Mohon tunggu...
dandot alkomsu
dandot alkomsu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisi = Musisi

9 Mei 2010   07:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu banyak orang mengatakan politik itu kotor.Kemudian ada sebutan yang agak sedikit halus dengan mengatakan politik itu wilayah abu-abu. Maksudnya ya tidak putih juga tidak hitam.Jadi ya terkadang baik ya bisa juga jelek.Lho…kok begitu? Lha iya. Kalau menguntungkan bagi kepentingan mereka yang baik bisa jadi jelek, atau sebaliknya.Karena kebenaran bagi mereka adalah kepentingan, kekuasaan juga barangkali uang.Jadi bukan kebenaran yang hakiki.

Jika demikian maka politik bukanlah tempat untuk mencari kebenaran, tapi pembenaran.Apa perbedaan keduanya?Kebenaran adalah sesuatu yang mutlak dan itu hukumnya pasti. Tidak terpengaruh dengan siapa dan berapapun yang mengatakan..Jika memang benar ya benar, jika salah ya tetap salah.Kalau pembenaran bukanlah kebenaran yang sebenarnya. Karena banyak kepentingan di dalamnya.Ini bisa dipengaruhi siapa dan berapa banyak orang yang mengatakan.Jadi jangan heran, sebaik apapun orangnya termasuk Boediono dan Sri Mulyani bisa saja jadi pesakitan di hadapan politisi.

Jika ada yang berpendapat bahwa dua diantara tiga hakim akan masuk neraka, mungkin ini juga berlaku bagi para politisi.Tapi yang saya tidak habis pikir, kenapa banyak tokoh agama dan kiai yang berebut jadi politisi.Bukankah mereka ini sebenarnya pembawa atau penyiar kebenaran yang hakiki?

Pada perkembangan berikutnya politik ini menurut saya ibarat musik.Dalam satu lagu terkadang terdengar suara yang syahdu, melankolis, terkadang juga melengking tinggi, bahkan sampai memekakkan telinga.Tinggi rendahnya suara disesuaikan dengan nada dasar penyanyinya.Jika nada dasar penyanyinya C maka semua musisi harus menggunakan nada dasar C.Tujuan akhirnya sama yakni menghasilkan musik yang bagus.Soal benar dan salah, baik dan tidak itu menyangkut selera.Suka atau tidak suka itu urusan masing-masing.Rakyat tampaknya juga menikmati irama musik mereka. Ada yang pro ada yang kontro.Sama seperti musik, ada yang suka pop, jazz, rock ataupun dangdut.Maka jangan heran jika Aburizal Bakri yang saat kasus Bank Century kritis terhadap Pemerintahan Sby menjadi Sekber partai koalisi.Apakah ini tepat atau tidak, benar atau salah, itu tergantung dari masing-masing yang menilai. Tapi apapun yang dilakukan mudah-mudahan bisa sedikit memberikan ketentraman bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun