Terus terang, saat itu lidahku kelu, tidak mampu berkata sepatah pun ketika mendengar kalimat “calon jamaah haji 2024”. Tubuhku bergetar bagai tersengat aliran listrik. Walau tidak terlalu tinggi namun aliran listrik itu cukup mengejutkan, bahkan mampu membuat badan lemas, hingga aku terduduk di lantai teras.
Seakan tidak percaya, kupandangi alamat dan nama yang tertera pada selembar surat itu. Sangat jelas tertulis:
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i
DN dan NESS.
Calon Jamaah Haji 2024
Di
Jl. KDR. Bandung
Benar, alamat dan nama yang tertulis adalah alamat rumah dan namaku serta nama istriku.
“Ya Allah, benarkah ini undangan dariMu….” Gumamku tanpa membaca isi surat.
Hari itu, waktu berjalan seperti biasanya, detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam. Ada yang janggal, sepertinya detak jarum arlojiku bergerak lambat. Bahkan terasa sangat lambat. Matahari pun seperti enggan bergeser ke barat.
“Ayah, sini aku lanjutkan nyuci mobilnya….” Suara anak bungsuku memecah keheningan.
“Okay….” Jawabku sambil meninggalkan garasi. “Ya Allah, benarkah ini undangan dariMu….” Sekali lagi aku bergumam, masih tidak percaya dengan surat itu. “Ya Allah, jika ini memang undangan dariMu, maka mudahkan segala urusanku.” Sangat lirih doaku menggema dalam rongga dada.
Setelah penantian panjang selama 11 tahun, akhirnya undangan itu sampai juga. “Terimakasih Gusti, Engkau masih memberi kesempatan kepadaku”. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H