Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mumpung Masih Ada Kesempatan

11 April 2023   16:30 Diperbarui: 11 April 2023   16:30 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perputaran waktu tidak akan pernah dapat diberhentikan kecuali oleh kematian. Kematian sendiri merupakan keniscayaan yang tidak akan pernah dapat dihindari oleh semua makhluk yang bernyawa. Kullu nafsin dzaaiqotul maut.

Kini perputaran waktu bergeser hingga tiba pada waktu akhir bulan mulia, Ramadhan. Namun tidak banyak orang yang menyadari, jika sebenarnya Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Artinya kesempatan memperoleh banyak keberkahan akan berkurang satu Ramadhan.

Segalanya adalah fana, tidak akan pernah ada yang kekal, juga kesempatan hidup. Semuanya memiliki siklus sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin bakal bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Semua datang dari Allah dan semua akan kembali kepada Allah. Inna lillaahi wa inna ilaihi raji'un. Hamba Allah di muka bumi ini bermacam karakter, dan yang paling mulia di hadapan Allah SWT ialah yang paling bertakwa.

Ketika manusia lahir ke dunia ini, memang tidak ada pilihan. Tapi ketika harus menjalani kehidupan dengan beraneka profesi masing-masing, terbentang dua jalan yang bisa dipilih untuk dilalui, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan, jalan terbimbing menjadi orang mukmin atau jalan yang sesat menjadi orang kafir. Semua telah difirmankan Allah SWT., "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kesesatan)" (QS. Al Balad: 10).

Kebebasan menentukan pilihan ada di tangan manusia. Siapa yang memilih jalan kebajikan, dia akan selamat, dan siapa yang memilih jalan kesesatan, dia akan celaka. Semua pilihan itu akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Maha Pencipta, yang menjadikan mati dan hidup. (QS. Al-Mulk:2). Meskipun tak sedikit manusia menyia-nyiakannya. Hidup sekadar hidup, mati pun kehilangan arti. Begitulah manusia, tidak pernah memahami bahwa hidup di dunia hanya bersifat sementara.

Allah SWT. menginformasikan bahwa kehidupan duniawi itu mata' al-ghurur. Sering jadi lahan permainan dan tipu-daya, disebut pula sebagai laibun wa lahwun, permainan dan senda gurau belaka, kendati sejatinya dunia itu juga majra al-akhirat, ladang menuju akhirat yang abadi (QS. Al-An'am:32). Sekali lengah, semuanya bisa berubah menjadi debu yang beterbangan. Siapa yang waspada dan berhati-hati, insya Allah hidup akan mempunyai arti.

Memang kehidupan di alam dunia penuh dengan rayuan dan godaan. Manusia menyangka bahwa dengan harta banyak, kedudukan yang terhormat, menikahi banyak wanita, bergemerincing perhiasan di sekujur badan, seolah dengan itu semua hidup akan menjadi bahagia. Perlu disadari dan dipahami, bahwa kesenangan hidup duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Demikian pula kehidupan di dunia itu hanyalah sebagai perantara menuju kehidupan yang sesungguhnya yang lebih baik dan lebih panjang.

Pada Ramadhan kali ini, setidaknya menunjukkan betapa kasih-sayangnya Allah SWT kepada kita. Sampai saat ini kita masih diberi kesempatan bertemu dengan bulan yang penuh berkah, untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, mencari ridha Allah SWT. Tidak lupa, kita juga masih diberi kesempatan umur untuk menikmati sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, kita masih diberi kesempatan untuk memperoleh Lailatul Qadr.

Oleh karena itu, kesempatan yang masih tersisa ini, setidaknya bisa dimanfaatkan untuk introspeksi. Pertama, bisa dimanfaatkan untuk menengok ke belakang, napak tilas perjalanan hidup yang sudah dilalui sebagai sejarah hidup yang rinci tanpa manipulasi. "Apa dan bagaimana tulisan amal kehidupan yang telah kita buat."

Itulah kelak yang akan berbicara serta menjadi saksi di hadapan pengadilan Allah Yang Maha Adil. "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan."  (QS. Al Ahqaaf: 19).

Kedua, dapat dimanfaatkan untuk memandang ke depan dengan lebih bijak dan berhati-hati dalam beramal serta menjalani hidup dengan optimis. Satu pernyataan yang ada ialah "Kita harus dapat memanfaatkan kesempatan yang tersisa untuk memperbaiki diri."

Kita harus yakin bahwa jika kita berniat untuk memperbaiki diri, maka Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahan kita, "Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  (QS. Az Zumar: 53)53. 

Kemudian yang ketiga, sebagai orang yang beriman harus yakin bahwa pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan itu ada satu malam yang sangat istimewa, yaitu Lailatul Qadr. Untuk itu, selayaknya dapat disikapi secara bijak. Jangan sampai kita hanya mengejar memperoleh Lailatul Qadar, sementara melupakan target utama melaksanakan ibadah shaum wajib di Bulan Ramadhan, yaitu agar menjadi orang yang bertakwa.

Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183). Begitu jelas firmaNya target melaksanakan ibadah shaum Ramadhan adalah agar menjadi orang yang bertakwa.

Oleh karena itu, kita jadikan kesempatan yang ada kali ini sebagai momen peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan. Momen untuk bermuhasabah dengan cara bertafakur dan bertadzakur.

Bertafakur untuk memfungsikan pikir demi mencapai pemahaman akan hakikat hidup yang sebenarnya hidup. Bukan hidup sekedar hidup, sebagai gumpalan jasad dan sosok tubuh sempurna tapi mati-rasa, mati-pikir, dan mati-nurani. Menjadi manusia-manusia al-basar, makhluk jasadiyah belaka, tidak sebagai al-insan, hamba Allah yang mulia dan berperadaban agung.

Lantas kita juga perlu melakukan tadzakur untuk mengenal Dzat Yang Maha Hidup, untuk menumbuhkan roja' dan khauf demi memperoleh ridhaNya, demi taqarub kepada-Nya. Demi mencapai totalitas penghambaan dan perjumpaan dengan-Nya di hari akhirat nan abadi.

Kita tidak perlu menghitung kembali kebaikan yang telah kita lakukan, agar kita tidak menjadi manusia yang selalu berpamrih, tapi kita perlu menghitung kembali keburukan dan kesalahan yang pernah kita lakukan: Sudah berapa banyak perintah Allah dan rasul-Nya kita langgar dan kita abaikan? Sudah berapa kali kewajiban kepada Allah dan Rasul-Nya kita khianati? Sudah sejauh mana kita lari menjauh dari rahmat dan ridla Allah ?

Kita sungguh tidak berharap untuk menjadi manusia yang raganya hidup, tapi hatinya mati. Kita pun tidak ingin menjadi mayat hidup, yang berlenggang dengan gemulai namun rasa, pikir, dan nuraninya mati.

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (QS. Al-'Araf/7: 179).

Memang, tidak mudah menjalani siklus hidup yang penuh makna dan kemuliaan, sebagaimana kehidupan para penerus risalah Nabi yang utama itu. Tidak mudah, bukan berarti tidak dapat dilakukan. Kemuliaan dan kesempurnaan hidup adalah mutiara bagi siapa pun yang ingin meraihnya, kendati semua hal di dunia ini selalu terkena hukum nisbi dan tak sepenuhnya ideal. Satu hal yang jelas, jangan biarkan siklus hidup kehilangan makna dan keutamaan. Apalagi mati-suri, hidup namun hampa. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun