MENERAPKAN AHLAKUL KARIMAH PADA GENERASI-Z
Sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya akan runtuh apabila akhlaknya rusak. Oleh karena itu, tujuan pendidikan akhlak harus diarahkan pada terbentuknya manusia yang berakhlak mulia (al-akhlaq a/-karimah).
Cara yang ditempuh untuk mencapai akhlak mulia tersebut berbeda-beda sehingga jangan sampai seseorang lebih mengedepankan akhlak tercela. Sekarang, banyak sekolah atau lembaga pendidikan lain yang masih berorientasi hanya pada satu aspek kecerdasan, yaitu kognitif atau pada beberapa aspek kecerdasan. Namun, semuanya itu belum mewakili dalam pembentukan  akhlak  mulia.  Apalagi di tengah persaingan, banyak sekolah yang "mengunggulkan" lembaga pen didikannya, alias sebagai sekolah unggulan. Ada yang mengunggulkan sarana dan prasarana, tenaga pendidik, hingga kurikulum.
Ada pula anggapan bahwa keber hasilan sekolah dalam mendidik anak didiknya dilihat dari kuantitas lulusan. Apabila banyak anak didiknya yang lulus dengan nilai yang baik, sekolah tersebut dinyatakan baik atau unggul, bahkan menjadi sekolah favorit. Begitu pula sebaliknya, apabila di sekolah tersebut banyak yang tidak lulus, sekolah tersebut dikatakan tidak unggul. Oleh karena itu, siap-siaplah sekolah tersebut akan kekurangan anak didiknya pada tahun ajaran berikutnya.
Lebih ironisnya, fenomena tersebut diakui oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Dengan jaminan akan lulus, banyak orangtua yang memasukkan anaknya ke sekolah tersebut. Padahal, beIum tentu semua anak didik yang lulus dari segi akademik (kognitif), lulus juga dari segi afektif (akhlak). (Sumber : Kompas Hal. 22, 02 Februari 2018).
Kehadiran agama Islam yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terpenuhinya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk agama bagi berbagai kehidupan manusia terdapat dalam sumber ajarannya, yaitu Al-Qur'an. An dan Hadits tampak sangat ideal dan unggul. Padahal akal adalah alat untuk memahami Al-Qur'an dan Hadits (kutipan1)
Berdasarkan kitab suci Al-Quran, manusia pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia dari sebuah benih, 'alaqah, mudghah, yang kemudian menjelma menjadi tulang belulang kemudian dikemas dalam daging, lalu menjadi makhluk yang paling sempurna yang dikaruniai berbagai kemampuan yang seharusnya manusia mampu bertahan untuk menjaga dan mengamankan semesta. (kutipan2)
Akhlaq adalah prinsip dasar ajaran Islam. Manusia harus mulia dibandingkan dengan ciptaan Allah SWT yang lainnya. Hal ini karena manusia memiliki perasaan dan alasan untuk memilih, mengevaluasi dan membandingkan tindakan baik, buruk dan salah dalam hidup. Kedatangan Rasulullah SAW yang tugas utamanya adalah menyeru manusia kepada taqwa dan akhlak mulia. Islam melihat Rasulullah (SAW) sebagai model bagi seluruh umat manusia, mengajarkan akhlaq yang mulia dalam teori dan praktek.
Islam adalah agama yang memberikan perhatian seimbang pada penerapan ajaran moralnya seiring dengan ajaran tauhid dan syariah. Ajaran akhlak Islam bersifat praktis dan disesuaikan dengan kemampuan manusia untuk menerapkannya di mana saja, kapan saja. Untuk mencapai tujuannya menciptakan manusia yang bertakwa dan bermoral, agama Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah manusia karena separuh dari agama-agama dalam agama-agama tersebut mengajarkan untuk menjalani kehidupan yang bermoral. Misalnya, Nabi SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: "Jadi kamu punya hak, tubuhmu punya hak dan istrimu juga punya hak." (HR Abu Dawud: 2933)
 Masalah pendidikan yang saat ini masih diperdebatkan bahkan dipersoalkan mulai dari pra sekolah hingga Pendidikan tinggi merupakan cara untuk menciptakan kerangka pendidikan yang berkelanjutan sehingga tercapai hasil yang optimal dalam proses pendidikan. Pendidikan yang baik sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan suatu generasi karena Al-Qur'an Islam merupakan pedoman hidup yang selalu relevan dengan setiap generasi yang dihadapinya, berbagai mata pelajaran termasuk pendidikan.
Kemajuan perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap generasi, termasuk Generasi Z yang sudah mengenal kemudahan teknologi sejak lahir. Kemudahan penggunaan teknologi saat ini membuat Generasi Z menjadi pribadi yang sangat terbuka. Keterbukaan generasi ini terhadap cara pandang dan cara berpikir yang berbeda membuat mereka lebih mudah menerima keragaman dan cara pandang yang berbeda.
Sejak dini Pendidikan akhlak harus ditekankan kepada anak didik sedini mungkin untuk dimanifestasikan dalam kehidupan. Tidak hanya secara teoretis, tetapi juga praktis. Bahkan, berhasil atau tidaknya pendidikan akhlak di Iihat dari perbuatan yang dilakukan seseorang atau anak didik dalam kehidupannya.
Berakhlak yang baik harus dilakukan secara vertikal (kepada Allah) dan secara horizontal (kepada makhluk-Nya), kare na dalam bahasa Arab, kata akhlaq itu mengandung segi-segi persamaan dengan kata khaliq (Yang Menciptakan) dan makhluq (yang diciptakan).
Dengan demikian, diharapkan manusia itu berakhlak, baik terhadap Tuhan (Khaliq) maupun terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya (makhluq). Berakhlak baik terhadap Tuhan dengan cara melaksanakan ibadah yang biasa dilakukan oleh setiap umat beragama sesuai dengan agamanya masing-masing. Sedangkan berakhlak baik terhadap makhluk sangat luas cakupannya. Tidak hanya menjaga dan berakhlak baik terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap binatang dan tumbuhan serta alam sekitarnya.
Nilai dari pendidikan akhlak ada lah akhlak itu sendiri karena akhlak merupakan salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam pendidikan Islam. Untuk itu, pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan  agama.  Sebab  yang  baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang di anggap buruk oleh agama. Oleh karena itu, nilai nilai akhlak dan keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
Dengan demikian, seorang Muslim tidak sempurna agamanya bila akhlaknya tidak baik. Para filosof pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab salah satu tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah pembinaan a/-akhlaq a/-karimah.
Untuk itu, pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur pendidikan lainnya. Harus ada perpaduan (integrated) antara pendidik, anak didik, kurikulum, dan penunjang keberhasilan pendidikan akhlak lainnya.
Selain itu, meskipun materi ajar berbeda-beda  sesuai  dengan  bidang ilmunya, materi ajar tersebut harus mengandung nilai-nilai akhlak mulia. Pendidikan akhlak pun menjadi tolok ukur pada diri seseorang dalam menilai tingkat kesempurnaannya. Pendidikan akhlak ini tidak hanya cukup dipelajari sebagai disiplin ilmu, tetapi juga harus sampai kepada tingkat  pemahaman dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembentukan akhlak masing-masing individu (anak didik) merupakan kebutuhan yang sangat mendesak yang harus diberikan sedini mungkin sehingga dengan demikian akan terus terbawa dalam aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial.
Menerapkan ahlak karimah kepada generasi milenial melibatkan pendekatan yang relevan dan sesuai dengan tantangan dan perubahan zaman yang mereka hadapi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan ahlak karimah kepada generasi milenial
Memberikan pemahaman yang baik tentang ahlak karimah: Generasi milenial perlu memahami secara mendalam nilai-nilai ahlak dalam Islam dan bagaimana nilai-nilai tersebut relevan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama yang kuat dan terarah harus menjadi prioritas untuk mengajarkan mereka mengenai etika, moralitas, kesantunan, dan kebaikan hati.
Menggunakan pendekatan yang positif dan inklusif: Generasi milenial cenderung merespons lebih baik terhadap pendekatan yang positif dan inklusif. Oleh karena itu, penting untuk membantu mereka melihat nilai-nilai ahlak sebagai suatu keuntungan dan bagian integral dari kehidupan mereka. Ini bisa dilakukan dengan contoh-contoh nyata, cerita inspiratif, dan pemodelan peran yang baik.
Mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran: Milenial tumbuh dengan teknologi yang terus berkembang, oleh karena itu, penting untuk menggunakan teknologi sebagai alat yang positif dalam mengajarkan ahlak karimah. Misalnya, aplikasi dan platform digital dapat digunakan untuk memberikan pemahaman yang interaktif dan menarik tentang nilai-nilai ahlak, serta memberikan tantangan dan tugas yang membantu memperkuat pemahaman mereka.
Membangun keterlibatan sosial: Generasi milenial cenderung kuat dalam mempengaruhi satu sama lain melalui media sosial dan komunitas online. Oleh karena itu, penting untuk membangun keterlibatan sosial yang positif di antara mereka, yang didasarkan pada nilai-nilai ahlak karimah. Menggalang komunitas yang saling mendukung dan mendorong satu sama lain dalam melakukan kebaikan dapat menjadi langkah yang efektif dalam menerapkan ahlak karimah kepada mereka.
Mendorong kesadaran diri dan refleksi: Penting untuk mendorong generasi milenial untuk secara aktif merenungkan tindakan mereka dan dampaknya pada diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Membangun kesadaran diri yang kuat dan kemampuan refleksi membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam ahlak mereka, serta membuat perubahan positif.
Memfasilitasi akses ke ulama dan mentor: Penting untuk menyediakan akses yang mudah bagi generasi milenial untuk berinteraksi dengan ulama, mentor, dan figur yang berkompeten dalam ahlak karimah. Diskusi kelompok, seminar, lokakarya, dan konseling individual adalah beberapa cara untuk memfasilitasi interaksi ini. Hal ini akan membantu mereka mendapatkan bimbingan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang ahlak karimah.
Penerapan ahlak karimah kepada generasi milenial membutuhkan kesabaran, komunikasi yang efektif, dan pemahaman tentang konteks budaya dan sosial mereka. Dengan pendekatan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, generasi milenial dapat terinspirasi untuk mengadopsi dan menerapkan nilai-nilai ahlak dalam kehidupan sehari-hari mereka.
KESIMPULAN
Untuk menerapkan ahlak karimah kepada generasi milenial, diperlukan pendekatan yang relevan dan sesuai dengan zaman yang mereka hadapi. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi memberikan pemahaman yang baik tentang ahlak karimah, menggunakan pendekatan positif dan inklusif, mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, membangun keterlibatan sosial, mendorong kesadaran diri dan refleksi, serta memfasilitasi akses ke ulama dan mentor.
Penerapan ahlak karimah membutuhkan kesabaran, komunikasi yang efektif, dan pemahaman tentang konteks budaya dan sosial generasi milenial. Dengan pendekatan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, generasi milenial dapat terinspirasi untuk mengadopsi dan menerapkan nilai-nilai ahlak dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H