Kabupaten Garut, yang terkenal dari namanya adalah oleh - oleh khas garut yaitu dodol garut dan juga domba garut. Tapi ternyata garut memiliki pesona daya tarik dan keindahan dari danaunya atau situ (bahasa sunda) yang terdapat di kabupaten ini yang dapat menarik wisatawan yang ingin meluangkan waktunya saat berlibur di Kabupaten Garut. Situ Bagendit dan Situ Cangkuang adalah salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Garut yang menarik untuk dikunjungi.
Situ Bagendit adalah sebuah objek wisata yang berupa situ di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Aktivitas wisata yang bisa dilakukan disini adalah menikmati pemandangan situ, menyewa rakit untuk menyelusuri situ, menyewa sepeda air, dan juga terdapat fasilitas bermain anak-anak yang berada di pinggiran danau.
Akses jalan menuju kawasan objek wisata ini cukup bagus dapat dilalui kendaraan roda 4 atau pun bus besar dan juga pengunjung yang menggunakan jasa angkutan umum bisa dengan mudah mengunjungi tempat ini karena tersedia angkutan umum. Masuk ke lokasi terdapat lahan parkir yang cukup luas dan juga terdapat loket masuk, harga tiket masuk Rp. 5,000/orang, Biaya parkir kendaraan roda 4 Rp. 7.000, untuk roda 2 Rp. 5.000, dan bus Rp. 15.000.
Masuk kedalam terdapat banyak kio kios pedangang yang merupakan warga setempat yang menjajakan jualanya mulai dari makanan, dan souvernir. Terdapat juga fasilitas bermain untuk anak-anak seperti kereta-keretaan, kemidi putar yang berada di pinggiran situ.
Mulai menelusuri situ ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan yaitu menyewa rakit bambu untuk mengelilingi situ selama 1 jam di hargai Rp. 50.000 dengan kapasitas maksimal 10 orang dan juga terdapat sepeda air di hargai Rp. 20.000 selama 20 menit dengan kapasitas 2 orang. Menariknya di tengah situ terdapat beberapa warung apung yang di jajakan oleh warga sekitar agar wisatawan yang menelusuri situ dapat beristirahat sejanak dengan membeli makanan atau minuman di warung apung tersebut sambil menikmati suasana di tengah situ dengan sayup-sayup angin berhembus.
Perjalanan untuk mengekspolre situ di garut tidak sampai disini karena hanya sekitar 12km atau mencapai 30menit dengan kendaraan menuju utara terdapat situ yang tidak kalah indah dengan Situ Bagendit yaitu Situ Cangkuang, yang unik di Situ Cangkuang adalah di tengah - tengah situ terdapat daratan yang didalamnya terdapat Candi Cangkuang dan juga pemungkiman adat bernama Kampung Pulo.Â
Ada yang khas di Kampung Pulo, penduduk disini masih kuat memegang tradisi leluhurnya diantaranya adalah penduduk tidak boleh memelihara hewan berkaki empat, tidak boleh menambah bangunan di Kampung Pulo yang jumlahnya ada 6, dan juga masyarakat hanya boleh membangun rumah dengan atap memanjang.
Untuk akses menuju Situ Cangkuang dapat menggunakan kendaraan pribadi atau bagi yang ingin menikmati pengalamaan yang unik bisa menggunakan andong yang banyak terdapat di garut. Parkir di tempat ini cukup luas selain itu terdapat banyak tempat makan, toilet dan mushola juga tersedia. Tarif tiket masuk di Situ Cangkuang di kenakan tarif Rp. 5.000 untuk dewasa dan Rp. 3.000 untuk anak - anak.
Masuk ke lokasi bisa melihat langsung pemandangan Situ Cangkuang yang indah, terdapat banyak rakit bambu yang di parkirkan di pinggiran situ, melihat ke arah seberang terdapat sebuah daratan yang merupakan letak Candi Cangkuang dan Kampung Pulo yang merupakan tujuan utama orang datang kesini, dengan menyewa rakit bambu untuk menyebrang menuju lokasi Candi Cangkuang dengan biaya Rp. 5.000 per wisatawan, atau kalau datang dengan rombongan dapat menyewa dengan biaya Rp. 100.000 dengan maksimal kapasitas 20 orang. Biaya tersebut sudah dihitung antar jemput dan ditunggu selama berkunjung di Candi Cangkuang.
Menuju lokasi candi wisatawan akan disambut oleh pedagang yang menjajakan mulai dari makanan, dan souvernir dengan kios - kios tersusun rapi, sesekali pedagang menawarkan daganganya kepada wisatawan. Lalu terdapat papan petunjuk arah yang menjukan arah lokasi menuju Candi Cangkuang, Kampung Pulo, Makam, toilet.Â
Menuju Kampung Pulo terdapat papan yang bertuliskan larangan masyarakat seperti tidak boleh berziarah pada hari rabu, tidak boleh memukul atau menabuh gong, tidak boleh membuat rumah dengan atap prisma, tidak boleh mengurangi atau menambah jumlah bangunan yang ada 6, dsb.Â
Lanjut menuju Candi, telihat candi peninggalan agama hindu ini yang bentuknya tampak polos dan tanpa relief. Terlihat banyak wisatawan yang berofoto di sekitar candi. Di dekat candi juga terdapat makam yang merupakan Makan Arief Muhammad, yang merupakan salah satu penyebar agama islam di daerah ini. Di sini juga terdapat museum yang berisikan naskah - naskah bukti penyebaran agama islam.
Menarik bukan, menelusuri wisata situ di garut, apalagi dua duanya memiliki jenis wisata yang sangat mirip yaitu dengan menampilkan keindahan situ, sama sama tersedia rakit bambu untuk menelusuri situ, tetapi juga sangat berbeda dari daya tariknya, Situ Bagendit lebih kearah atraksi wisata yang diperuntukan untuk keluarga  bersantai - santai, dan Situ Cangkuang lebih kepada sejarah dan juga sekaligus belajar budaya adat istiadat suatu tempat.
Tempat wisata tersebut cukup ramai saat hari libur, dan mayoritasnya adalah keluarga, ataupun rombongan dengan bus. Dengan adanya kegiatan wisata ini masyarakat sekitar juga terkena dampaknya seperti menjadi penyewa rakit bambu, sepeda air, berjualan, membuka warung, dll. Dengan adanya kesadaran masyakarat bahwa pariwisata membawa keuntungan dan efek yang bagus pada kehidupan sosial dan ekonominya.Â
Tetapi alangkah baiknya untuk mengemas wisata yang sesuai dengan kekhasan daerah tempatnya, seperti menjual souvernir kerajinan tangan sesuai dengan apa yang khas di daerah itu tidak menjual souvernir khas dari daerah lain seperti khas bali kerajinan kerang yang memang tidak hanya ada di tempat wisata ini tapi memang di tempat wisata lain di Indonesia.
Dan juga di Situ Bagendit terdapat fasilitas bermain anak - anak yang terlihat seperti arena bermain di pasar malam, menurut penulis boleh saja menyediakan fasilitas tersebut karena sebagai pendukung sarana atrakasi utamanya, tetapi alangkah baiknya di desain sesuai dengan kekhasan daerahnya apakah bentuk gambarnya, warnanya, ukiranya, ataupun maskotnya.Â
Dan juga saat ada aktivitas menelusuri sungai dan berhenti di beberapa spot terdapat warung apung, warung yg seperti warung pada umumnya menjual jajanan, minuman, makanan. Apabila kegiatan tersebut diganti dengan melihat proses pembuatan makanan khas seperti dodol, dan juga pengenjung dapat langsung mebebelinya dan mencicipinya akan terlihat lebih berkesan.
Tentu saja semua itu juga perlu didukung oleh stakeholder dan juga kesiapan masyarakat sekitar, dengan bagaimana pun juga pariwisata dapat berjalan apabila semua pengampu dapat bersinergi menciptakan citra wisata yang sesuai dengan target dan segmen pariwisatanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H