Mohon tunggu...
Dandie Hambaliana
Dandie Hambaliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

lahir ciamis ,jawa barat ,langkaplancar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menunggu Ratu Adil

24 Agustus 2024   08:30 Diperbarui: 25 Agustus 2024   15:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemungutan suara lebih kuat daripada peluru. Kita di sini bertekad bulat bahwa bangsa ini, di bawah Tuhan, akan melahirkan kembali kemerdekaannya; dan bahwa pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat tidak akan musnah dari muka bumi. Kekuatan senjata dapat menaklukkan segala-galanya, tetapi kemenangan tidak akan kekal. Tidak ada orang yang cukup baik memerintah orang lain tanpa persetujuan yang diperintah.

Harus kita sadari bahwa posisi kita pada saat ini sama dengan apa yang dikatakan mantan presiden amerika tersebut, dimana pemerintahan ini tidak dapat bertahan, apabila separuh rakyatnya tetap sebagai budak dan separuhnya lagi sebagai orang bebas.

Mau sampai kapan kita menjadi budak? budak yang berada dalam nama kebebasan, budak yang berada dalam nama demokrasi, tetapi  demokrasi kita sedang bermasalah. Padahal demokrasi merupakan sebuah kebebasan dimana di dalamnya harus ada jaminan bahwa tidak ada satupun kekuatan yang mempunyai peluang untuk bertindak sewenang wenang. Sebagaimana pernyataan ini pernah diungkapkan oleh pemikir islam dan merupakan kader HMI yaitu Ahmad Wahib (1942-1973) sebagai berikut “Demokrasi selain mempunyai arti sikap mental, juga berarti pembinaan suatu sistem sebagai saluran sikap mental untuk mengejawantahkan dan berkembang tumbuh dalam institusi yang bernama negara."

Oleh karena itu, harus ada jaminan bahwa tidak ada satu kekuatan pun yang mempunyai peluang untuk bertindak sewenang-wenang. Jaminan akan tersedia jika dalam percaturan politik negara ada kekuatan kontrol yang berwibawa. Karena itu, demokrasi pun menuntut tercegahnya suatu kegiatan oligarkisme dan suatu perimbangan kekuatan yang timpang harus dicegah. Peranan intelektual harus menjadi kestabilan dengan tidak adanya golongan yang merasa paling kuat dan tidak pernah merasa puas dalam era  modernisasi yang terus berjalan. Maka dari itu, jangan sampai suatu golongan mampu berkuasa secara absolut, harus ada tawar-menawar dalam struktur kekuasaan (politik dan ekonomi). Jangan sampai suatu golongan memegang kedua macam itu sekaligus.

Mungkin penguasa bisa diajak bersikap demokratis, tetapi tegak dan robohnya demokrasi bukan hanya tergantung penguasa melainkan juga tergantung kepada rakyatnya. Moral adalah norma atau cita-cita dan bukan sebuah alat penyelesaian, dia lebih banyak sebagai produk. Oleh Karena itu, pidato-pidato tentang moral sama sekali tidak realistis. Rasa tanggung jawab yang mesti ada pada setiap pemimpin atau orang-orang besar, tidak bisa dicapai hanya dengan niat, tetapi harus dengan latihan-latihan sejak muda. Latihan tersebut dimulai dari hal-hal kecil sampai pada hal-hal yang besar dan ruwet.

Optimalisasi Posisi Oposisi (ke ieu di-bold ku a dandi)
Status oposisi adalah kedudukan dari mereka yang secara politik berlawanan dengan pemerintahan yang ada, yaitu penguasa yang sedang memegang kekuasaan efektif. Tugas oposisi adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dan memberikan koreksi-koreksi yang perlu. Karena itu, oposisi yang sehat adalah penguasa yang merasakan adanya oposisi sebagai kepentingan dan karenanya bersikap saling menghargai. Penguasa yang sehat akan menganggap kaum oposisi sebagai partner, walaupun pada suatu saat bukan mustahil kaum oposisi inilah yang mendepak mereka dari kursi pemerintahan.

 Apa yang dikatakan oleh Wahib itu memang benar sekali, dan harus kita jalankan agar bisa terciptanya sistem yang baik, bukan malah memberikan peluang-peluang bagi orang yang tak bertanggung jawab untuk melakukan kesewenang-wenangan, seharusnya oposisi harus bisa mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dilakukan penguasa pada saat ini, bukan malah terbawa arus dalam membuka peluang kesewenangan , jangan ada rasa takut akan tidak kebagian jatah. Ingat, jika kita memiliki niat yang tulus untuk menciptakan kehidupan yang adil dan penuh dengan kebijakan, jangan pernah merasa takut. Kita harus berdiri tegak karena gagal di dunia, karena gagal di dunia tidak mesti gagal di akhirat, dalam artian kita gagal menciptakan keadilan di dunia tetapi semoga tuhan memberikan pahala atas perjuangan kita di dunia. Ingatlah apa yang dikatakan oleh istri kedua presiden Argentina Evita Peron (1919-1952) “ Mumpung berkuasa berbaktilah kepada rakyat”.

Mungkin dari penulis tidak banyak yang diucapkan, semoga siapapun yang membaca ini bisa menjadi ratu adil yang didambakan rakyat. Ratu adil yang tidak mesti mempunyai darah titisan Dewa, karena pada hakikatnya Ratu adil adalah seorang pemimpin yang sudah bisa mengendalikan nafsunya, pemimpin yang orientasinya bukan lagi  mengejar kekuasaan ataupun mengejar harta, melainkan tujuannya hanya untuk menciptakan keadilan bagi manusia.

Dandie Hambaliana, 23 Agustus 2024.

📍Komplek kampus STIABI-RU Tasikmalaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun