HISTORY KOTA SURABAYA
Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapaca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir). Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Nama rabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lmbu Sora.
Era prakolonial Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya. Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Keresidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.
KEBUDAYAAN KOTA SURABAYA
Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, memiliki budaya unik yang mencerminkan sejarah panjang dan keberagaman masyarakatnya. Kota yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan ini tidak hanya terkenal karena peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang khas dan beraneka ragam. Berikut adalah beberapa budaya unik khas Surabaya yang patut diketahui:
- Tarian Remo
- Tarian Remo adalah salah satu tarian tradisional khas Surabaya yang biasanya ditampilkan dalam pertunjukan Ludruk. Tarian ini memiliki gerakan yang dinamis dan penuh semangat, mencerminkan keberanian dan ketangguhan masyarakat Surabaya. Tarian Remo sering kali digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dalam berbagai acara resmi.
- Ludruk
- Ludruk adalah seni teater tradisional Jawa Timur yang populer di Surabaya. Pertunjukan ini menampilkan lakon kehidupan sehari-hari masyarakat dengan sentuhan humor dan kritik sosial. Ludruk sering kali diiringi dengan musik gamelan dan menampilkan tarian Remo sebagai pembuka. Tema-tema yang diangkat biasanya terkait dengan perjuangan hidup dan nilai-nilai moral masyarakat.
- Tradisi Larung Sesaji
- Larung Sesaji adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Surabaya untuk menghormati laut dan memohon keselamatan serta rezeki. Upacara ini biasanya dilakukan dengan menghanyutkan berbagai sesaji ke laut, seperti makanan, bunga, dan barang-barang lainnya. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan penghormatan masyarakat terhadap alam. Namun saat ini, masyarakat setempat melakukan kegiatan alternatif larung sesaji dalam bentuk membaca lantunan shalawat burdah di perairan selat madura.
TRADISI KEAGAMAAN
Keanekaragaman suku dan etnis budaya di Indonesia ternyata juga berdampak pada diversifikasi tradisi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak terkecuali di kota metropolitan seperti Surabaya yang ternyata masih memiliki sejumlah tradisi di tengah-tengah gempuran perkembangan zaman. Tradisi Surabaya yang tergolong unik ini bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung dan ingin menyaksikan. Berikut ini tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kota Pahlawan tersebut!
- sedekah bumi
- Bukan hanya di Jawa Tengah, sedekah bumi juga menjadi tradisi yang masih banyak dilakukan di Jawa Timur. Di Surabaya, sedekah bumi biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Sambikerep. Ini merupakan wujud dari rasa syukur atas hasil bumi atau panen yang melimpah. Melalui tradisi sedekah bumi, masyarakat berharap diberi rezeki yang lebih melimpah serta dijauhkan dari mara bahaya. Dalam tradisi sedekah bumi, masyarakat akan membuat tumpeng yang diisi dengan berbagai hasil bumi seperti buah dan sayur. Tumpeng ini kemudian diperebutkan oleh semua orang yang hadir.
- Pitonan
- Pitonan adalah sebuah upacara selametan yang diadakan oleh warga Kota Surabaya untuk memperingati ulang tahun tujuh bulan anak mereka yang baru lahir. Selain sebagai ungkapan syukur atas kelahiran sang anak yang telah mencapai usia tujuh bulan, tradisi Pitonan juga bertujuan untuk memberikan doa-doa akan keselamatan, rejeki, serta kesuksesan masa depan bagi sang anak agar dapat hidup dengan baik dan sejahtera.
- Grebeg suro
- Grebeg Suro adalah salah satu upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Surabaya untuk menyambut tahun baru Jawa, atau biasa disebut dengan Suro, yang jatuh pada bulan Muharram. Dalam upacara ini, ribuan warga berkumpul di sekitar Masjid Agung Surabaya untuk melihat prosesi kirab budaya yang dipimpin oleh petinggi setempat dan diikuti oleh berbagai hiasan, patung, serta atraksi budaya yang menarik.
- Temu Manten Pegon
- Upacara pertemuan calon pengantin laki-laki dan perempuan, yang dikenal sebagai Temu Manten Pegon, merupakan suatu tradisi yang semakin langka di masyarakat karena membutuhkan biaya yang tinggi. Dalam acara Temu Manten Pegon, unsur ritual dan pakaian yang dipakai sangat kental dengan budaya Surabaya. Setelahnya, biasanya diadakan prosesi arak-arakan yang meriah, di mana rombongan memperlihatkan kegembiraan mereka kepada warga sekitar.
Â
Â
GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
Surabaya secara geografis berada pada 0709'00" -- 0721'00" Lintang Selatan dan 11236'- 11254' Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi daratan dengan luas 326,81 km dan lautan seluas 190,39 km. Kota Surabaya berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: Selat madura di Utara, Selat madura di timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, Kabupaten Gresik di Barat.
Secara demografi Menurut data dari Badan Pusat Statistik,jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2021 yang mencapai sekitar 2.880.284 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2021 adalah sekitar 8.612 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2020-2021 adalah 0,28 persen. Kota Surabaya didominasi oleh penduduk yang beragama Islam, yaitu 85,35 persen sedangkan sebesar 14,65 persen adalah penduduk beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu dan lainnya.
Berdasarkan pekerjaan, penduduk Kota Surabaya cenderung tersebar di seluruh jenis pekerjaan. Dari 101 jenis pekerjaan, karyawan swasta merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh penduduk, yakni sebesar 28,14 persen. Posisi kedua ditempati oleh belum/tidak bekerja sebesar 25,22 persen dan di posisi ketiga adalah mengurus rumah tangga sebesar 18,68 persen.
KONDISI POLITIK
Kondisi politik di Kota Surabaya, seperti halnya di kota-kota besar lainnya di Indonesia, mencerminkan dinamika hubungan antara pemerintah daerah, partai politik, dan masyarakat. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai beberapa aspek utama kondisi politik di Surabaya:
1. Kepemimpinan Lokal
- Wali Kota dan Wakil Wali Kota: Surabaya dipimpin oleh wali kota dan wakil wali kota yang dipilih melalui pemilihan langsung. Pemimpin ini berperan dalam mengelola kebijakan publik, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Saat ini, Surabaya menjadi salah satu kota dengan tingkat pembangunan yang relatif maju berkat kebijakan pemimpin sebelumnya yang progresif.
- Surabaya pernah terkenal dengan kepemimpinan Tri Rismaharini (2010-2020), yang membawa reputasi positif dalam tata kelola lingkungan dan urbanisasi. Gaya kepemimpinannya yang proaktif menjadi contoh bagi banyak daerah lain di Indonesia.
2. Dominasi Partai Politik
- Surabaya adalah salah satu basis kuat PDI Perjuangan di Jawa Timur. Hal ini tercermin dari konsistensi kemenangan PDI-P dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan legislatif di tingkat kota.
- Selain PDI-P, partai lain seperti PKB, Gerindra, dan Golkar juga memiliki pengaruh dalam dinamika politik lokal, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
3. Peran DPRD Kota Surabaya
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya memiliki peran penting dalam pengawasan, legislasi, dan anggaran. Komposisi DPRD mencerminkan kekuatan partai-partai politik di kota ini.
- Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara eksekutif (wali kota) dan legislatif (DPRD) di Surabaya relatif harmonis, meskipun sesekali terjadi perbedaan pandangan, terutama dalam penyusunan anggaran atau kebijakan strategis.
4. Isu-isu Politik Lokal
- Pembangunan dan Infrastruktur: Salah satu isu utama dalam politik Surabaya adalah keberlanjutan pembangunan kota, seperti pengelolaan lalu lintas, perumahan, dan ruang publik. Kebijakan seperti pengelolaan sampah dan pembangunan taman kota sering menjadi perdebatan politik.
- Transparansi dan Antikorupsi: Meskipun tidak ada kasus besar yang mencuat dalam beberapa tahun terakhir, isu transparansi anggaran dan tata kelola tetap menjadi perhatian warga.
- Pengaruh Pemilu Nasional: Dinamika politik nasional sering memengaruhi Surabaya, mengingat kota ini adalah pusat ekonomi dan politik di Jawa Timur.
5. Partisipasi Masyarakat
- Warga Surabaya dikenal memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi, baik dalam pemilu maupun dalam proses pengambilan keputusan publik, seperti musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).
- Surabaya juga memiliki banyak komunitas masyarakat sipil yang aktif memperjuangkan isu-isu lingkungan, pendidikan, dan kesehatan.
6. Tantangan Politik
- Urbanisasi dan Kepadatan Penduduk: Dengan populasi yang terus bertambah, tantangan bagi pemimpin lokal adalah menjaga kualitas layanan publik sambil mengatasi masalah kemacetan dan pemukiman kumuh.Politik Identitas: Seperti di banyak kota lain di Indonesia, politik identitas kadang-kadang muncul dalam kampanye pemilu, meskipun tidak terlalu dominan di Surabaya.
Secara keseluruhan, politik di Surabaya mencerminkan perpaduan antara dinamika lokal dan nasional, dengan fokus pada pembangunan kota yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
EKONOMI
Letak Kota Surabaya yang sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan Asia menjadikannya sebagai salah satu hub penting bagi kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Sebagai salah satu pusat perdagangan, Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi wilayah Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di sebagian timur Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Pulau Sulawesi, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Papua. Surabaya dan kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang paling pesat pembangunan ekonominya di Jawa Timur dan salah satu yang paling maju di Indonesia.
Kondisi ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2024 menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup positif dengan fokus pembangunan yang menyeluruh. Berikut adalah beberapa poin penting:
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan
- Surabaya terus memperkuat posisinya sebagai pusat ekonomi di Jawa Timur dengan dominasi sektor jasa yang menyerap 76,13% tenaga kerja, diikuti sektor manufaktur (23,38%). Sektor pertanian hanya mencakup 0,49%, menggarisbawahi peran minimnya dalam struktur ekonomi kota.
- Angka pengangguran di Surabaya berhasil turun ke 4,91% pada Agustus 2024, dibandingkan dengan 6,76% pada tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan pemulihan ekonomi dan peningkatan partisipasi angkatan kerja.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
- APBD Surabaya tahun 2024 ditetapkan sebesar Rp10,9 triliun, dengan prioritas pada bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Masing-masing sektor mendapatkan alokasi signifikan, seperti pendidikan dan kesehatan yang masing-masing menerima 21% dari total anggaran.
- Upaya pengentasan kemiskinan juga menjadi fokus, dengan target menurunkan angka kemiskinan di bawah 2% pada tahun 2024, melalui program padat karya dan pemberdayaan masyarakat.
3. Pembangunan Infrastruktur
- Beberapa proyek strategis meliputi pembangunan rumah sakit baru, underpass, dan peningkatan fasilitas di wilayah padat penduduk. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung daya saing ekonomi.
4. Peluang dan Tantangan
- Dengan pertumbuhan partisipasi angkatan kerja yang mencapai 70,49% pada 2024, Surabaya terus mendorong sektor formal sebagai pendorong utama ekonomi, meskipun masih menghadapi tantangan dari segmen tenaga kerja informal yang mendominasi sekitar 38% populasi kerja.
Kombinasi kebijakan anggaran, proyek infrastruktur strategis, dan reformasi sosial-ekonomi menunjukkan bahwa Surabaya memiliki landasan yang kuat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonominya pada 2024. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan percepatan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum akhir tahun 2024. Percepatan peningkatan PAD ini dilakukan karena belum maksimal 100 persen.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan, capaian PAD Kota Surabaya saat ini baru sekitar 80 persen lebih. Maka dari itu, dalam waktu satu bulan mendatang, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan percepatan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya pada tahun 2023 adalah sebesar Rp5,77 triliun.
KONDISI SOSIAL
Pemerintah Kota Surabaya akan memfokuskan kinerja tahun 2024 untuk mengurangi angka kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Kota Surabaya pada Maret 2024 adalah sebesar Rp 742.678 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2023, Garis Kemiskinan bertambah sebesar Rp 24.308 per kapita per bulan. Garis kemiskinan per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk sejumlah rata- rata anggota rumah tangga miskin dalam memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin. Jumlah rata-rata anggota rumah tangga miskin di Kota Surabaya tahun 2024 adalah 5,66 orang, maka secara rata-rata, garis kemiskinan per rumah tangga pada Maret 2024 untuk Kota Surabaya sebesar Rp 4.203.900 per rumah tangga per bulan.
Kondisi Sosial di Surabaya Tahun 2024
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, terdapat beberapa poin penting mengenai kondisi sosial di kota ini pada tahun 2024:
- Penurunan Kemiskinan: Salah satu pencapaian signifikan adalah penurunan persentase penduduk miskin. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka kemiskinan di Surabaya berhasil ditekan. Ini menunjukkan adanya perbaikan taraf hidup masyarakat.
- Fokus pada Kesejahteraan Warga: Pemerintah Kota Surabaya menaruh perhatian besar pada upaya mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan warganya. Program-program yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan terus digalakkan.
- Perhatian terhadap Anak: Masalah anak jalanan juga menjadi perhatian serius. Pemerintah kota berupaya menangani masalah ini dengan pendekatan yang lebih humanis dan melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga dan masyarakat.
- Transformasi Digital: Kota Surabaya juga tengah berupaya melakukan transformasi digital. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan publik dan mempermudah akses masyarakat terhadap berbagai informasi.
- Kampung Madani dan Kampung Pancasila: Sebagai upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemerintah kota mendorong pembentukan Kampung Madani dan Kampung Pancasila. Kampung-kampung ini diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
- Pendidikan dan Stunting: Prevalensi stunting di Surabaya telah menurun drastis dari 28,9% pada 2021 menjadi hanya 651 kasus pada pertengahan 2023. Hal ini menunjukkan keberhasilan program kesehatan anak dan peningkatan akses gizi.
- Partisipasi Ekonomi: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Surabaya menurun dari 9,79% pada masa pandemi (2020) menjadi 6,76% pada 2023. Hal ini mencerminkan kebangkitan sektor ekonomi dan keberhasilan program penciptaan lapangan kerja.
- Tantangan Sosial: Meski banyak pencapaian, Surabaya masih menghadapi tantangan seperti urbanisasi, yang memengaruhi ketersediaan layanan dasar, serta resistensi warga terhadap program-program bantuan tertentu, seperti kasus warga yang menjual etalase bantuan.
- Pemkot juga fokus menangani kemiskinan ekstrem yang tersisa melalui program berkelanjutan berbasis kerja.
- Pembangunan Lingkungan: Surabaya terus mempromosikan keberlanjutan dengan memperluas ruang hijau dan mendorong partisipasi warga dalam menjaga lingkungan, seperti melalui program "Surabaya Bergerak".
- Kondisi Sosial Dinamis: Kondisi sosial di sebuah kota besar seperti Surabaya bersifat dinamis dan terus berubah. Faktor-faktor seperti perkembangan ekonomi, kebijakan pemerintah, dan dinamika sosial masyarakat dapat mempengaruhi kondisi sosial secara signifikan.
- Peran Serta Masyarakat: Keberhasilan dalam meningkatkan kondisi sosial tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Secara umum, kondisi sosial di Kota Surabaya tahun 2024 menunjukkan perkembangan yang positif. Upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat membuahkan hasil yang cukup signifikan. Namun, tantangan masih tetap ada dan perlu diatasi secara bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H