Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah memerintahmu berpuasa di dalamnya. Dalam bulan Ramadhan dibuka segenap pintu surga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebajikan malam itu, berarti diharamkan baginya segala macam kebajikan". (HR. Ahmad, Nasai, Baihaqi dan Abu Hurairah).
Gambaran yang jelas dari Rasulullah SAW tentang  bulan suci Ramadhan yang penuh  keagungan lagi diberkati Allah, suatu keunggulan yang seakan tidak tertandingi oleh bulan-bulan lainnya. Terlebih lagi bahwa di dalam bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang sangat lekat dalam benak kita ialah lailatul qadr, suatu istilah yang tidak terpisahkan dengan Ramadhan yang akan selalu aktual dibicarakan oleh seluruh umat Islam, terutama pada sepertiga bagian, akhir bulan Ramadhan.
Sebenarnya apa sih, lailatul qadr itu ?
Tidak sedikit para ulama menafsirkan al-qadr dari sudut pandang yang bervariasi, yang kesemuanya hampir bisa dikatakan sama-sama sepakat, bahwa istilah al-qadr menyangkut pada persoalan di luar kebiasaan sehari-hari yang sangat hebat. Namun demikian tidak mudah untuk mengetahui hakikatnya, terkecuali dengan petunjuk ilahi.
Benar, bahwa ada sebagian ulama yang berpendapat lailatul qadr itu hanya terjadi sekali saja, yakni pada malam turunnya wahyu pertama Al Qur'an. Pendapat itu dianggap lemah, sebab jika diperhatikan penggunaan bahasanya (tanazzalu al-malaaikatu wa ar-ruh: turun para malaikat dan ruh) menggunakan bentuk kata mudhari' (present tense) yang mengandung arti masa kini dan masa yang akan datang. Â Dengan begitu, lailatul qadr akan hadir secara berkesinambungan, dulu, sekarang, dan yang akan datang, tidak hanya sekali.
Rasanya tidak perlu kita permasalahkan tentang beda pendapat tersebut, sebab kemuliaan lailatul qadr bukan pada kewajiban ibadahnya tetapi pada nilainya. Maka amat keliru bila ada anggapan bahwa dengan menambah kuantitas beribadah serta melaksanakan kewajiban agama, hanya dan hanya, pada malam lailatul qadr akan memperoleh kebaikan selama seribu bulan.Â
Hal itu mustahil. Â Karena kemuliaan dan nilai seribu bulan itu bisa diperoleh sebagai hasil ibadah dan taqorub kepada Allah selama bulan Ramadhan itu sendiri, bahkan sebelum dan sesudah Ramadhan.
Kembali pada makna lailatul qodr, beberapa makna itu diantaranya sebagai berikut:
Pertama, al-qadr artinya "penentuan". Maksudnya ialah "malam penentuan" Allah atas perjalanan hidup makhluk, yang mengantar menuju pada kebahagiaan hidup yang abadi (maa adraaka maa al'aqabah). Itu biasanya berkaitan dengan hari akhir, surga, neraka. Dalam hal ini, al-qadr berarti kriterium untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil, untuk menjadi petunjuk jalan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. al-qadr yang dimaksud ialah Al Qur'an, yang memang diturunkan pada bulan Ramadhan. (QS. Al Baqarah: 185).
Kedua, al-qadr artinya "pengaturan". Maksudnya pada malam turunnya Al Qur'an Allah SWT. telah mengatur khittah atau strategi bagi Nabi-Nya yang sedang berhadapan dengan situasi kemanusiaan yang hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliyah, untuk diajak kepada agama yang benar dan diridhoi Allah: Islam.
Ini berkaitan dengan peristiwa perang Badar, yang oleh para ahli sejarah disebut sebagai perang yang paling survive. Jika waktu itu Nabi SAW kalah, maka agama Islam akan tersendat bahkan akan musnah.
Sungguh suatu mukjizat, bahwa pasukan yang dipimpin oleh Nabi di Madinah yang jumlahnya relatif lebih sedikit bisa memenangkan peperangan melawan orang-orang kafir Mekah yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Ketiga, al-qadr artinya "kemuliaan". Maksudnya kemuliaan seorang makhluk di hadapan kholiqnya karena unsur ketakwaannya. Dengan begitu, kemuliaan seseorang diperoleh sebagai hasil ibadah yang dilandasi pada niat yang ikhlas, dilaksanakan dengan kesabaran, berbekas dalam jiwa dalam bentuk rasa syukur.
