Selalu terjadi dan terjadi di setiap tahun, menjelang dan sesudah lebaran harga TBS sawit merosot tajam bagaikan terjun bebas tak terkendali. Harga TBS sawit pernah hanya Rp 600 per kilogram.
Berbagai macam himbauan yang dibumbui ancaman oleh Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan atau Pemerintah Provinsi Bengkulu kepada para perusahaan CPO tak membuat bergeming. Harga masih seperti semula.
Dengan harga seperti ini membuat petani sawit menjerit, mereka rela tapi pasrah dengan keadaan yang ada. Di panen petani merugu, tak dipanen pohon kelapa sawit bisa rusak. Di setiap panen ada beban yang harus ditanggung oleh petani sawit berupa ongkos panen dan biaya angkut.Â
Pemerintah Kabupaten dan Provinsi harus berusaha agar kejadian ini tak berulang lagi di tahun depan. Sudah semestinya pemerintah duduk bersama dengan pengusaha CPO mencari solusi demi kesejahteraan petani.Â
Untuk wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur hanya ada 4 perusahaan pengolahan TBS menjadi CPO. Dengan cakupan wilayah petani sawit sampai dengan Kabupaten Seluma saya rasa keberadaan pabrik masih sangat kurang. Belum lagi semakin hari kebun rakyat semakin bertambah.
Sudah saatnya Kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur dan Seluma, duduk bersama membahas pendirian pabrik CPO. Dengan wilayah yang luas masih banyak kesempatan bagi Seluma dan Kaur untuk membangun wilayah industri yang baru. Bila memungkinkan pengolahan sawit dari hulu sampai ke hilir. Sangat disayangkan dengan luas perkebunan sawit belum ada pabrik pengolahan CPO menjadi barang jadi seperti minyak goreng atau sabun.
Bila bisa diwujudkan maka perekonomian akan semakin baik dan kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Tapi entah kapan itu bisa terwujud.
Kota Manna, 30 Juni 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H