Mohon tunggu...
Danendra Alfathadiningrat
Danendra Alfathadiningrat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebiasaan Menyebrang Melalui JPO Mempengaruhi Aspek Sosial

24 Maret 2023   22:35 Diperbarui: 24 Maret 2023   23:03 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas Berpikir Kreatif

Nama : Danendra Alfathadiningrat
Kelas : 2C
NIM : 2210184

Aspek Sosial Yang Membentuk Kebiasaan Menyebrang Melalui JPO

Jembatan Penyeberangan Orang atau yang biasa disingkat JPO adalah sebuah fasilitas yang digunakan para pejalan kaki umumnya untuk menyebrang jalan melalui lajur atas sehingga tidak perlu menyebrang melewati keramaian lalu lintas kendaraan, dan biasa nya hadir nya Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ini ada pada ruas-ruas yang ramai dan dipadati oleh kendaraan yang rata-rata berkecepatan tinggi.

Di luar negeri Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah di seluruh penjuru negeri nya, bahkan sampai ke pelosok dan pinggiran kota kecil pun ada dan memiliki infrastruktur Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Terlebih lagi hal yang menarik adalah bahwa disana seluruh masyarakat nya sudah terbiasa dan disana sudah menjadi budaya atau kebiasaan bagi seluruh masyarakat nya baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Pada ibukota negara kita tercinta Indonesia sendiri yaitu Jakarta, fasilitas seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sudah menjadi hal yang lumrah dan sangat-sangat banyak keberadaannya, hampir di setiap titik jalan dapat ditemui. Selain itu, di Jakarta juga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) banyak sekali yang didesain menyatu dengan halte busway, karena tinggi nya pengguna busway di Jakarta membuat fasilitas satu ini menjadi sangat penting untuk menaikkan dan menurunkan penumpang serta memberi akses jalan yang mudah bagi masyarakat.

Bahkan di sebagian Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Indonesia khusus nya di ibukota negara kita tercinta Indonesia, sudah banyak sekali bangunan infrastruktur Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan di ibukota Jakarta juga desain desain dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ini sangat menarik. Saking menarik nya desain dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di ibukota Jakarta hingga dapat disandingkan dengan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di luar negeri.

Selain itu, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di ibukota Jakarta juga dapat memicu masyarakat untuk menaiki nya, karena selain desain yang terkandung di dalamnya disini juga sangat instagrammable, dan hal ini lah yang membentuk aspek sosial lain dimana setiap orang yang datang merubah niat nya menjadi ingin foto ketimbang ingin menyebrang. Alih fungsi tanpa sengaja ini juga bukan hal yang buruk karena tidak memicu kepadatan namun memicu banyak nya pengguna dan menarik banyak penyebrang jalan agar lebih memahami kultur atau kebiasaan menyebrang jalan menggunakan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di ibukota negara kita tercinta Jakarta juga sangat memicu aspek sosial lain yaitu ekonomi, ekonomi merupakan salah satu aspek yang meliputi aspek sosial. Disini dapat kita lihat bahwa banyak dari pedagang atau pun UMKM yang mengalami dampak positif setelah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jakarta ramai dikunjungi dan viral di media sosial. 

Oleh karena nya jumlah pengunjung atau pun pembeli bertambah, hal ini sangat menguntungkan dan membantu UMKM untuk berkembang lebih baik dan dampak positif lain nya akan memajukan perekonomian bangsa yang nanti nya akan meningkatkan status sosial penduduk warga negara Indonesia. Dari sini dapat diketahui bahwa efek jangka panjang yang dapat dihasilkan melalui kebiasaan menaiki  dan menyebrang melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) memiliki dampak yang jauh dan visioner.

Namun, beda hal nya dengan kota tempat saya tinggal saat ini yaitu Kota Bandung. Disini Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sangat jarang, sekali pun ada kualitas nya belum bisa dibilang baik dan kebersihan nya tidak terawat, bahkan tak sedikit yang sudah tidak berfungsi atau terbengkalai. Hal itu merupakan salah satu alasan mengapa warga Kota Bandung enggan menyebrang melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) karena infrastruktur yang sudah rusak, usang, kotor dan tidak terawat.

Saya cukup yakin bahwa banyak warga sekitar sana yang mengeluhkan hal ini, mengeluhkan mengenai kurangnya Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sana, namun entah apakah keluhan tersebut sampai dan didengar, sekira nya sudah sampai dan didengar pun apa tindakan selanjutnya, saya rasa tidak ada hingga saat ini, dan disini lah kekesalan dan kekecewaan saya timbul.

Sebagai masyarakat biasa saya tidak hanya ingin mengkritik, namun saya juga ingin menawarkan solusi setidaknya ide, oleh karena itu berikut ide yang akan saya sampaikan mengenai keluhan kurang nya Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sekitar Jalan Soekarno Hatta.

Karena disisi lain terdapat faktor berikutnya yang menjadi alasan mengapa warga Kota Bandung enggan menyebrang melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), hal itu dikarenakan salah satu bentuk aspek sosial yang belum terbentuk, yaitu pola hidup sumber daya manusia nya atau yang sering kita sebut dengan kebiasaan. Nah kebiasaan ini juga yang menurut saya menjadi hal yang sangat sangat penting untuk dibahas dan dibenahi oleh para pemerintah atau pejabat negara.

Mengapa kebiasaan menjadi penting, karena dengan adanya kebiasaan yang terbentuk maka warga Kota Bandung akan terbiasa menyebrang melalui Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan dengan sendiri nya mereka akan melalui jalan tersebut karena mempertimbangkan faktor keselamatan dibandingkan faktor kecepatan.

