pendidikan di perguruan tinggi idaman kerap disebut sulit, sehingga banyak siswa-siswi yang menyerah di tengah jalan.
Perguruan tinggi menjadi pembicaraan hangat di kalangan kawula muda, khususnya peserta didik yang duduk di bangku tahun terakhir di sekolahnya. Salah satu topik yang menjadi buah bibir adalah jalur masuk perguruan tinggi negeri yang diminati. Jalur yang harus ditekuni demi kesempatan melanjutkanPTN sendiri memiliki beragam jalur masuk, salah satunya adalah SNBP. Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi atau SNBP adalah salah satu sistem masuk perguruan tinggi tanpa tes, yang didasari dari prestasi akademik dan/atau non akademik dan nilai selama pembelajaran. Meskipun SNBP dapat menyeleksi siswa-siswi dengan pencapaian-pencapain tertinggi, umumnya hal ini bersifat kaku. Untuk menyeleksi ribuan peserta SNBP, perguruan tinggi menggunakan sistem yang melihat nilai selama lima semester di SMA, dimana 50% bobotnya berasal dari rata-rata total semua mata pelajaran dan sisanya dilihat dari rata-rata total dua mata pelajaran pendukung berdasarkan jurusan yang dipilih.
Sebagai contoh, Jennifer memiliki rata-rata total seluruh mata pelajaran senilai 90,12, tetapi memiliki rata-rata Matematika yaitu 92,1 dan 93,4 untuk Fisika. Apabila ia ingin mendaftar SNBP untuk jurusan Ilmu Komputer maka nilai totalnya adalah 91,435. Semisalnya passing grade PTN yang ingin ia tuju adalah 91, maka PTN pun akan mengurut nilainya dari ribuan peserta -- sebagai contoh, terdapat 3000 peminat prodi tersebut dengan daya tampung sebanyak 100. Nilai 91,435 hanya melampaui sedikit passing grade sehingga Jennifer memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk diterima. Peluang Jennifer dapat naik apabila ia mencetak prestasi dan berasal dari sekolah dengan banyak alumni yang berhasil diterima di institusi yang sama, namun kemungkinan besar sistem hanya akan melihatnya sebagai suatu angka dalam sebuah daftar panjang yang tak mempertimbangkan apakah faktor lain, apakah ia tidak fokus dalam pembelajaran demi membantu keuangan keluarga ataupun beragam usaha yang telah dilakukan untuk mempersiapkan studi di suatu prodi. Dalam kasus terbaik, dimana kita menganggap bahwa SNBP mempertimbangkan hal-hal tersebut lewat sistemnya sekarang, tetapi satu poin krusial gagal disadari: karakter peminat.
Karakter peminat dapat menceritakan nilai-nilai yang dipegang seperti empati atau keberanian serta menunjukkan kisah uniknya yang membuatnya cocok untuk suatu jurusan, karakter ini terkadang jauh lebih penting dari pencapaian akademik. Karakter ini dapat membantu peserta didik untuk tak hanya sukses dalam beberapa tahun di perguruan tinggi, namun juga mempersiapkannya untuk dunia kerja. Karakter seperti keingintahuan melalui suatu pengalaman dari SMA, tak hanya membantu seseorang sukses untuk mencapai IPK tinggi, tetapi juga kemungkinan besar mencetak jejak karir yang cemerlang.
Meskipun kita tak tahu secara pasti bagaimana setiap PTN menggunakan sistem SNBP dan seberapa penting prestasi, tetapi suatu media baru perlu untuk menyaring karakter dari peminat. Jangan mudah percaya dan langsung menarik kesimpulan dari artikel ini, tetapi sebagai bukti, lihatlah sistem pendidikan di negara-negara seperti Amerika Serikat. Perguruan tinggi terbaik di dunia sadar bahwa karakter tak kalah penting dan bahkan lebih penting dari nilai, sehingga mereka menyediakan media untuk peserta didik menunjukkannya. Jika Indonesia ingin memajukan dunia pendidikan, maka melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah SNBP dan sadar akan pentingnya karakter dalam pendidikan adalah suatu langkah yang amat penting.
Dalam sejarah perkuliahan Indonesia, nilai, prestasi dan hasil ujian selalu dijadikan tolak ukur utama yang menentukan diterima-tidaknya seseorang ke dalam perguruan tinggi impiannya. Padahal, nilai dan prestasi bukanlah segalanya; kuliah dan dunia kerja juga melirik karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini seringkali dipandang kurang adil, sehingga diperlukan suatu sistem yang mampu menambahkan suatu tolak ukur baru.
Bagi 250 perguruan tinggi ternama di dunia, essay menjadi salah satu syarat utama yang berpengaruh sebesar 25% saat mendaftar; hal ini melampaui aspek nilai dan tugas, juga rekomendasi dan wawancara pribadi. Di balik keputusan besar ini, pastinya terlintas sebuah poin penting yang melandasinya. Walaupun terkesan memberatkan atau bahkan sering diremehkan, esai telah terbukti mampu memperkenalkan para calon mahasiswa kepada pihak universitas secara lebih mendalam lagi.
Ketika membedah dan menelisik lebih jauh terkait topik yang sering ditemui dalam sistem pendaftaran universitas terkemuka dunia, seringkali ditemukan tema-tema seperti, "ceritakanlah pengalamanmu dalam pelayanan masyarakat." atau "jelaskan bagaimana kamu menghadapi kesulitan dalam hidup." Dengan jumlah batas kata yang relatif singkat, para pendaftar diwajibkan tidak hanya untuk memiliki kemampuan penalaran dan kemampuan berpikir kritis yang baik, namun juga kemampuan untuk mampu merepresentasikan dirinya sendiri melalui kata-kata.
Kemampuan menulis sangatlah esensial dalam dunia perkuliahan. Selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswa, pastinya akan terdapat banyak sekali tugas yang melibatkan aktivitas tulis-menulis, dan hal ini kelak akan menjadi penentu apakah seseorang akan lulus atau tidak. Begitupun dalam dunia kerja; perusahaan akan melihat apakah tenaga kerjanya telah mencapai kemampuan literasi yang baik atau tidak, karena hal ini menjadi dasar untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan rekan kerja dan berkontribusi untuk perusahaan. Selain itu, di jenjang yang lebih tinggi nantinya, kemampuan berpikir kritis juga sangatlah dibutuhkan. Dalam esai, kemampuan menulis maupun berpikir kritis seseorang diuji. Dengan mempertimbangkan poin-poin ini, kebutuhan untuk diadakannya seleksi melalui esai akan lebih jelas dan mendesak lagi.
Esai merupakan sebuah gagasan yang menarik, namun apa manfaat langsung yang didapatkan? Menentukan karakter peserta didik membantu universitas mendapatkan mahasiswa yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut seperti inovasi ataupun nilai yang bermanfaat di dunia kerja seperti keuletan. Universitas juga mendapatkan peserta didik yang mau untuk belajar serta dapat aktif di lingkungan non-akademik misalnya lewat BEM ataupun UKM. Meskipun sekarang mahasiswa umumnya aktif, tetapi gagasan ini akan meningkatkan kualitas dan bahkan mendapatkan individu yang dapat menciptakan terobosan baru untuk lingkungan kampus.Â
Di atas segalanya, yang terpenting adalah universitas mendapatkan sekelompok mahasiswa dengan beragam cerita dan latar belakang, yang berhasil untuk menunjukan bahwa dirinya layak untuk masuk ke suatu institusi lewat berbagai cara, tak sepenuhnya dari nilai. Seorang murid kelas 12 yang membantu keluarganya berjualan tidak akan langsung ditolak karena kalah bersaing dengan murid yang didukung oleh bantuan bimbel dan keamanan finansial, melainkan pengalamannya dilihat sebagai suatu kesempatan dan pelajaran yang kelak dapat membantunya jika diterima. Semua pengalaman hidup seseorang ditimbang apabila dapat meningkatkan kualitas dirinya apabila diterima. Mahasiswa yang diterima tak hanya individu yang berhasil meraih suatu angka, tetapi telah melakukan berbagai hal dan melewati kisah yang penuh dengan tantangan untuk sampai ke titik mendaftar ke PTN.