Ditengah menghilangnya Pekerjaan Rumah (PR) siswa sekolah banyak alternatif kegiatan yang dapat menunjang kegiatan siswa sekolah (Pelajar). Kekhawatiran orang tua siswa ketika PR dihapuskan salah satunya adalah anak mereka bermain tak kenal waktu.Â
Peraturan yang melarang para pelajar mendapatkan PR dari guru sekolah menjadi nilai positif peranan orang tua siswa di rumah. Para orang tua dituntut berperan aktif sebagai Support system siswa untuk menggali bakat yang dimiliki anak.Â
Di era sekarang para siswa mungkin tidak dapat lagi diberikan pendidikan yang keras dari para orang tua mereka. Maka apabila anak belajar di rumah secara terpaksa akan mengganggu tumbuh kembang cara berfikir para generasi emas ini.Â
Orang tua harus memahami bagaimana cara anak agar nilai kreatifitas mereka berkembang. Ya, di era digital seperti ini kreatifitas dari para generasi emas sangat dibutuhkan.Â
Pekerjaan atau profesi saat ini tidak hanya lahir dari mereka yang "Cerdas" di sekolah. Tetapi lahir juga dari mereka yang dapat berfikir kreatif. Dunia hari ini jauh berbeda dari zaman para orang tua hidup. Dimana insinyur, dokter, atau pilot menjadi profesi yang menjanjikan.Â
Tetapi saat ini lahan pekerjaan membuka lebar bagi mereka yang kreatif. Seperti dari Game Mobile yang melahirkan banyak pekerjaan, mulai dari Live streamer, Game developer, Youtuber, bahkan atlit E-Sports.Â
Namun apabila para orang tua belum percaya akan dunia game yang dapat mengikuti karir anaknya kedepan, mungkin anak anda punya bakat di dunia musik. Menjadi musisi mungkin lebih dapat diterima secara pemikiran oleh para orang tua karena banyak musisi sukses yang sebaya dengan umur para orang tua siswa. Berbeda dengan para gamers yang lahir dari anak muda, Milenials maupun gen Z.
Para orang tua harus sensitif melihat ketertarikan anak mereka terhadap musik. Musik seperti hal yang tak bisa dipisahkan dari anak muda. Apabila anak anda memiliki ketertarikan lebih dengan musik mungkin sudah saatnya para orang tua menyalurkan bakat si anak ditengah senggangnya aktifitas bilamana PR sudah benar - benar lenyap.Â
Musik dipercaya sebagai motorik yang baik untuk merangsang tingkat kreatifitas. Mulai dari media cara anak mudah menghafal, sebagai bentuk komunikasinya terhadap orang lain, maupun cara pemecahan masalah terhadap ketidak seimbangan yang dirasakan si anak. Mengkursus-kan anak untuk bermusik bukan menjadi hal yang baru. Kursus musik telah lama menjadi bagian aktifitas para pelajar.Â
Terutama kehadiran Purwacaraka music School atau Yamaha Music School telah eksis di banyak kota membuat kursus musik bukan hal yang asing bagi orang tua. Ini mungkin menjadi salah satu kegiatan tambahan di luar sekolah ketika tidak ada lagi PR di sistem belajar siswa.
Selain itu kegiatan belajar musik juga dimiliki beberapa sekolah dengan hadirnya Ekstrakulikuler Band, Paduan suara, Degung atau karawitan ataupun Marching band/Drum Band. Ketika menempuh sekolah menengah penulis juga mengisi kegiatan luar sekolah dengan belajar bermusik.Â
Saat itu saya mengikuti Marching Band. Bermusik juga mengajarkan disiplin, karena para pengajar musik biasanya lahir dari kalangan profesional yang mana jadwal latihannya sudah ditentukan beserta dengan jam dimulainya.Â
Basic music atau warming up dalam bermusik-pun melatih ketangkasan motorik yang dimiliki siswa. Menghafal lagu juga turut serta menjadi bagian untuk melatih kemampuan menghafal para siswa. Tempo atau birama musik dapat melatih rasa terhadap kecocokan suatu irama.
Banyak nilai positif yang dihasilkan dari kursus musik terhadap tumbuh kembang anak. Disaat para orang tua khawatir dengan anaknya yang akan mengisi waktunya dengan bermain atau hanya bermalas-malasan di tengah ketiadaan PR di sistem Pendidikan yang ada.Â
Maka kursus musik menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih para orang tua. Apabila orang tua menginginkan aktifitas anaknya berkaitan dengan profesi, maka bermusik juga melahirkan banyak peluang karirnya.Â
Mulai dari sound engineer, musisi, penulis lagu, EO Musik, Pengusaha dibidang musik, Youtuber musik ataupun karir lain yang memerlukan syarat kepandaian dalam bermusik.Â
Tentu kebutuhan penunjang anak dalam belajar lebih dimiliki oleh para orang tua siswa daripada referensi bacaan yang ada. Maka perlu dikomunikasikan potensi yang ada di diri anak secara langsung.
Terimakasih. Semoga hal-hal baik menyertai para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H