Mohon tunggu...
Dandy Bayu Firdaus
Dandy Bayu Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Historical Story

Mengulas cerita masa lalu di balik terjadinya sejarah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membedah Manifestasi Filosofi Fiksional Karl Max dan Friedrich Nietzche Mengenai Kecanduan Dalam Beragama

26 Juni 2021   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2021   14:24 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdulhakim Ismailov mengibarkan bendera Uni Soviet diatas Reichstag bersama dengan dua rekannya (Dok Aleksey Kovalev & Leonid Gorichev)

Kritik itu dilanjutkan pada Feurbach yang mengandaikan bahwa realitas yang  tidak terbantahkan adalah apa yang dapat dirasa oleh manusia, bukan pikiran yang bersifat spekulatif. Menurutnya, manusia harus bertolak dari satu-satunya realitas yang tak terbantahkan, yakni kepastian yang dapat dirasakan, atau berasal dan berdasar dari panca indera.

Karl Max kemudian mengkritik gagasan Feurbach dengan mengatakan "mengapa manusia lari kepada Tuhan? padahal Tuhan hanya berada dalam alam pikir manusia, bukan realitas panca indera manusia. Dari keterangannya sendiri itulah, kemudian Karl Marx berkesimpulan bahwa larinya manusia kepada Tuhan adalah bentuk dari keterasingan sosial. Keterasingan sosial yang berwujud ketidakadilan, ketidaksejahteraan, dan ketimpangan sosial. 

Singkatnya adalah, Karl Marx menganggap bahwa Tuhan dan agama adalah yang sekunder. Keduanya adalah implikasi dari sebab primer, yakni ketidakmampuan manusia untuk menghadapi realitas sosial yang rusak. Itulah mengapa, Karl Marx menyatakan bahwa agama adalah candu masyarakat, yang telah menjauhkan masyarakat dari perjuangan terhadap ketidakadilan dan tirani yang merajalela. 

Paham dan gagasan Karl Marx ini lah yang kemudian tertuan dalam ideologi Marxisme dan kemudian dapat mudah diterima oleh para pengikutnya. Para pengikut atau penganut ideolog Marxisme menjadi sangat ganas ketika menghadapi persoalan agama, simbol mapun para penganut agama. 

Hal ini termasuk terjadi pada Vladimir Lenin. Lewat perjuangannya bersama kaum Bolshevik yang kemudian melahirkan Uni Soviet, sebagai negara sosialis pertama di dunia yang lahir dari Revolusi Oktober 1917. Dalam aksinya yang sedikit diketahui oleh masyarakat, bahwa Vladimir lenin menindas Gereja Ortodoks dan mematahkan pengaruh Islam dan Buddha pada saat itu. Ideologi tunggal yang dibentuk oleh Vladimir Lenin yakni, Marxisme-Leninisme menjadi tangan besi dan palu godamnya. Hal inilah yang kemudian jika dikatkan dengan sejarah bangsa Indonesia, perjalanan PKI menjadi fakta yang tidak dapat dibantah bahwa mereka merasa jijik dan benci terhadap agama, para ulama dan pengikutnya, pemuka agama lainnya, serta simbol-simbol agama lainnya. 

Kebencian mereka terhadap agama dan Tuhan jelas telah melahirkan sebuah kekacauan. Mereka menomor satukan manusia sebagai realitas indrawi dan menomorduakan Tuhan yang menurut mereka tidak ada.

Tetapi satu hal yang pasti, bagaimana ideologi Marxisme-Leninisme ini berjalan, telah terbukti berhasil menyatukan rasa empati masyarakatnya, sehingga menjadikan masyarakat mereka menjadi loyal tidak karuan terhadap mereka. Bahkan pasukan Red Army yang dimiliki Soviet berisikan prajurit dari berbagai agama yang ada, tetapi mampu loyal dibawah pimpinan panji Soviet. Ada fakta sejarah yang mungkin belum diketahui oleh beberapa orang, bahwa salah satu tentara yang mengibarkan bendera Uni Soviet diatas Reichstag setelah ditaklukkan adalah seorang tentara muslim, bernama Abdulhakim Ismailov

Abdulhakim Ismailov mengibarkan bendera Uni Soviet diatas Reichstag bersama dengan dua rekannya (Dok Aleksey Kovalev & Leonid Gorichev)
Abdulhakim Ismailov mengibarkan bendera Uni Soviet diatas Reichstag bersama dengan dua rekannya (Dok Aleksey Kovalev & Leonid Gorichev)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun