Pendidikan Tinggi merupakan sekolah lanjutan setelah mengenyam pendidikan wajib selama 12 tahun. Pendidikan tinggi merupakan bagian pencetak kader intelektual bangsa. Termasuk bagian dalam membentuk generasi pemimpin bangsa. Oleh karenanya para calon sarjana harus ditanamkan pendidikan karakter serta budaya yang kuat agar menciptakan kader intelektual yang bersih dan jujur.
Pendidikan tinggi akhir-akhir ini telah dinodai oleh banyak nya perilaku yang jauh dari karakter dan budaya bangsa Indonesia. Mulai dari korupsi yang terjadi di rektorat kampus, Pelagianisme yang dilakukan para dosen atau tenaga pengajar sampai guru besar yang terdakwa kasus korupsi.
Para civitas akademika bukanlah orang bodoh apalagi tidak ber-ilmu. Mereka memiliki banyak kemampuan yang bisa membuat Indonesia lebih maju lagi. Negara berhak menaruh harapan bangsa Indonesia kepada mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi. Termasuk menjaga budaya dan karakter bangsa.
Tidak semua lembaga pendidikan tinggi memberikan mata kuliah atau bahan pengajaran mengenai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB). Namun sebagian lagi memuat mata kuliah tersebut. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa harus menjadi bagian dari fundamental para pengenyam pendidikan tinggi. Saat ini negara butuh orang yang memiliki rasa malu dan sungkan, termasuk diantaranya malu jika melakukan korupsi. Sedangkan yang terjadi saat ini adalah banyak koruptor yang bergelar Profesor justru tida memiliki rasa malu untuk melakukan korupsi.
Tidak hanya itu, sebagian dari mereka tidak malu untuk melakukan korupsi secara terang-terangan dan berkelompok. Sedangkan kelompok mereka juga memiliki intelektual yang dapat dipergunakan memajukan bangsa ini. Praktik suap yang terjadi bahkan dimaklumi oleh banyak orang sehingga praktik ini di khawatirkan menjadi budaya yang melekat untuk bangsa Indonesia.
Indonesia telah dikotori oleh para pejabat yang serakah, bangsa ini tidak ingin dikenal sebagai "corrupt country ". Gen Z dan para angkatan kerja Indonesia menginginkan bangsa ini dapat dihormati banyak bangsa. Indonesia juga membutuhkan kesetaraan dalam mengenyam pendidikan, inilah yang diharapkan membuahkan hasil dari para sarjana.
Indonesia terkenal dengan negara yang ramah bagi para pelancong, namun bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang ramah akan tindak kejahatan. Termasuk memakan hak orang lain. Bahkan pejabat negara ini dengan serakah memakan hak bantuan sosial bagi rakyat yang tidak mampu. Mereka sudah dibayar oleh negara dengan gaji yang tidak sedikit, tetapi mereka justru menciderai harapan masyarakat yang tidak mampu.
Disetiap rumpun keilmuan memiliki celah atau potensi tindak kejahatan, maka dari itu PBKB perlu diajarkan di bangku pendidikan tinggi. Bangsa ini tidak mau dilayani oleh pemerintahan yang melakukan praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), bangsa ini juga tidak mau memiliki para penegak hukum yang tidak adil, bangsa ini juga tidak mau melihat pelayan kesehatan yang lebih mengutamakan uang daripada rasa kemanusiaan. Dan banyak perilaku keji yang justru dilakukan para intelektual.
Satu orang baik tidak dapat melawan ratusan orang jahat. Satu orang baik akan di bungkam banyak kelompok yang serakah dan dzolim. Tentu perilaku baik yang mencerminkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang arief dan santun harus tetap dijaga di segala lini.
Kemudian kami sebagai generasi penerus harus juga memiliki prinsip teguh yang terus berada pada perilaku kebaikan yang dapat menolong lebih banyak orang lagi. Sejauh mana tempat yang akan dipijak, hati dan karakter harus mencerminkan hal yang baik sebagai anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H