Satu daerah yang menjadi pusat perhatian saya adalah daerah Soekarno Hatta, dimana jalan besar dengan lajur cepat sepanjang kurang lebih 10 Km ini setau saya hanya ada satu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), yaitu di depan Superindo Margahayu / Metro. Dengan banyaknya daerah yang mencakup sekitar Jalan Soekarno Hatta ini seperti Margahayu, Gede Bage, Cisaranten, Riung Bandung, Cibiru, Buah Batu, Ciwastra dan masih banyak lagi.

Dapat dipastikan warga setempat atau penduduk daerah sana memiliki jumlah populasi yang banyak, dan dengan minimnya jumlah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) akan membuat warga merasa malas karena untuk menuju ke satu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) saja harus menempuh jarak yang cukup jauh sekitar ratusan meter atau bahkan beberapa kilo meter.

Oleh karena itu setelah terlaksana nya program pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ini, saya harap pemerintah Kota Bandung dan para pejabat negara lain nya memperhatikan dan membenahi hal ini, dikarenakan kebiasaan masih belum terbentuk dari masyarakat setempat. 

Beda hal nya dengan di ibukota negara kita tercinta Indonesia yaitu Jakarta, disana mereka sudah terbiasa dengan adanya Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) karena di ibukota sana infrastruktur seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ini sudah menjadi hal yang lumrah dan sudah ada sejak dari lama, dan oleh karena itu juga kebiasaan warga ibukota di Jakarta ini sudah terbentuk sejak lama.

Disini tantangan tersulit adalah bagaimana cara kita melawan dan menanggulangi pemikiran pemikiran masyarakat yang malas dan bebal, bagaimana cara kita memberitahu mereka bahwa jika sudah ada Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) maka mereka harus menaiki itu ketimbang menyeberang melalui jalan raya dan harus melintasi melewati keramaian banyak nya lalu lalang kendaraan bermotor yang melaju dengan cepat.

Memang pada bagian ini adalah menciptakan kebiasaan baru atau mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru adalah hal yang paling sulit dan disini menjadi tantangan bagi kami semua. Oleh karena itu harus dan dibutuhkan bantuan dari segala pihak agar program ini dapat terlaksana dengan baik. Saya juga sangat berharap bahwa tidak hanya dari orang atau warga setempat yang baru akan menjalani program melainkan warga yang mungkin sudah pernah tinggal di ibukota Jakarta atau warga yang sudah terbiasa menaiki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ini dapat menjadi dan memberikan contoh pada masyarakat dan warga lainnya.

Setelah memberikan contoh nanti nya mereka akan terbiasa melihat apa yang sering dilakukan oleh para pendahulu nya, mereka akan disuguhkan dengan pemandangan sebagian orang dan warga yang sudah terbiasa menaiki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Mereka akan disuguhkan melihat orang berlalu lalang melewati Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), menaiki tangga-tangga yang biasa kerap mereka keluhkan karena malas.
Setelah kebiasaan melihat mereka tercipta, maka langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi. Hal ini sangat penting dan tidak bisa dianggap remeh. 

Para Pemerintah Kota Bandung dan pejabat negara lainnya harus melakukan sosialisasi khususnya ditujukan kepada masyarakat yang mohon maaf dalam tanda kutip tidak terdidik dan kurang pengetahuan akan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Disini lah tugas mereka mengenalkan kepada warga sekitar dan masyarakat setempat apa itu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

Setelah dikenalkan apa itu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) mereka nanti nya akan diberi pemahaman dan pematerian mengenai segala hal yang berkaitan dengan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Kemudian setelah pemaparan terhadap warga sekitar dan masyarakat setempat sangat diharapkan bahwa ilmu dan pengetahuan mengenai Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) masuk dan dapat dipahami seluruh warga setempat dan masyarakat sekitar.

Tahapan selanjutnya adalah membuat semacam peraturan dengan pemerintah setempat agar masyarakat sekitar dan warga setempat tidak berani melanggar peraturan sehingga mereka akan mematuhi peraturan dengan menaiki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) setiap kali mereka ingin menyebrang ke seberang jalan. Dari sini lah akan semakin terbentuk pola pikir dan kebiasaan para warga setempat dan masyarakat sekitar.
Publikasi juga akan menjadi sebuah tahapan yang sangat penting. 

Melalui banyak iklan iklan yang dipasang di baliho dan papan, atau mungkin juga di tv screen yang besar di bahu bahu jalan besar khususnya di sepanjang Jalan Soekarno Hatta maka masyarakat akan makin semakin terbiasa mendengar hal hal seputar Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Dari sini lah awal perkembangan dan kemajuan masyarakat di Kota Bandung yang akan mulai terbiasa menaiki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

Langkah selanjutnya adalah mulai membiasakan diri, dan disini lah langkah yang paling memakan waktu dimana kita harus membiasakan diri, dan perlahan sedikit demi sedikit kebiasaan akan mulai terbentuk dan terbangun sehingga para warga setempat dan masyarakat sekitar akan terbiasa, bahkan dampak terbaiknya mungkin akan berdampak bagi seluruh warga Kota Bandung. 

Disini lah akan terbentuk culture dan kebiasaan baik yang baru.
Jika sudah terbentuk kebiasaan ini, maka perubahan akan terjadi dan lambat laun kita tidak akan melihat lagi penyebrang jalan yang tidak menaiki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), disaat semua sudah mematuhi peraturan dan memaksimalkan fasilitas, semua akan senang dan bahagia untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun