Mohon tunggu...
Dandy Akbar Irawan
Dandy Akbar Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

* Pembaca yang belajar menjadi Penulis *

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Toleransi dan Sinkretisme: Dua Hal yang Berbeda

7 Desember 2021   06:30 Diperbarui: 7 Desember 2021   06:31 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini sangat sering dijumpai beberapa orang yang mempunyai keyakinan sinkretisme. Lebih konyol lagi bahwa kepercayaan sinkretisme diakui sebagai bentuk toleransi terhadap keberagaman keyakinan yang ada, padahal sejatinya sinkretisme tersebut merupakan keyakinan yang tidak dibenarkan di dalam agama Islam.

Oleh karnanya, admin disini menjelaskan kembali definisi beserta contoh mengenai Toleransi dan Sinkretisme. Sehingga para pembaca khususnya yang beragama Islam dapat memahami bahwa sinkretisme merupakan aliran kepercayaan yang telah menabrak batas toleransi yang sudah ditetapkan dalam syariat Islam. 

Toleransi merupakan sebuah sikap penghormatan dan penghargaan terhadap seseorang yang memiliki perbedaan keyakinan dengan kita tanpa membenarkan dan mengikuti keyakinan yang dimiliki orang tersebut. Sampai sini dapat difahami? Baik, kita lanjut. 

Berbicara mengenai contoh toleransi, Rasulullah saw sudah seringkali mencontohkan dan dapat kita telisik dalam sirahnya. Salah satu kisah toleransi adalah ketika seorang Baduwi mendatangi Rasulullah saw dan menceritakan bahwa terdapat musibah kekeringan dan kelaparan yang menimpa salah satu suku yang baru saja memeluk agama Islam.

Sedangkan pada saat itu stok makanan di Madinah sudah tidak ada lagi dan tidak cukup untuk diberikan kepada satu kabilah. Kemudian seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Su'nah datang kepada Nabi Muhammad saw dan menawarkan hutang kurma. Seketika Nabi pun menyepakatinya dengan harga 80 mistqal emas serta dibayar dalam kurun waktu tertentu.

Tidak hanya Nabi, para sahabat pun juga memberikan teladan toleransi. Sayyidina Abu Bakar as-Shidiq memberikan wejangan kepada tentara Islam bahwa kelak para tentara Islam akan menemui para Rahib yang tengah mendiami tempat pertapaannya. Sayyidina Abu Bakar as-Shidiq memerintahkan para tentara Islam untuk mengajak (para rahib masuk Islam) serta melarang tentara Islam untuk menghancurkan tempat pertapaannya. 

Lihat, bagaimana indahnya teladan toleransi yang diberikan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Dengan melihat contoh-contoh diatas, maka dapat ditarik benang merah bahwa toleransi hanya dapat diterapkan dalam ranah sosial tapi tidak dapat diterapkan dalam ranah teologis atau keyakinan. 

Selanjutnya, sinkretisme merupakan pengumpulan beragam aliran kepercayaan untuk dijadikan satu. Aliran kepercayaan seperti ini sebenarnya sudah lama ada bahkan juga terdapat pada zaman Rasulullah saw. Kala itu al-Aswad bin Muthalib, Umayah bin Khalaf dan Walid bin Mughirah datang kepada Nabi Muhammad saw dan berkata :

" Wahai Muhammad, bagaimana jika engkau menyembah Tuhan kami selama setahun dan begitu juga sebaliknya? " 

Tawaran tersebut secara tegas ditolak oleh Nabi Muhammad saw dan turunlah surat al-Kafirun. Lalu muncul pertanyaan, apakah sikap penolakan yang dilakukan Nabi bukan termasuk intoleransi? Tentu saja tidak! Sebagaimana yang telah jelaskan sebelumnya bahwa toleransi hanya dapat diterapkan pada  ranah sosial tapi tidak pada ranah teologis. 

Contoh lebih vulgar lagi, ketika seseorang mengaku beriman dan beragama tapi membenarkan agama selain yang dipeluknya juga termasuk dalam sinkretisme dan bukan bentuk toleransi. Bagaimana mungkin orang yang mengaku beriman dan beragama tetapi sanggup mengakui kebenaran keimanan dan agama yang orang lain? Mustahil. 

Dengan demikian, maka perlu untuk dibedakan mana toleransi dan mana sinkretisme. Jangan sampai kita yang beragama Muslim memiliki sikap toleransi yang berlebihan sehingga terjerumus pada lingkarangan sinkretisme. Semoga kita semua dihindarkan dari pemikiran dan kepercayaan yang tidak diridhoi oleh Allah swt.

Wallahu a'lam bishowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun