pintu, berdiri seorang anak perempuan berusia sekitar delapan tahun. Rambutnya kusut, wajahnya pucat, tapi matanya memancarkan keberanian. "Kak Liora, aku mau belajar membaca. Tapi aku nggak tahu harus ke mana," kata anak itu pelan.
Liora terdiam, hatinya seperti disayat. Anak itu adalah Nisa, tetangganya, yang kerap ia lihat bermain sendiri di ladang. Gadis kecil itu sudah kehilangan ibunya dan tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai buruh tani. Tidak ada yang mengajarinya membaca, bahkan untuk sekadar mengenali namanya sendiri.
"Kenapa kamu mau belajar?" tanya Liora, mencoba memahami keberanian anak itu.
"Karena aku pengen baca cerita di buku. Aku pengen ngerti dunia di luar sini," jawab Nisa polos.
Kata-kata itu mengguncang hati Liora. Ia memandang tumpukan buku tua miliknya di sudut ruangan, buku-buku yang ia kumpulkan dari waktu ke waktu, meski tak pernah sempat dibaca lagi. Sekilas, ia merasa ragu. Apa mungkin ia bisa mengajarkan sesuatu?
Namun, tatapan penuh harap Nisa menghapus keraguannya. Liora mengambil sebuah buku dari tumpukan itu, lalu membuka halaman pertamanya. "Baiklah, Nisa. Kita mulai dari sini," katanya sambil tersenyum kecil.