Mohon tunggu...
Dang Ndah
Dang Ndah Mohon Tunggu... -

Mencoba menulis dan mengamati dari sudut kota kecil di Sumatera

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moderator dan Pasukan Hore-Hore

12 Juni 2014   15:38 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

setelah menonton debat capres beberapa hari yang lalu, saya mau segera mempublish tulisan ini, sayangnya kompasiana sulit diakses dan mungkin saja ini sedikit basi.

Saya tidak mau mengkritisi soal debat yang dilakukan 2 kandidat kmren malam, saya yakin banyak sekali yang berkomentar dan lebih mengerti ilmunya daripada saya.

saya hanya tergelitik bahkan tertawa menontonnya tentang jalannya debat, berkali2  moderatornya menekankan masalah "tepuk tangan"

"tepuk tangan harus setelah kandidat berbicara,atau menjawab ataupun bertanya." dan tidak jarang memberikan perintah, silahkan bertepuk tangan (padahal menurut saya tepuk tangan itu biasanya refleks)

bahkan seolah2 menjadi guru TK, moderator seperti memberikan perintah soal tepuk tangan kapan dilaksanakan, saya ibaratkan begini

"Anak-Anak tepuk tangannya mana?"

dan setelah debat banyak kritikan bermunculan untuk moderator. menurut pribadi saya, sebenarnya tidak ada yang salah pada perintah moderator

seperti yang saya kutip dihttp://muridingindimengerti.blogspot.com/2011/09/definisi-dan-tugas-moderator-diskusi.html

moderator adalah seseorang yang bertugas untuk memoderasi dan mengawasi jalannya diskusi yang menjadi tanggung jawabnya dengan Tujuan utamanya adalah agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan topiknya serta berlangsung secara kondusif.

dan saalah satu tugasnya adalah memberi peringatan kepada peserta apabila terjadi kegaduhan yang tidak perlu

salah satunya kegaduhan ya tepuk tangan itu, bukankah ketika kita berbicara akan sangat terganggu dengan kegaduhan-kegaduhan, ya terkadang ada beberapa orang akan menjadi blank atau lebih bersemangat saat yel, yel untuknya berkumandang.

sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi, jika sebelumnya pendukung2 dari kedua kandidat bisa memahami bahwa acara tersebut adalah debat bukan konser dangdut atau boyband, maka yang dijual ada kejelasan argumen2 kandidat, jika terjadi kegaduhan, jelas saya paham mengurangi substansi atau isi.

bahkan bisa saya berikan cantoh, guru Bahasa Indonesia saya mengatakan bahwa dalam sebuah pertunjukan teater, penonton tidak diperkenankan untuk bertepuk tangan ditengah-tengah pementasan, tetapi setelahnya, agar tidak mengurangi estetika isi pentas itu sendiri.

Ya harapan saya, agar sekali lagi debat ini bisa diibaratkan sebuah pertunjukkan teater, tanpa diperintah, dan sedikit menahan diri soal refleks tangan, sehingga tidak terjadi lagi pertunjukkan ala anak TK "Anak-Anak Tepuk Tangannya Mana"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun