Mohon tunggu...
Danesha Almira
Danesha Almira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tertahan di Tengah Tekanan: Burnout dalam Dunia Kedokteran

16 Desember 2024   09:15 Diperbarui: 16 Desember 2024   09:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stres kronis melibatkan aktivasi aksis Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA), yang menghasilkan kortisol sebagai respons utama. Pelepasan kortisol yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem tubuh. Salah satu dampak signifikan adalah gangguan fungsi hipokampus, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori dan pengaturan emosi. Kerusakan ini dapat menjelaskan mengapa individu yang mengalami burnout sering kali memiliki masalah konsentrasi, gangguan memori, hingga kelelahan emosional yang mendalam. Selain itu, hiperaktivasi amigdala, pusat pemrosesan emosi negatif, dapat meningkatkan sensitivitas terhadap stresor sehari-hari, memperparah gejala burnout seperti depersonalisasi atau sikap sinis terhadap pekerjaan dan tanggung jawab.

Lebih jauh lagi, stres kronis dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai "allostatic load," yakni akumulasi kerusakan pada tubuh akibat paparan stres berkepanjangan. Kondisi ini mencakup gangguan sistem kardiovaskular, imunitas, dan bahkan endokrin. Pada mahasiswa kedokteran, kondisi ini sering kali diperburuk oleh tuntutan akademik, tanggung jawab klinis, dan kurangnya waktu untuk pemulihan diri. Ketidakseimbangan antara aktivasi sistem saraf simpatik dan parasimpatik yang seharusnya bekerja secara harmonis, sering kali menjadi faktor utama di balik penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres yang terus menerus.

Dalam konteks burnout, ketidakseimbangan ini memperlihatkan gejala yang khas, seperti kelelahan fisik yang ekstrem, gangguan tidur, dan perasaan tidak berdaya. Untuk mengantisipasi dampak ini, sangatlah penting strategi pemulihan yang menstimulasi sistem saraf parasimpatik, seperti meditasi, teknik pernapasan dalam, olahraga, dan dukungan sosial. Intervensi ini tidak hanya membantu menurunkan kadar kortisol dalam darah tetapi juga meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengembalikan keseimbangan fisiologisnya.

Strategi untuk Mengatasi dan Mencegah Burnout

Peningkatan Dukungan Sosial dan Mentorship Program mentoring yang kuat dan dukungan dari teman sejawat serta supervisor dapat memberikan rasa aman dan kontrol pada mahasiswa kedokteran dan tenaga medis. Dukungan ini penting untuk mencegah perasaan kesepian dan ketidakberdayaan.

Pengelolaan Stres dan Keseimbangan Hidup Teknik-teknik pengelolaan stres, seperti meditasi, latihan pernapasan, dan olahraga, dapat membantu mengurangi respons fisiologis terhadap stres. Membuat jadwal yang seimbang antara waktu belajar, bekerja, dan istirahat sangat penting dalam mencegah burnout.

Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan tentang Kesehatan Mental Pendidikan mengenai pentingnya kesehatan mental di dunia kedokteran harus menjadi bagian dari kurikulum akademik. Meningkatkan kesadaran ini dapat membantu mahasiswa dan profesional medis untuk mengenali tanda-tanda awal burnout dan mencari dukungan lebih cepat.

Penerapan Program Kesejahteraan di Tempat Kerja Rumah sakit dan institusi pendidikan kedokteran perlu menerapkan program kesejahteraan yang komprehensif, termasuk program pelatihan stres, dukungan psikologis, dan kebijakan beban kerja yang lebih seimbang.

Kesimpulan

Burnout merupakan tantangan signifikan dalam dunia kedokteran yang dapat memengaruhi kualitas hidup mahasiswa kedokteran serta tenaga medis. Pemahaman yang lebih baik mengenai penyebab fisiologis dan psikologis dari burnout, serta penerapan strategi yang efektif untuk mencegah dan mengatasi kondisi ini, sangat penting untuk menjaga kesejahteraan individu dan kualitas perawatan pasien. Dengan pendekatan yang holistik, kita dapat membantu mahasiswa dan tenaga medis untuk menghadapi tekanan dalam dunia kedokteran tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisik.

Referensi

  • McCarty RD. Physiology of Stress. New York: Springer; 2015.
  • Maslach C, Leiter MP. Burnout: The Cost of Caring. Cambridge: Malor Books; 2016.
  • Dezee KJ, Corriere MD, Chronister SM, Durning SJ, Hemann B, Kelly W, Hanson JL, Hemmer PA, Maurer D. What does a good lifestyle mean to you? Perspectives of 4th-year US medical students with military service obligations in 2009. Teach Learn Med. 2012;24(4):292–
  • Santi K. Pengaruh Big Five Personality dengan kejadian burnout pada mahasiswa pendidikan kedokteran. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia. 2020;8(1):64-70.
  • Boron WF, Lembi JL. Medical Physiology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun