Mohon tunggu...
Dandy Novrizal Yasin
Dandy Novrizal Yasin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sarjana Sejarah Universitas Negeri Semarang

Penggemar sejarah yang hobi main ke acara budaya pop Jepang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kalau Masih Tidak Peduli Perubahan Iklim, Coba Pikirkan Kalau Durian Makin Langka!

17 Januari 2025   21:56 Diperbarui: 17 Januari 2025   22:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata grup band Wali, dari musim duren hingga musim rambutan tak juga aku dapatkan (Wali – Cari Jodoh). Jangankan jodoh, durian pun sulit didapat karena terganggu untuk bermusim. Menurut kesaksian yang dihimpun dari petani dan perangkat desa, musim durian kali ini akan terganggu. Dikatakan, penyebabnya adalah curah hujan yang berlebihan menggugurkan bunga durian. Ada juga buah yang tidak keluar rasanya, biasa disebut petani sebagai “durian es” karena biasanya diakali menjadi es durian.

“Kalau keseringan hujan, bunganya jatuh.” Ucap Marno dalam Jawa Ngoko bercampur Indonesia saat ditemui Tim UNNES GIAT 10 Nglegok. Ia merupakan petani durian di Dukuh Dali yang dikenal sebagai Kampung Durian.

Hal ini tidak jauh dari obrolan soal perubahan iklim yang kita pelajari semasa sekolah. Masalahnya, perubahan iklim ekstrem bukan lagi pemanasan global, tapi pendidihan global. Naiknya suhu merupakan masalah yang kompleks, dari kebumian, ekonomi, hingga politik.

            Penulis bukan orang sains murni, alih-alih merupakan pelajar FISIP. Namun hubungan pola hujan dan perubahan iklim, sederhananya seperti ini. Melansir dari PreventionWeb, setiap suhu Bumi naik 1°C, maka kelembaban rata-rata daerah yang terkena hujan naik 7%. Sehingga daerah yang musim basah makin basah, yang kering makin kering. Sementara kita sudah naik 1,5°C atau rata-rata kelembaban naik 10%.

            Padahal durian adalah salah satu tanaman yang memiliki kemampuan menyerap karbon yang baik. Dilansir dari laman PPID Dirjen Hortikultura, rajanya buah ini terbukti mampu menyerap 43,22kg. Walaupun masih kalah dibandingkan dengan trembesi, beringin, matoa, dsb (melansir trees4trees, berurutan 28.500kg, 540kg, dan 330kg).

Hal yang mengganggu durian berbuah adalah hujan yang berlebihan, la nina. Hal ini sudah diperingatkan BMKG semenjak September dan terjadi sekitar November dan diramalkan terjadi hingga Maret atau April.

Apabila Duren Sulit

Jika kita iseng membuka laman GoogleMaps, beda dengan desa lainnya yang dipenuhi tempat wisata. Nglegok memiliki lanskap yang berbukit-bukit dan cenderung jauh dari lereng gunung dibandingkan daerah Ngargoyoso yang jadi pusat pariwisata. Menurut Kepala Desa Nglegok, Eko Wahyudi, desa pimpinannya merupakan “desa penyokong [pariwisata]”.

            Andaikan durian masih ada yang berbuah, maka akan ada dua kemungkinan. Jika memang terbukti memiliki rasa yang unggul, durian bisa dijual dengan harga mahal karena kelangkaannya. Namun jika tidak enak, maka dijual murah dengan diskon yang menggulingkan satu nol di belakang.

Namun, pada kenyataannya durian yang terbukti enak di Kampung Durian Dali tidak mengalami kenaikan harga. “Meski [panen] sedikit, harga tetap merakyat,” kata Pak Marno, salah satu petani durian di Dali.

            Ada baiknya pembaca yang suka durian bersiap-siap untuk mendapatkan durian. Nampaknya pula, semakin panas bumi semakin sulit durian. Jika kepedulian terhadap iklim dan kecintaan durian mendorong anda, bisa dimulai dari pencegahan perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun