Mohon tunggu...
Dane Ethan
Dane Ethan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Amatir

Ayo Menulis!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kupas Habis Fenomena Bullying

19 Agustus 2020   15:21 Diperbarui: 19 Agustus 2020   15:20 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat orang tua menanyakan mengapa anaknya tidak mau pergi ke sekolah, mungkin ada beberapa jawaban mulai dari malas atau bosan hingga “di-bully di sekolah” dan fenomena ini bukanlah suatu hal yang janggal, di Indonesia sekitar 160 ribu siswa melaporkan, bahwa mereka lebih memilih untuk tinggal di rumah setiap hari dibandingkan pergi ke sekolah untuk menghindari pengganggu atau pelaku bullying.

Masalah bullying atau perundungan telah menjadi masalah serius di banyak sekolah dan hal yang sama pun terjadi di sekolahku. Namun, pernahkah kita berpikir siapa atau apa yang menjadi penyebab seseorang melakukan tindakan bullying? Sebelum itu, sebenarnya apa itu bullying? Bullying atau perundungan adalah perilaku yang ditunjukan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Bullying umumnya juga tidak hanya terjadi sekali, melainkan berpotensi terjadi berulang kali yang dapat membawa berbagai dampak negatif terhadap korbannya.

Kapan bullying terjadi dan apa saja aktivitas yang dapat tergolong didalamnya? Bullying atau perundungan umumnya terjadi saat adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban baik dari segi fisik, sosial, maupun mental. Korban umumnya menerima tiga jenis perundungan  yaitu secara fisik, sosial, dan verbal. Perundungan secara fisik mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korbannya secara jasmani, baik dengan cara memukul atau mendorongnya.

Kedua, perundungan secara sosial mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korbannya dengan menggunakan lingkungan sosial di sekitarnya. Misalnya dengan cara mengajak teman-teman sekelas untuk menghindari dan menertawakan korban. Yang terakhir, perundungan secara verbal lebih mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korban dengan menggunakan kata-kata negatif, seperti mengejek atau memanggil korban dengan nama yang tidak sopan. 

Meskipun sebenarnya terdapat tiga jenis bullying, di lingkungan sekolahku biasanya hanya terjadi dua yaitu verbal dan sosial. Aku sering menyaksikan murid-murid terutama siswa, yang saling memanggil dengan nama yang cukup kasar, misalnya dengan menggunakan nama ayah sembarangan. Meskipun sebenarnya hal ini mungkin dianggap sebagai candaan, terkadang korban bisa merasa tersinggung namun tidak ingin menunjukkannya karena takut di-bully lebih lanjut.

Selain secara verbal, aku juga pernah menyaksikan teman sekelasku yang hampir dimusuhi satu kelas dan juga sering dibully, hal tersebut merupakan salah satu contoh bullying secara sosial.

Setelah mengobservasi fenomena  bullying di lingkungan sekolah, aku menyadari bahwa jawabannya cukup kompleks dan tergantung pada berbagai pihak dan faktor. Bila dilihat dari pihak pelaku, maka tindakan ini dapat terjadi karena pelaku ingin menjadi populer, terlihat kuat dan tegas atau menemukan kegiatan tersebut menyenangkan. Pelaku juga sering menggunakan  kegiatan ini sebagai cara mereka untuk melampiaskan emosi akibat masalah-masalah yang dihadapinya di sekolah maupun di rumah. 

Terkadang penyebabnya juga dapat melibatkan pihak keluarga, dilansir dari BBC, salah satu penyebab umum seseorang melakukan perundungan karena pelaku memiliki masalah keluarga. Bahkan menurut sebuah penelitian pada tahun 2016 menemukan bahwa sepertiga pelaku perundungan tidak pernah berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang tua atau wali mereka. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa lingkungan pertumbuhan anak sangat penting, jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau orang tua dan wali gagal untuk mendidik anak. Maka hal ini dapat berujung membuat anak menjadi seorang pengganggu atau pelaku bullying.

Selain pihak keluarga, lingkungan pergaulan juga terkadang patut disalahkan. Biasanya seorang anak dipengaruhi oleh teman-temannya untuk melakukan tindakan yang belum tentu benar, fenomena ini dikenal dengan sebutan “peer pressure”. Dalam kasus bullying, banyak anak-anak yang melakukannya karena alasan tersebut, mereka ingin disukai atau diterima dalam suatu lingkungan pergaulan dan apabila menolak, mereka berpotensi tinggi untuk menjadi korban selanjutnya.

Di lingkungan sekolahku, hal inilah yang mayoritas menyebabkan bullying, banyak siswa-siswi yang melakukan perundungan karena teman-temannya juga melakukan hal tersebut, secara tidak langsung mereka merasa bahwa hal tersebut normal dan boleh untuk dilakukan. Hal ini bisa berdampak negatif bagi para siswa-siswi karena mereka tidak lagi menggunakan akal sehat mereka, melainkan hanya “ikut-ikutan” temannya, jika hal ini terus berlanjut maka pelaku tidak punya pendirian sendiri, yang sebenarnya sangat berbahaya di dunia pendidikan maupun kerja. Selain itu, apakah ada dampak lain dari bullying?

Pertama, dampak terhadap korban sebenarnya cukup signifikan terutama secara mental, biasanya korban akan memiliki tingkat kesedihan, kecemasan, dan kesepian yang dapat menyebabkan depresi. Korban juga biasanya mengalami perubahan pola makan dan tidur, disertai dengan kehilangan daya tarik terhadap aktivitas-aktivitas yang sebelumnya disukai. Korban juga dapat mengalami masalah kesehatan dan penurunan pencapaian akademik.

Selain itu, jika korban sebelumnya sudah memiliki masalah keluarga, depresi, atau trauma, maka bullying dapat membuat kehidupan korban lebih buruk dan bahkan dapat menaikan resiko bunuh dirinya. Bahkan dalam kasus serius, korban bisa sampai melakukan tindakan kriminal yang cukup serius seperti pembunuhan yang terjadi pada tahun 1999.

Pembunuhan itu dilakukan oleh dua orang siswa SMA di Colorado, AS, mereka mengambil 13 nyawa dan melukai lebih dari 20 orang, sebelum akhirnya mengambil nyawa mereka sendiri. Para pelaku sebelumnya melaporkan bahwa mereka memang sering menjadi korban perundungan. Mungkin hal ini tidak terjadi di lingkungan sekolahku, tetapi ini mengingatkan kita bahwa bullying bukanlah sebuah permainan dan dampaknya bisa menghancurkan kehidupan korban dan lingkungan sekitarnya.

Kita mungkin berpikir bahwa bullying hanya berdampak pada korban, namun kenyataannya berbeda, karena pelaku dan orang-orang yang menyaksikan turut menerima dampaknya secara tidak langsung. Meskipun terlihatnya pelaku sedang diuntungkan dalam bullying, tetapi kenyataan berbicara lain. Menurut laman resmi stopbullying.gov, pelaku perundungan atau bullying sebenarnya berpotensi tinggi untuk menjadi pribadi yang kasar atau abusive terhadap anak dan pasangannya, sering menggunakan narkoba dan alkohol, sering bertengkar dan merusak properti, dan meninggalkan sekolah.

Bystander atau orang-orang yang menyaksikan bullying juga sebenarnya menerima  dampaknya, seperti lebih berpotensi untuk merokok dan menggunakan tobako, mengalami depresi dan kecemasan, serta memutuskan untuk keluar dari sekolah. Jika kita sudah sadar akan dampak-dampak negatif bullying, apa solusinya?

Setelah aku memikirkan masalah ini, maka aku sadar bahwa solusinya tidaklah mudah, karena masalah ini sudah lama mengakar di masyarakat dan telah menjadi suatu penyakit sosial. Namun, bukan berarti tidak ada solusi, jika kita mencoba melihat dari kacamata korban, maka ia dapat melakukan beberapa hal untuk mengatasi masalah ini.

Pertama, korban tidak boleh sampai tunduk atau mengikuti kata-kata pelaku, misalnya saat dikatakan pecundang, ia seharusnya jangan berkecil hati melainkan ia harus ingat akan hal-hal positif mengenai dirinya. Kedua, korban juga dapat mencari teman-teman yang selalu ada dan siap mendukungnya sehingga korban tidak merasa sendirian dalam melawan pelaku.

Ketiga, korban dapat mencoba untuk menghindari pelaku, jika pelaku tidak mendapatkan reaksi yang diinginkan akhirnya ia juga pasti pergi dan tidak tertarik lagi. Keempat, korban harus berbicara tentang masalah ini dengan seseorang baik itu orang tua, teman, guru, maupun konselor, yang penting orang tersebut siap untuk mendengarkan dan membantu korban. 

Tidak hanya korban, keluarga juga harus melakukan sesuatu, mereka harus memastikan bahwa anak mereka mengerti cara berinteraksi dan memahami perasaan orang lain. Keluarga harus membuat anak tumbuh di lingkungan yang harmonis sehingga anak tidak menjadi korban atau pelaku bullying. Jika seorang anak menjadi korban bullying, maka keluarga harus berkomunikasi dengannya agar anak tersebut tidak merasa bahwa ia melawan masalah ini dengan sendirian.

Para guru juga dapat membantu korban dengan berbagai cara, seperti memisahkan korban dan pelakunya, memberitahu orang tua dan guru-guru lain, dan mencoba untuk mendukung korban. Meskipun pelaku melakukan tindakan yang salah, namun guru juga harus mendukungnya dengan cara memberitahu bahwa hal yang dilakukan merupakan suatu tindakan yang salah dan sebaiknya jika ia ingin menggunakan kekuatan dan pengaruhnya, ia harus mencari cara lain. Hal seperti ini yang biasa terjadi di lingkungan sekolahku, dimana guru-guru konselor membantu untuk menyelesaikan masalah antara pelaku dan korban. Namun, untuk mengatasi masalah ini secara efektif, dibutuhkan kooperasi dan tindakan dari berbagai pihak seperti korban, guru, dan orang tua. Tanpa koorperasi, masalah bullying atau perundungan tidak akan pernah selesai dan akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya.

Kesimpulannya adalah bullying atau perundungan adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menyakiti orang lain. Bullying dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu pemikiran atau kesehatan mental, keluarga, dan lingkungan pergaulan sang pelaku. Dampak dari bullying ternyata tidak hanya terhadap korban melainkan juga terhadap pelaku dan orang-orang yang menyaksikan. Agar kita dapat menyelesaikan masalah bullying maka dibutuhkan kerja sama dan tindakan baik dari korban, keluarga, dan guru-guru di sekolah.

Tanpa kerja sama dan tindakan yang konkret maka masalah ini akan berlanjut terus menerus dan merugikan kehidupan banyak siswa. Berikut adalah hasil laporan observasiku, Terima kasih sudah membacanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun