FilsafatÂ
Oleh : Dandy kart
Filsafat sering difitnah sebagai atheis, antagoni, dan anarkis karena suka menyobek selubung-selubung ideologis pelbagai kepentingan duniawi, ternasuk yang tersembunyi dalam pakaian yang alim. Ia tidak sopan. Ia bagaikan anjing yang menggonggong, mengganggu dan menggigit. Filsafat harus demikian karena ia secara hakiki adalah ilmu kritis.
Apa Kerja Filsafat?
Kita tidak boleh mempersempit pandangan tentang filsafat, Bahwa filsafat tertarik pada kritik politik tidak berarti bahwa ia terbatas padanya. Filsafat justru cenderung, dan diharapkan mempertanyakan apa saja secara kritis, jadi seluruh realitas, bukan hanya politik. Upaya untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu membatasi pada tujuan atau bidang tertentu. Dengan demikian, ilmu ilmu khusus tidak mengganggap pertanyaan pertanyaan yang menyangkut manusia keseluruhan sebagai satu kesatuan yang dinamis. Padahal pertanyaan pertanyaan itu terus menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi kehidupannya, seperti : Apa arti dan tujuan hidup saya? Apa yang menjadi kewajiban saya yang mutlak?, tanggung jawab saya sebagai manusia? Dan lain sebagainya. Pertanyaan pertanyaan itu mempunyai kebersamaan bahwa mereka di satu pihak dianggap "tidak ilmiah", artinya, ilmu ilmu khusus tidak mampu untuk menanganinya. Pada hakikatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah kehidupan, justru karena pertanyaan pertanyaan semacam itu begitu penting maka manusia berkepentingan agar pertanyaan pertanyaan itu ditangani secara rasional dan bertanggung jawab. Itulah fungsi filsafat dalam usaha umat manusia untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapinya.
Filsafat Mencari JawabanÂ
Filsafat harus mengkritik jawaban jawaban yang tidak memadai dan filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar. Seperti kata Robert Spaeman "yang baik tidak dapat terletak dalam pernyataan sendiri, melainkan harus dalam jawaban". Itu sudah menjadi pernyataan Platon "dialektika, kebiasaan untuk mempersoalkan segala apa secara kritis". Terutama dilakukan oleh orang muda. Yang harus membedakan jawaban jawaban filsafat adalah mereka harus dapat dipertanggung jawabkan secara rasional atau pada hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, dengan argumen argumen yang objektif, artinya, yang dapat dimengerti secara intersubjektif.
Filsafat sebagai ilmu kritis
Filsafat tak pernah selesai dan tak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sebagai sudah selesai, tidak pernah memotong perbincangan, selalu bersedia, bahkan senang untuk membuka kembali perdebatan, selalu dan secara hakiki bersifat dialektis dalam arti bahwa, setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap putaran tesis-antitesis dan antitesisnya antitesis. Filsafat secara hakiki memerlukan dan menyenangi debat (dan disini terletak perbedaannya dengan ajaran "guru" : filsafat adalah usaha ratio manusia dan karena itu sikap sikap semi religius tidak pada tempat didalamnnya), dan dalam merentangkan diri pada masalah masalah yang paling dasar pun filsafat masih senang bercorak nakal, duniawi, dan sering sinis.
Penutup
Sebagai penutup perkenankan saya ucapkan suatu harapan. Saya mengharapkan bahwa filsafat di Indonesia tidak berhenti pada uraian tipe pengantar, aforisme sana sini (ungkapan mengenai doktrin atau prinsip atau suatu kebenaran yang sudah diterima umum). Saya mengharapkan suatu usaha yang serius dan argumentatif, yang kritis, mendalam dan mendasar ("grundlich"). Ketekadan untuk memahami pikiran filosof besar betapa pun beratnya. Saya mengharapkan kekuatan bernafas panjang dalam keberanian spekulatif karena tanpa filsafat semacam itu peta bumi ilmu pengetahuan di negara kita abu-abu belaka warnanya.