Sehingga menghasilkan buah berupa kedamaian, ketenangan, yang berlangsung secara istiqomah, yang kemudian mengubah secara total sikap hidupnya. "Hati yang mencapai kedamaian dan ketenteraman mengantar pemiliknya dari ragu kepada yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai kepada ingat, khianat kepada amanat, ria kepada ikhas, lemah kepada teguh, dan sombong kepada tahu diri". Itulah alam jiwa yang telah mencapai kedamaian dan dapat dijadikan sebagai bukti pertemuan anda dengan lailatul qadr. (Ibnul Qoyyim).
Keempat, al-qadr artinya "sempit". Maksudnya bahwa pada malam itu ruang dunia seolah menjadi sempit, sebab pada malam itu malaikat begitu banyaknya yang turun ke bumi. Â Sudah barang tentu kehadiran malaikat itu tidak hanya sekedar memenuhi ruang bumi dalam dimensi ruang dan waktu (dzohir).
Tapi kehadiran para malaikat itu dipahami sebagai makna keberkahan, sebab mereka berbondong-bondong membawa kebajikan yang akan diperuntukkan bagi manusia yang sedang asyik-masyuk taqarub kepada Allah.
Dengan kehadiran para malaikat itu, akan terjadi transformasi spiritual yang paling serius, suatu kesadaran terhadap pengalaman religius yang mengakibatkan manusia mengalami kelahiran kembali sebagai efek dari kualitas ibadahnya yang intensif dalam bulan Ramadhan.
Di sini, seseorang akan mampu menyaksikan kebenaran yang hakiki dengan amat jelas, dia akan sadar untuk merenung kembali, menengok ke belakang menyaksikan kesalahan-kesalahan masa lalu, kemudian bersungguh-sungguh menghapusnya. Dia pun sanggup meneropong ke depan, dan kemudian bersiap diri untuk mengisi dengan kebajikan-kebajikan.
Itulah sebabnya, banyak ulama yang mengatakan bahwa ukuran memperoleh lailatul qadr bisa dibuktikan dengan memperhatikan sikap dan perilaku seseorang setelah berakhirnya bulan Ramadhan (pasca Ramadhan).
Kelima, al qadr tidak diartikan secara harfiah tapi dalam arti "mistis". Dalam sebuah riwayat, 'Aisyah, istri Nabi SAW, pernah mengatakan bahwa lailatul qadr itu sebetulnya adalah kepribadian Nabi. Dalam referensi, ada tafsir terhadap pribadi Nabi SAW, yang disebut dengan "Nur Muhammad", yang sudah ada sebelum jagad raya ini diciptakan. Oleh 'Aisyah digambarkan bahwa lailatul qadr artinya suatu malam di mana Nabi SAW menampilkan kepribadiannya sebagai "makro kosmos". Allah SWT berfirman, "Kalau tidak karena engkau, Muhammad, Aku tidak menciptakan alam semesta ini"(Hadits Qudsi).
Karena itu pula lailatul qadr selalu dikaitkan dengan penutup surat Al Qadr: Salaam hiya hatta mathla'il fajr, artinya: malam itu penuh dengan kedamaian hingga terbitnya fajar. Â Maksudnya bahwa malam itu membawa suasana damai, dapat menciptakan rasa damai dalam hati, sebagaimana pribadi Nabi SAW yang membawa kedamaian bagi seluruh alam semesta ini. Rahmat bagi seluruh alam semesta.
Terlepas dari apapun betuk pemahaman Anda terhadap lailatul qadr, kita tetap harus ingat akan pesan Nabi SAW, bahwa jika kita bertemu dengan lailatul qadr kita dianjurkan, berdo'a: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbu 'afwa fa'fu'annii"Â (Yaa Allah, Engkaulah Tuhan yang Maha Pemaaf, Engkau menyukai kemaafan, maka maafkanlah akan segala dosaku). Aamiin." (H.R. At Turmudzi, An Nasai dan Ibnu Majah dari 'Aisyah ra.)
Semoga kita semua dapat menggapai lailatul qadr secara optimal, sesuai dengan kemampuan dan persiapan diri, baik secara lahir maupun bathin. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H