Anak Di Tengah Gunung Sampah
Menunduk, wajahnya lesu
: Ibu aku ingin sekolah
 Tidak ingin di tengah tumpukan sampah
 Tidak ingin menjadi sampah
Dalam diam, ia menatap bangunan sekolah
: Ibu aku bisa menjadi juara kelas
 Tidak hanya memunguti plastik dan kertas
 Tidak hanya tengadahkan tangan memelas
Wajahnya tegak menghadang, tak boleh asa sirna
: Ayah, bantu aku berdiri dan berlari
 Akan kubawa segenggam api
 Akan kubakar semangat diri
Matanya bercahaya, menatap masa depan
: Ayah, beri aku cangkul
 Aku gali semua mimpi-mimpiku
 Aku tanam harapan-harapanku
Musim telah berulang berganti
Sampah bahkan tambah menggunung
Manusia semakin banyak merubung
Ibu, kini telah pandai aku,
Ayah, lihat telah kekar tubuhku,
Mari ibu, aku naikkan derajatmu
Mari ayah, aku angkat harkat martabatmu
(*)
Baca juga: Di Arafah
Baca juga:Â Surat Tukang Becak Untuk Istrinya Di KampungÂ
Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H