Perindo sebenarnya bukan partai yang benar-benar baru terjun di dunia politik tanah air. Partai pimpinan Hary Tanoesoedibjo ini memulai debutnya pada pemilihan umum tahun 2019, meskipun partai ini telah dinyatakan sebagai partai politik di tahun 2015 yang lahirnya dimulai dari Organisasi Kemasyarakatan. Meskipun terhitung partai muda, namun kehadiran Perindo sangat di kenal masyarakat. Hal tersebut terjadi karena ketua umum mereka memiliki jaringan bisnis media yang dapat menyiarkan mars partai ini setiap hari.
Hary Tanoesoedibjo juga bukan nama baru sebagai politikus, setidaknya ia pernah menjadi anggota partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Hati Nurani Rakyat (Hanura). Bahkan ketika dengan Hanura, Hary Tanoe dengan Wiranto terlihat sangat mesra untuk bisa nyapres. Namun karena tak kunjung datangnya dukungan dari partai lain, kemesraan itu kandas di tengah jalan. Sebagai konglomerat Indonesia, tentu membuat partai tidaklah sulit bagi Hary Tanoe terutama bisnis yang dimilikinya sangat popular di Indonesia.
Pada periode pertama Jokowi memang Hary Tanoe bagian dari Koalisi Merah Putih (KMP) yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Namun sudah terlihat ketika periode pertama Jokowi-JK berakhir, Perindo mulai terlihat merapat guna mendukung Jokowi kembali pada tahun 2019. Dan benar saja Perindo ikut menggemukkan Koalisi Indonesia maju yang mengusung Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai calonnya. Langkah awal kesuksesan Perindo berada di dalam istana bersama anggota koalisi lain dan mengantar anak sulung Hary Tanoe menjadi Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Selanjutnya Perindo berhasil meminang banyak politikus senior untuk membantu Perindo untuk menuju senayan. Setelah sebelumnya hanya memperoleh 2.67% dan puas posisinya berada di bawah partai terakhir di parlemen yaitu PPP. Artinya partai politik diluar parlemen, partai Perindo menjadi yang terkuat. Ditambah dengan kader-kader senior yang merapat ke Perindo, mulai dari Tuan Guru Bajang, Abdul Khaliq Ahmad, Ahmad Rofiq, dan Yusuf Mansyur. Ditambah wakil-wakil lain yang namanya sudah besar di daerah mereka masing-masing.
Dengan komposisi yang kuat, Perindo perlu mendapat kepercayaan lebih dengan masuk ke dalam koalisi yang kuat pada 2024. Karena Perindo mendapatkan nomor urut 16 tentu perjuangan Perindo harus lebih besar dari pada partai lain. Dengan skema pemilu serentak, maka kertas suara yang digunakan akan sangat besar maka secara teknis para pemilih sulit untuk memilih partai urutan bawah kendati loyalis partai akan tetap memilih sesuai dengan pilihan mereka.
Meskipun ideologi partai berbeda dengan PSI (Partai Solidaritas Indonesia) namun sepertinya sasaran kampanye atau pemilih serupa dengan PSI. Karena Perindo juga memiliki banyak kader muda yang sasaran pemilihnya juga golongan muda. Kendati begitu, Perindo masih memiliki taji di tingkat daerah. Setidaknya Perindo menelurkan 29 anggota DPRD Provinsi se Indonesia yang dapat menyalurkan vokalnya keputusan Perindo di daerah.
Dengan ketua umum mereka yang memiliki kerajaan bisnis media dan banyak kader mereka yang berasal dari pimpinan media senior, maka kurasi masa melalui komunikasi publik turut meningkatkan jumlah pemilih partai Perindo. Walaupun gaya komunikasi publik dan politik berbeda, namun komunikasi publik tetap akan membantu partai dalam berkomunikasi. Keberpihakan Perindo kepada masyarakat kecil seperti yang kita sering temui banyak gerobak pedagang yang mana hasil pemberian Perindo, juga dapat menaikkan citra Perindo.
Semua Turun gunung agar Perindo masuk parlemen, Hary Tanoe dan istri serta anak-anak mereka ikut nyaleg DPR RI. Hary Tanoe sendiri berada di Dapil Banten III, Istrinya berada di dapil Jakarta II, sementara anak-anaknya bertaruh di dapil yang berbeda-beda mulai dari dapil Jakarta III, Jatim I, NTT II, Jabar I, dan Jateng I. Memang tidak ada salahnya satu keluarga nyaleg, karena sebagai warga negara mereka berhak untuk dipilih oleh rakyat. Perindo juga menerapkan target 60 kursi pada pemilu mendatang.
Memang dapil yang dipilih adalah dapil-dapil neraka yang diisi banyak politisi senior, namun karena keluarga mereka sudah lebih dikenal publik maka tidak heran jika Perindo memasukkan banyak nama dari keluarga Hary Tanoe. Namun keberanian keluarga mereka masuk ke dapil neraka harus di apresiasi terlepas dari nama famili mereka. Sebut saja di dapil Banten III yang juga di isi oleh nama senior seperti Wahidin Halim, Sufmi Dasco Ahmad, Mulyanto, Rano Karno, M Rano Al-Fath, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, Andi Achmad Dara, Zulfikar Hamonangan dan Calon lain yang sudah punya nama besar di Banten.
Instruksi kader sampai akar ranting juga perlu digalakan oleh Perindo. Sebab tidak semua dapil dijajaki oleh partai ini, sedangan partai-partai besar lainnya lebih masif melakukan kampanye dibanding Perindo. Termasuk pemasangan alat peraga kampanye pada daerah vital suatu Dapil. Selain itu Perindo juga memiliki banyak kader yang merupakan artis seperti Vicky Prasetyo, Venna Melinda, dan Chef Arnold yang dapat mendompleng suara Perindo. Termasuk pensiunan TNI/Polri yang akhirnya berlabuh di Perindo juga dapat menaikkan citra Perindo untuk masuk parlemen.
Sebagai partai non parlemen, Perindo harus banyak belajar dari partai-partai senior pemenang pemilu termasuk mengadakan pelatihan komunikasi politik untuk para kader nya. Memang langkah berat harus di tempuh Perindo, ditambah mereka punya penantang yang jauh lebih siap. Tetapi bukan tidak mungkin jika Perindo dapat memperoleh 4% suara sebagai pengantar masuk ke parlemen.
Terimakasih banyak kepada seluruh pembaca, Semoga Hal-hal Baik Menyertai Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H